J. Khawatir

426 74 15
                                    

Ini part paling panjang diantara semua chapter yang uda ku publish...

Enjoy~
And like like~

•••

Ketukan pantofel mengisi kesunyian lorong sekolah. Pria dengan pakaian formal tanpa dasi itu berjalan cepat menuju ruangan yang bertulisan. Ruang konseling.

Tak butuh waktu lama untuk ia menemukannya lalu mengetuk pintu itu beberapa kali sebelum membukanya dengan cepat tanpa menimbulkan kegaduhan. Bibir tipisnya menghela nafas melihat gadis yang duduk disana dengan keadaan berantakan.

Guru perempuan itu mempersilahkan Baekhyun masuk sementara Hera masih tidak mau sedikitpun melihat pria itu. Bahkan sampai Baekhyun sudah duduk disampingnya Hera tetap menatap lurus.

Keadaanya membuat Baekhyun khawatir. Seragamnya sedikit kotor dan tidak serapi tadi pagi saat Baekhyun mengantarnya. Tahu kalau Hera tidak akan bercerita Baekhyun langsung menghadap guru perempuan itu untuk meminta penjelasan atas informasi yang ia dapat melalui telepon.

"Anda walinya ?"

Baekhyun menoleh sebentar kearah Hera lalu mengangguk.

"Apa yang terjadi ?"

Guru perempuan itu tersenyum, menarik nafas sebelum menautkan kedua tangannya diatas meja.

"Seperti yang sudah Anda dengar melalui sambungan telepon." Guru itu menjeda ucapannya untuk menengok kearah Hera yang masih menatap lurus. "Hera mendorong Kim Dami sampai gadis itu jatuh terguling ditangga."

Pernyataan sepihak dari guru perempuan itu membuat Hera menoleh dengan tatapan tajam.

"Aku tidak mendorongnya." Tekannya.

Hera masih menghindari manik Baekhyun yang terus saja menghujaninya.

"Hera. Kami semua tahu hubunganmu dengan Dami tidak baik sejak tahun pertama, tapi bukan berarti kau bisa bersikap seperti ini. Berbohong juga tidak akan menyelesaikan masalah."

"Aku tidak berbohong." Suaranya naik satu oktaf.

Guru itu menghela nafas lalu tersenyum. "Kita mempunyai saksi, Hera. Mereka melihatmu mendorong Dami."

"Bagaimana keadaan gadis itu ?" Tanya Baekhyun mencegat pembelaan yang akan Hera katakan. Membuat Hera menatap Baekhyun dengan murka.

"Dia mengalami patah tulang pada tangan kanan dan cidera punggung." Ucap Guru itu dengan nada prihatin.

"Sesuai dengan peraturan sekolah, kami akan memberi surat peringatan tingkat tinggi untuk Hera. Jika sekali lagi Hera melakukan hal serupa maka dia tidak akan bisa mengikuti ujian nasional."

"Ssaem !" Hera memekik tidak terima. Pundaknya naik turun tak beraturan menandakan emosinya yang meluap luap. Rahangnya mengetat menahan emosi.

Baekhyun hanya melihatnya tanpa membelanya atau tanpa mau mendengar cerita dengan versinya. Pria itu menatapnya dengan tatapan menghakimi. Hera benci tatapan Baekhyun padanya saat ini.

Decitan kursi terdengar kala Hera berdiri dengan kasar lalu keluar dari ruang konseling. Langkahnya tergesah melewati lorong yang sepi karena sekarang masih jam pelajaran. Tiba tiba seseorang mencekal tangannya, menghentikan langkah cepatnya. Begitu berbalik ia sudah menemukan Baekhyun yang ada dibelakangnya.

Pria itu menarik tangannya membuat Hera sekarang berdiri menghadapnya. Hera menghempas tangannya yang dicekal oleh Baekhyun. Karena tak mau melihat wajah Baekhyun, ia membuang pandangan.

Baby Sitter A++Onde histórias criam vida. Descubra agora