FIRE🔥|| Initial step

13.5K 666 25
                                    

Bogeman demi Bogeman terus di layangkan oleh Reylan, namun seakan tak merasakan sakit Farga hanya pasrah di bawah pukulan itu. Entah apa yang ada di pikiran pemuda itu, dia menghampiri rumah Letha dan berbicara dengan Reylan dan Reza bahwa dia ingin menjadikan Letha sebagai milik nya.

"Udah bang, dia bisa mati!" Reza menahan tangan Reylan yang hendak kembali memukul wajah Farga. Farga ambruk sambil menyeka sudut bibir nya yang berserah.

"Pergi dari sini." Tekan Reylan dengan Aura tak terbantahkan. Farga bangkit dengan sempoyongan. Tersenyum getir lalu keluar dari kediaman kelurga itu.

"Bang, Lo jangan sampe kepancing emosi kaya tadi dong. Lo dengerin dulu maksud dia kesini mau apa, baru Lo bisa kaya gitu." Reylan tak perduli dengan Omelan adik nya, dia mendarat kan tubuhnya ke sofa mahal yang menyangga paha nya dengan pas.

"Saya membencinya." Reylan menatap datar Reza.

Reza memilih membiarkan Abang nya yang sedang tersulut emosi itu, lalu berjalan kearah luar, dia melihat Farga masih kesusahan berjalan ke arah depan. Reza berlari kecil untuk menyusul Farga. Di rangkul nya bahu pemuda yang sedang berjalan pincang itu.

"Eh, Lo bang." Kaget Farga.

Reza mengaguk dan mengantarkan Farga kedalam mobil.

"Lo yakin bisa nyetir sampe apartemen dengan keadaan kaya gini?" Ucap nya dengan satu tarikan nafas.

"Bisa bang, kalo gue pulang kerumah takut nya malah ada masalah baru. Lagi pula niat gue tadi baik kok, gue cuma mau minta maaf. Dan kalo di izin kan gue pengen deketin Letha, tapi kayaknya bang Rey benci banget sama gue." Manipulatif, sangat cocok untuk Farga. Dia bisa mengontrol emosi dan bisa mengendalikan perasaan orang lain. Bukan Farga tidak bisa melawan Reylan tadi. Hanya saja dia memang ingin mengambil simpati Reza, hanya Reza yang bisa sedikit merasa kasihan dengan nya.

"Gue anter gimna?" Tawar Reza. Farga tersenyum ramah.

"Ga usah bang, gue bisa kok. Gue pamit ya?" Reza melambaikan tangan ke atas saat melihat mobil hitam mewah itu melesat dengan kecepatan sedang.

Reza kembali kedalam dan menghampiri Reylan.

"Bang, kenapa kita ga kasih kesempatan untuk Nocho?" Tanya Reza saat sudah sampai di ruang tamu. Posisi Reylan masih sama, menyandarkan tubuh nya sambil mengatur deru nafas nya.

"Karena saya tidak ingin Princess kita jatuh cinta dengan orang yang salah." Ucap nya datar. Reza hanya diam. Tidak berani berbicara. Reylan bangkit dari duduknya dan berjalan ke arah kamarnya.

***********

"Jangan takut, ada gue. Kita cek bareng-bareng." Ucap Veros meyakinkan tiga gadis yang bersamanya.

Dengan badan yang sudah gemetar, dan deru nafas yang tidak beraturan, mereka berempat dengan perlahan menghampiri ruangan olahraga. Mencoba melihat apa yang ada di sana, mereka sudah menebak-nebak apa yang akan mereka temukan, potongan Mayat? Mungkin siswa yang menjadi korban psikopat?

"Kana, Letha takut." Letha memeluk erat pinggang Kana.

Veros menahan tiga temannya itu agar tidak lanjutkan langkah mereka. "Gue aja yang cek." Ketiga gadis itu kompak mengangguk, mereka begitu karna takut.

Dengan perlahan dia berdiri di ambang pintu, membuka pintu dan...

Gelap.

Ternyata Veros memajam kan mata ksrna tak siap melihat apa yang harus dia lihat.

"Veros." Panggil Kana tak sabaran.

Veros dengan perlahan membuka matanya dan melihat pemandangan yang membuatnya mual. Satu mayat kucing yang meninggal dengan mengenaskan. Isi perut keluar, kepala terpisah dan terbelah, semua kaki nya habis, dan semua bulu tercabuti.

"Mayat kucing." Ucap nya dengan datar, mencoba terlihat tenang di depan Kana, Letha dan Aurel.

"Sinting banget tu orang! Ngapain coba kucing ga ada dosa di mutilasi kayak gitu." Aurel bergidik ngeri, Letha melepaskan tangan Kana yang masih menutup wajah nya.

"Kita harus selidikin kasus ini, jangan sampai ada korban selanjutnya. Gw yakin pasti bakal ada korban selanjutnya." Ucap Kana serius. Letha mendongak menatap Kana yang lebih tinggi darinya.

"Ngapain repot-repot. Kita kan bisa minta tolong sama pak polisi, pelajar tugas nya nuntut ilmu bukan jadi mata-mata kasus pembunuhan." Letha mengerjap polos, membuat Veros, Kana dan Aurel tersenyum tertekan.

Letha sibuk dengan permen milkita yang dia makan, bungkus permen itu dia kumpulkan di dalam tas nya, karna dia malas mencari tempat sampah. Dia duduk di bawah pohon dekat gedung olahraga dengan sangat anteng, sedangkan Kana, dan Aurel membersihkan ruang olahraga dari kekacauan, Veros sendiri sedang berbicara serius dengan kepala sekolah.

"Bagian situ udah di-pel?" Tanya Kana sambil menunjuk pojokan dekat bola-bola.

"Udah kok, abis gw pel bagian sini beres deh." Kana mengangguk dan kembali menyusun peralatan olahraga.

Kedua gadis itu keluar ruang olahraga sambil menyeka keringat yang ada di dahi mereka lalu menghampiri Letha yang sedang duduk anteng di bawah pohon sambil memakan permen.

"Enak jadi babu sekolah?" Celetuk Letha dengan wajah mengejek.

"Mulut Lo mau minta di simpul!" Kana melempar rumput ke wajah Letha.

"Ini bentuk kepedulian kita terhadap sekolah, toh jadi OSIS karna kemauan dan inisiatif kita sendiri, kita ga keberatan untuk ikut ngerawat dan ngejaga sekolah." Balas Aurel dengan ketus.

Letha tertawa renyah. "Lagian kalian cocok kok hahahah."

"Cocok apa?" Kana mendelik tak suka.

"Cocok jadi tukang bersih-bersih."

"AUREL, MANA TALI!!"

"Ampunan... Letha becanda!" Melihat Kana yang menggulung lengan baju nya, Letha langsung menyatukan kedua tangan nya di depan dada, mengode meminta maaf.

"Macem-macem Lo sama gue." Kana melirik sinis dan bersedekap dada.

"Ga bisa di ajak becanda!" Letha melempar bungkus permen ke dalam tas nya dengan Kasar. Aurel menghela nafas panjang.

Veros datang dan menghampiri ketiga gadis itu, "ayo pulang!" Ajak pemuda itu.

"Ayok!" Memasukan sisa permen ke dalam tas nya dan mengancing ransal nya lalu berdiri di depan Veros.

Melihat Kana dan Aurel masih duduk di rumput sambil selonjoran membuat Veros jengah.

"Kalian ga mau pulang?"

"Males Lo duluan aja sana!" Usir Kana.

"Iyaa kak, aku sama kak Kana mau nutup ruang olahraga, sambil nungguin kepala sekolah keluar." Memang ada kepala sekolah di sana, entah sedang apa, mungkin mengecek. Tapi kenapa tidak tadi saja? Ini sudah bersih untuk apa lagi dia lihat.

Veros mengangguk, "hati-hati ntar di culik." Ucap Veros serius.

"Aku pulang sama sapa dong?" Letha menatap Kana sedih.

"Gue telvon kak Starla mau?" Tawar Kana.

"Maa--"

"Sama gue aja!" Serebot Veros.

"Yaudh sama Veros sama. Jangan mampir kemana-mana, Lo pulang udah telat ntar di amuk Abang Lo!" Letha mengangguk lucu dan menarik tangan Veros.

"Awas di culik om-om!" Teriak Veros pada Kana dana Aurel.

Lalu Veros berhenti melangkah dan menatap ke arah kedua gadis itu.

"Ga jadi deng, kalian kan Laki. Masa jeruk makan jeruk, ." Veros menarik tangan Letha dan berlari saat melihat Kana melempar nya dengan sepatu gadis itu.

"SIALAN LO!"

TBC.

-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-

🔥Salam untuk Veros?
🔥Salam untuk pisikopat?
🔥Salam untuk Veros?
🔥Salam untuk Author?

FIRE (On-going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang