01. Tempat Pulang

121 17 0
                                    

Selamat tahun baru semuanya!
Harapan tahun 2023, semoga harapan di tahun sebelumnya tercapai di tahun ini. Semoga selalu sehat, lelahnya jadi berkah, penatnya jadi rahmat.

Semoga kalian suka dengan bab 1 cerita ini.
Selamat membaca♥️

01. TEMPAT PULANG

Sejak bertentangan dengan sang ayah, Dewa seringkali pulang lebih lambat dari biasanya. Jika biasanya memilih berkeliaran di Prismatrix Kafe milik keluarga untuk meminimalisir terjadinya masalah, kini Dewa lebih senang berkeliaran di jalanan. Namun tidak bersama gengnya, melainkan hanya bersama Aksel dan Bens sebagai teman dekat sekaligus pendiri geng ternama di SMA Gemilang. Mereka menyebut diri mereka The Secret, berencana melakukan penyelidikan rahasia untuk mengakhiri bentrok yang terus terjadi antara dirinya dan Varon.

Sebelum pintu benar-benar terbuka, suara gemerincing kunci lebih dulu terdengar menyambut. Dewa tahu ia sangat terlambat, kali ini kelewat telat sampai harus menghadap wajah masam sang ibu. "Kamu dari mana aja, sih, Dewa? Sesibuk apa sampai lupa pulang!" omel sang mama, Della, begitu Dewa melewati ruang tengah tempat keluarga mereka biasa berkumpul.

"Udah lima hari kamu kayak gini, kenapa? Jangan memperburuk hubungan kamu sama papa!"

Mendengar hal itu, Dewa berbalik menatap Della yang menatap tajam di belakang. "Kalau dari awal udah nggak dipercaya, nggak ada yang bisa diperbaiki ataupun dijaga, Ma."

Dewa tak menginginkan perdebatan dengan ibunya, untuk itu sebisa mungkin mengontrol suara dan cara bicaranya. Untunglah ayahnya belum pulang, kalau tidak, Dewa tak akan bisa menjamin apa yang terjadi. Barangkali mereka akan saling menyakiti, membuktikan diri mereka benar satu sama lain.

"Kenapa bicara seperti itu? Siapa yang nggak percaya kamu?"

"Tanpa perlu aku jawab, Mama udah tau."

Sejenak Della berpikir, lalu menyadari satu hal. "Kenapa kamu nggak mencoba mengerti ketakutan orang lain? Terutama orang yang bertanggung jawab atas diri kamu?" tanyanya, ingin Dewa memahami pandangan seorang ayah dan ibu.

"Aku belajar dari Mama dan papa. Kalau kalian nggak mengerti ketakutan aku, begitu pun juga aku terhadap kalian. Kalau kalian benar-benar peduli, semua yang aku lakukan nggak akan pernah salah di mata kalian."

"Kamu merasa kurang dimengerti? Selama ini, papa dan Mama nggak pernah menuntut atau pun menekan kamu, dalam hal apa pun itu. Kalau kami meminta kamu berhenti melakukan hal-hal negatif di lingkungan sekolah dan luar rumah, itu tandanya kami menyayangi kamu! Kami memikirkan masa depan kamu!"

Dewa mengembuskan napasnya lelah, berdebat tidak akan menghasilkan apapun selain pertengkaran. Untuk kali kesekian, ia membenci rumahnya dan kehidupan yang harus dijalani.

"Aku capek, mau istirahat."

"Mama nggak suka kamu seperti ini, Dewa!"

Bentakan Della serta tarikan kuat di pergelangan tangan Dewa memaksa anaknya itu berhenti dan menghadap wajahnya kembali. Mata Della beradu dengan netra tajam nan sinis milik Dewa.

"Lima hari yang lalu kamu sudah buat masalah dengan terseret masalah tawuran itu, meskipun akhirnya kamu dibebaskan dan dinyatakan nggak bersalah. Apa kamu nggak memikirkan perasaan Mama sama papa? Yang terpikir di otak kamu sekarang cuma bersenang-senang di atas masalah yang kamu buat! Kamu bukan pahlawan yang harus menyelamatkan mereka, Dewa!"

"Jadi Mama yang kirim orang untuk memata-matai aku, iya?" tanya Dewa menyeringai tak menyangka.

"Maksud kamu?"

Niskala Dewa (Renata 2) 2023Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz