26. Jadian, yuk?

68 5 0
                                    

Haloooo selamat tahun baru untuk semua pembacakuuu🎉🎊

Semoga tahun ini kita lebih bahagia, lebih sehat, lebih kuat dan lebih baik dari tahun kemaren, ya. Semoga di tahun ini, seluruh impian yang kita punya bisa terwujud dengan proses yang dimudahkan dan dilancarkan, aamiin.

Teruntuk kalian semua, terimakasih udah baca ceritaku, ngasih support dengan ninggalin vote, tetap baca cerita ini walau nggak vote ataupun komentar, terimakasih udah menambahkan ceritaku ini ke perpustakaan kalian.

Sekali lagi, selamat tahun baru. Semoga kalian selalu menunggu cerita ini dan penasaran sama ending-nya. Karena apa, karena ending di novel gantung wkwk.

Okay, selamat membacaaa ❤️

***

Nyatanya, berubah menjadi lebih terang tidak semudah yang Renata bayangkan, banyak sekali yang lebih menyilaukan darinya. Kemudian hal-hal gelap bersembunyi di baliknya untuk memutus cahayanya. Renata kehilangan arah, hari ini ia kembali disakiti, lalu orang-orang menyalahkan keputusannya. Satu dari banyak orang itu adalah Wisnu, laki-laki berkulit putih pemilik senyum manis yang baru saja membuka pintu rumah.

"Lo suka Dewa terus menginjak-injak harga diri lo kayak gini? Kalau mau buat Dewa menyesal udah buang lo, bukan kayak gini caranya, Ren."

Embusan napas Wisnu memburu, ia sungguh tak mengerti jalan pikiran Renata hingga rela merendahkan dirinya sendiri. "Lagian apa pentingnya Dewa buat lo, dia udah terlalu sering buat lo nangis. Dan kali ini, gue bener-bener kecewa sama tindakan lo. Bahkan besok, mama harus ke sekolah untuk membahas cara dia mendidik lo. Apa kata orang-orang tentang mama gue nanti, Ren? Mama gue udah berkorban banyak hal untuk lo sama Rega, setidaknya lo berjalan lurus ke depan supaya nggak tersesat dan buat masalah terus!"

Wisnu memerhatikan tatapan kesal milik Renata yang tercampur dengan luka, tubuh gadis itu kembali tegang seperti kejadian di sekolah. Wisnu membuatnya takut, terus meningkat karena Helena dan Rega datang menghampiri.

"Kenapa lo ngomong kayak gitu sama gue?"

"Karena sekarang lo buta akan semuanya. Cinta mengubah lo jadi asing, sekarang gue bingung gimana caranya bawa lo balik."

Renata tersenyum pahit, ia pun bingung dengan dirinya sendiri setelah kejadian itu. Baginya, kehilangan merupakan mimpi buruk yang tak terputus. "Jangan bawa gue balik, atau gue sendiri yang akan mengakhiri cerita sedih ini dengan kesedihan dan luka yang lain!" tegas Renata, kepalanya tertunduk dalam seolah sedang menyakiti dirinya sendiri.

Helena menatap dua anaknya yang saling berdebat, bertengkar satu sama lain untuk bisa sama-sama mengerti. Tapi kenyataannya, keduanya sama-sama benar dalam cara pandang masing-masing. Hanya saja kini, luka basah itu masih mengeluarkan darah, masih terasa perih saat tertiup angin.

"Sudah. Ini bukan waktu yang tepat untuk membahas kesalahan ataupun cara bertindak. Ayo, masuk dulu, kita bahas di dalam."

Mata Renata sudah memanas, hatinya diremas sangat kuat setelah rasa sayangnya dipatahkan. Rangkulan hangat Helena membawanya masuk ke rumah, Wisnu serta Rega saling pandang seolah sedang bicara lewat tatapan. Menyusul di belakang.

"Dalam hidup, kalau seseorang tergelincir di atas tebing, jangan dibiarkan jatuh seperti kapas, tarik tangannya dan genggam erat-erat." Helena mengambil air putih dan memberikannya pada Renata, tatapannya lekat pada Wisnu yang masih kesal. "Jangan dibiarkan tenggelam, atau nurani sendiri akan ikut mati. Bicaralah baik-baik, mengikuti kemarahan hanya akan mengacaukan perasaan."

Niskala Dewa (Renata 2) 2023Where stories live. Discover now