FIRE🔥||Report taking

16.9K 1K 39
                                    

Untuk kesekian kalinya Letha murung saat pengambilan Raport. Seperti biasa kedua orang tuanya tidak bisa mendampingi, biasanya pembantunya yang akan mengambilkan raport untuknya. Namun saat dia bertemu dengan Bara, abangnya itulah yang selalu mengambilkan untuknya, dan menjadi wali di setiap orang tua harus datang ke sekolah.

Letha duduk di depan rumah nya, di atas kursi yang lumayan tinggi sehingga membuat kakinya menggantung dari atas tanah. pandangan yang menunduk ke arah sepatu yang menendang-nendang angin ke depan dan ke belakang. Genggamannya mengerat pada tali ranselnya, suara klakson mobil membuyarkan lamunan random nya.

"Kok kamu?" Letha memiringkan kepalanya kebingungan, yang keluar dari mobil bukanlah kakaknya, tapi pujaan hati nya.

Tangan Farga terulur membenarkan poni milik gadis itu, Farga akui dalam hati nya, bahwa Letha terlihat semakin imut dengan rambut yang diikat dua di sisi kanan dan kiri dan dihiasi poni dan beberapa helai rambut di samping pipi sebagai pelengkap.

"Lo ga suka?" Alis Farga terangkat satu, membuat ketampanan nya berkali-kali lipat. Letha meneguk ludah nya dengan perlahan. Seharusnya dia marah kepada lelaki di depannya yang sudah tega menelantarkan dirinya kemarin. Tapi dia tidak bisa.

"Gue ga suka di diemin, kalo gue tanya lo harus jawab." Tekan Farga, tangan kanannya mengangkat dagu gadis itu sampai membuat gadis itu menatap dirinya.

Pipi letha memanas merasakan tangan Farga merambat ke pipi nya dan mengelus pelan di sana.

"Apa yang udah lo kasih ke Bara?" Letha menatap Farga bingung.

"Lo kasih tubuh lo yang ga seberapa ini? Cih, dia terlalu sayang sama lo. Gue ga minta di kenalkan kepada gadis mana pun, tapi dia malah mempertemukan gue sama lo, modelan cewek yang paling gue benci," Farga terkekeh sebentar dan melanjutkan kalimatnya.

"Harus nya lo sadar diri, lo bukan siapa-siapa kami. Lo ga ada ikatan darah sama Bara ataupun Kana, apalagi sama gue. Lo cuma jadi beban sana sini, bahkan keluarga lo aja pergi terus kan? Mungkin ga betah sama kelakuan manja lo itu." Letha masih setia memasang senyum manisnya, tangan Farga pun tak berhenti mengusap pipi chubby itu.

"Lo beban, ga berguna, penyakitan, dan gatau malu. Atau mungkin lo udah ga perawan?" Bagai di sambar petir, ucapan Farga benar-benar menyakitkan, dia tau, dia tau semua itu benar, namun apakah benar orang tua nya pergi karna tidak betah dengan dirinya?

"cewek yang bikin gue terperangkap dan merenggut kebebasan gue, asal lo tau aja, gue nggak pernah peduli sama perasaan lo, gue juga nggak kenal sama lo. Tapi gue harus terlibat ngelindungin lo, oh ya satu lagi, Jangan pernah berharap dapat perhatian dari gue. Apalagi dapetin hati gue." Farga dengan sengaja mengucapkan semua kalimatnya dengan halus dan pelan, berharap akan membelati di hati gadis itu, berharap hati gadis itu akan teriris-iris dan perlahan menjauh dari dirinya.

"Kita itu sama, Farga. Bedanya Letha berjuang di awal, dan Farga di akhir." Ucap gadis itu sambil memasang wajah datar, Farga cukup terkejut melihat ekspresi gadis yang selalu tersenyum itu sekarang mengeluarkan ekspresi datar.

"Farga merasa terbebani kan? Letha bisa ambil rapotr sendiri, sebelum ada kalian aku selalu ngejalanin hari-hari sendiri. Jangan pikir ucapan Farga bisa mematahkan semua usaha yang udah aku jalanin, Letha istirahat sebentar ya, aku bakalan lanjut berharap sama kamu kalau hati aku udah lebih baik dari sekarang." Setelah itu Letha pergi tanpa menunggu jawaban dari lelaki tampan itu.

Letha terus berjalan dengan cepat, dari tadi ya menahan tangis hingga akhirnya air matanya tumpah tanpa bisa ya bendung lagi, tangan kanannya memukul kecil dadanya yang semangkin sesak, tidak menyangka Farga bisa mengucapkan kalimat yang begitu pedas dan kejam kepadanya.

FIRE (On-going)Where stories live. Discover now