[SPECIAL CHAPTER] Baekhyun POV

346 37 15
                                    

Tinn..... Tinn.... Tinn...

"Ah sial aku benar benar tidak tau akan sepadat ini lalulintas hari ini." Umpatku kesal smebari terus menekan klakson. Aku benar benar sudha terlambat, aku menyesal karena pergi terlalu siang karena ku pikir lalu lintas hari ini tidak akan sepadat seperti biasanya namun ternyata aku salah.

Justru aku harus terjebak 1 jam didalam mobil dengan perasaanku yang uring uringan sendiri. Ingin rasanya aku meninggalkan mobil ini ditengah jalan yang padat jika aku tidak berpikir bahwa nantinya aku sendiri yang akan terkena masalah karena melanggar peraturan lalu lintas.

"Sial, ku mohon apa tidak ada jalan lain yang bisa bergerak?!" Teriakku sembari melihat Gmaps yang menampilkan garis panjang berwarna merah disegala arah.

"Ini hari pentingnya, aku tidak mungkin terlambat." Semakin frustasi saja aku rasanya.

"Maafkan aku Hera." Aku benar benar sudah pasrah mendapat amarah dari gadisku itu.

Hari ini adalah hari penting untuk Hera. Hari kelulusan yang ditunggu tunggu, tapi aku harus terlambat karena kepadatan lalu lintas yang tidak bisa ku perkirakan.

Sial sekali!

Tepat setelah aku tiba, aku tidak membutuhkan waktu lama untuk mencari Hera dilingkungan sekolah yang luas ini. Jantungku sudah berdebar kuat karena beberapa kali aku mencoba menghubunginya tapi tidak mendapat balasan sekalipun.

Kakiku semakin cepat melangkah hingga ke Aula dimana acara kelulusan di laksanakan tapi setelah aku sampai disana hanya ada 2 petugas kebersihan yang sudah merapikan kursi kursi membuat ku semakin panik dibuatnya.

Petugas kebersihan itu mengatakan sudah setengah jam sejak acara selesai. Itu berarti aku benar-benar terlambat.

"Byun Baekhyun bagaimana bisa kau-" Aku mengumpati diriku sendiri sembari mencari cari Hera yang entah dimana.

Sampai kakiku menuju halaman yang cukup luas disamping aula dan gedung sekolah yang bersebrangan, aku bisa melihat banyak siswa siswi yang masih mengenakan pakaian khas kelulusan berkumpul seperti sedang menyaksikan sesuatu.

Aku tidak yakin tapi hatiku memerintahkan untuk mendekat. Maka aku mendekat menyempil diantara para siswa. Dan disana aku melihat seseorang yang sedang menangis sembari menutupi wajahnya diatas lipatan lututnya sendiri.

"Siapa itu?"

"Ji Hera kelas 3-1."

Mataku melotot saat mendengar penuturan gadis didepanku. Kedua gadis itu mempertanyakan mengapa orang itu yang ternyata-Hera menangis didepan umum.

"Dia menangis setelah bertengkar dengan Dami. Mereka memang tidak pernah akur." Bisik gadis itu memberitahu temannya.

"Tapi biasanya kan mereka saling membalas. Kenapa kali ini dia menangis." Gadis yang satunya ikut berbisik.

"Dari yang ku dengar, Dami mengejeknya. Dan Dami mengatakan kalau ayah Hera sudah menyusul ibunya."

Gadis yang bertanya terkejut bukan main. "Apa itu benar?"

Dan akupun ikut terkejut.

Siapa yang berani beraninya mengatakan hal rendahan seperti itu?!

"Aku hanya pernah mendengar ayah Hera memang sakit keras tapi sepertinya belum meninggal."

"Kenapa Hera tidak membalas. Biasanyakan dia membalas." Gumam gadis itu.

"Sepertinya dia takut kalau yang dikataan Dami itu menjadi kenyataan. Takut kalau dia benar benar akan menjadi pemuas nafsu pria bejat kalau ayahnya sudah tidak ada."

Baby Sitter A++Donde viven las historias. Descúbrelo ahora