31. Amarah Dilan

30 7 0
                                    

Pening, Della menjatuhkan tubuhnya di tepi ranjang. Dilan memandang wanita itu kasihan, sedikitpun ia tidak menyangka jika Dewa akan bertindak brutal seperti ini terhadap teman sebayanya. Pada akhirnya, ketakutan mereka selama ini akan menjadi kenyataan, yang terus membayangi empunya tiap malam. Upaya dan tindakan tegas mereka rupanya tak bisa memelesetkan jalan takdir, lalu bagaimana sekarang?

Della mengusap rambutnya ke belakang setelah mendiamkan diri beberapa saat, lalu menatap suaminya yang terlihat sedang mengatur emosi. “Aku nggak menyangka semua akan terjadi persis seperti yang dulu kamu lakukan, Mas Dilan. Terlibat masalah terus-menerus, masuk bui, lalu dipaksa mati. Kalau bukan anak kita yang menderita, maka orang lain. Bagaimana kita akan menghadapi ini?”

“Jangan bicara seperti itu, Del. Aku percaya sama Dewa, dia nggak akan merenggut satu nyawa dalam keluarga lain. Dia nggak seperti aku, dia punya kamu, aku, Dewi. Kita memberikan dia keluarga dan kehidupan yang layak, sementara aku dulu, enggak. Aku udah terbiasa hidup seperti itu, yang kuat akan berkuasa, sementara yang lemah dibuat tiada. Jangan menyamakan Dewa dengan aku, dia akan sedih kalau tahu.”

“Tapi kamu ayahnya, Dilan. Aku takut semuanya menjadi sama, dan kamu juga pasti bisa melihat ke arah mana Dewa mengantar kita.” Della menurunkan pandangannya, menatap lurus ke depan.

“Kalau Dewa yang mengantar kita, maka aku akan jadi kompasnya, Del. Akan aku buat Dewa pulang dengan selamat apapun caranya. Terpenting yang hilang bukan dia.”

Entah apa yang kini Dilan pikirkan, namun Della tahu pria di sebelahnya tengah membayangkan masa lalu. “Aku tahu, kamu yang paling takut. Kamu yang mengalami, kamu yang melewati tiap tikamannya, merasakan bagaimana pedihnya kejahatan. Maka belajarlah dari masa lalu, tolong selamatkan anak kita. Mungkin Dewa nggak memulai, tapi dia bisa menjadi pelakunya. Aku butuh tindakan kamu, sekarang sudah terlalu genting, kalau tadi kita terlambat, pasti sekarang sudah dapat telepon dari kantor polisi,” ujar Della, meraih tangan Dilan dan menggenggamnya.

“Sejak awal aku sudah mengambil beberapa tindakan. Hal yang paling berpengaruh adalah geng yang dibentuk  Dewa, dia mendapat kekuatan dari sana untuk melawan orang-orang. Daripada keras pada Dewa dan membuat dia jauh dari kita, lebih baik mendesak kepala sekolah untuk membubarkan geng yang Dewa buat.”

“Kalau tindakan kita bertentangan sama apa yang Dewa mau, dia tetap akan menjauh dari kita. Tapi aku setuju sama rencana kamu, Mas.”

Dilan melirik, raut bingung terlihat di wajahnya. “Kalau sudah tahu seperti itu, seharushnya kamu nggak perlu mengatur tindakan apa yang akan aku ambil. Sekarang saat masalahnya sudah membesar, kita kelimpungan mencari solusi.”

“Maaf. Itu juga karena aku lihat papan hitam di ruang rahasia yang ada di kafe. Ternyata Dewa sudah bergerak terlalu jauh, baik pihak Dewa maupun pihak rivalnya, mereka sudah nggak bisa berdamai. Selain itu, Dewa juga merasa perlu bertanggung jawab atas kematian gurunya, itu yang membuat aku makin khawatir.”

“Aku nggak tau kenapa yang diserang karma justru orang-orang yang aku sayang,” ucap Dilan sambil tersenyum getir.

“Karena hukum nggak memandang orangnya siapa, tapi belajarlah dari siapa orangnya.”

“Dan juga, karena aku udah buat satu keluarga kehilangan orang yang mereka sayang.”

Sedih, Della pun berdiri memeluk suaminya. “Rasa bersalah itulah yang buat kamu menyerang brutal, dan itu juga yang terjadi sama Dewa. Apalagi nanti kalau ada kaitannya sama Renata, aku jadi semakin khawatir.”

Dalam posisi itu, Della mengeluarkan ponselnya dari saku, hendak menunjukkan apa yang sudah ia temukan di ruang kerja milik Aksel sewaktu ia mencari pemuda itu. Untunglah Xenrak, salah satu teman Dewa mau memberitahu ke mana anaknya itu pergi. Hingga ia dan Dilan berhasil menggagalkan rencana takdir untuk menggulingkan Dewa dalam kejahatan.

Niskala Dewa (Renata 2) 2023Where stories live. Discover now