17 - The Winner

4.8K 590 126
                                    

Bab ini harus dibakar deh gais🤭🤭
Jangan lupa untuk vote, comment and share ya😻

Selamat membaca teman-teman 🤩

🫀

Sean baru saja menerima link Zoom dari Disha. Gadis remaja itu mengirimnya tepat waktu sekali. Sean bergabung menggunakan komputer di ruang kerjanya. Ia mengambil air putih dahulu saat akunnya masih belum di-accept oleh host meeting. Mau meeting berdua saja harus pakai waiting room. Sean tidak habis pikir dengan Disha. Kemarin kantongnya sudah direcoki soal makanan, malam ini pun waktunya disita untuk ngajar.

Memang butuh pengorbanan untuk mendapatkan yang terbaik. Ia kembali ke kursinya, bersandar sambil melihat komputer yang menampilan lingkaran kecil pertanda ia akan segera bergabung ke Zoom.

Tahu apa yang terlintas di kepala Sean ketika akunnya sudah bergabung ke Zoom? Sial! Lagi-lagi, Sean dijebak oleh Disha.

Ada beberapa wajah yang tidak Sean kenali yang jumlahnya 6 orang. "Hai, Bang Sean, kenalin ini teman-teman sekelompok aku. Mereka juga mau belajar sama Bang Sean."

Kenapa enggak bilang dari sebelumnya, Disha?

"Oh, iya... Mm kita mulai aja ya. Sepertinya kalian semangat sekali untuk belajarnya." Sean selalu dibuat kaget oleh tingkah Disha. Ada saja caranya untuk membuat Sean mengumpat dalam hati.

"Kapan kelompok kalian presentasi?" tanya Sean ketika Disha memberitahu bahwa materi ini menjadi materi presentasi kelompok mereka.

"Tiga hari lagi, Bang."

"Coba share screen materi kalian dulu."

Sean duduk tegak dengan tangan yang menopang dagunya. Akan ia babat semua kemampuan tujuh anak SMA ini sampai mampus. Mereka minta diajari, makan akan Sean ajari dengan baik sampai mereka khatam dengan materinya.

"Slide-nya diperbaiki. Nggak menarik." Sean langsung memberi komentar pedas. Tujuh anak SMA itu mengerutkan dahi, mungkin tidak terima.

"Istilah-istilah ini jangan disingkat. Kard? Kalau orang ngiranya kardus bagaimana? Tulis yang lengkap dan jelas. Kardiovaskular. Paham?"

"Iya, Bang," jawab mereka serentak.

"Slide ini ada yang bisa jelasin nggak?"

"Saya, Bang."

"Ya, silakan."

Sean menyimak penjelasan anak lelaki itu, yang ternyata cukup pandai dalam presentasi. Tak hanya itu, ia pun bisa menjawab pertanyaan Sean.

"Nice presentation," puji Sean ketika anak lelaki itu selesai presentasi.

"Terima kasih, Bang."

"Next question. Kalau kita bahas pernapasan, pasti selalu berhubungan dengan jantung. Keduanya beriringan dan tidak terlepaskan. Pertanyaan saya, apakah kalau jantung berhenti, orangnya langsung dikatakan meninggal?"

Sudah seperti sidang skripsi saja.

Disha beserta teman-temannya jadi berpikir. Mereka semua sudah tahu kalau Sean seorang dokter spesialis BTKV. Disha menjadi informan mereka. Mendengar seorang dokter bertanya begitu, mereka jadi ragu untuk menjawab. Berusaha memikirkan jawaban yang realistis dan masuk akal.

Menjebak sekali.

"Nggak ada yang bisa jawab?" Sean sudah menunggu 1 menit.

"Belum bisa dikatakan meninggal, mungkin Bang."

DPDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang