11. Berubah

61 10 0
                                    

11. BERUBAH

Seperti hari-hari sebelumnya yang berlalu, hari ini masih menjadi hari terberat yang harus renata hadapi. apalagi jika teman-temannya sudah bertanya perihal hubungannya dengan dewa, niat hati mau lupa malah sengaja diingkatkan kembali. Ujung-ujungnya akan bersedih hati lagi, terlebih hari ini dewa tidak masuk karena harus menjalani masa skorsing.

saat ini di kelas hanya ada renata, bersama beberapa siswa yang membawa bekal dan makan di kelas. tiga teman renata sudah meluncur ke kantin, sementara dirinya, renata menolak dengan alasan tidak enak badan. dan meminta agar dibawakan batagor saja sekembalinya teman-temannya itu dari kantin.

renata mengembuskan napasnya berkali-kali. sudah terhitung delapan, bens dan aksel menghitungnya dari jendela sana. taka lama setelah itu mereka masuk, menjatuhkan kantong kresek putih di atas meja renata.

"titipan temen-temen gue, ya?"

aksel menggeleng datar. "dari bos dewa. katanya kalau lo nggak makan, nanti nggak ada tenaga buat marahin dia."

"memangnya mau buat masalah apalagi, sih, dia? nggak kapok sama kejadian-kejadian kemaren, sampai ada korban. lo juga, sebagai temen harusnya ingetin dewa untuk nggak buat masalah terus."

"ya elah renata, lo pikir dewa itu sejenis manusia anteng kayak si wisnu? yang tutur katanya selembut sutra dan sehalus rambut gelombang lo? yang omongannya semanis permen kapas dan sifatnya semenyenangkan abang aksel yang tampan, perkasa, ini? kagak, ren!" aksel memasang wajah dramatis andalannya. "dewa itu bengis, darah yang ngalir di badannya aja darah kotor. gimana mau nurut coba sama kami. yang ada kami jadi bahan pelampiasan, nggak kuat gue, ren."

bens tertawa terbahak-bahak di sebelahnya, aksel kalau bicara suka bablas. kalau dewa sampai tahu sudah pasti jadi tahu penyet itu cowok.

"gaya banget lo di depan cewek orang!" bens menoyor kepala aksel tanpa menghentikan tawa. "kalau bos dewa dengar, gue yakin otak lo bakal berserakan di lantai. ngeri, dah, nggak ikut campur gue."

"cemen amat lo, bens! gitu aja takut." aksel memasang wajah sok berani, bens memukul pundak aksel. "gini, ren. bukannya gue enggak mau nasehatin dewa soal tindakan-tindakan dia, tapi masalahnya setiap gue ngomong, dewa bakalan langsung cabut. kalau dia punya alasan kuat di balik semua yang dia perbuat, kami nggak akan bisa apa-apa. paling cuma ikuti apa yang dia suruh."

"disuruh buat putusin pacar lo, lo juga mau gitu, sel?" renata bersikap cuek pada dua teman dewa itu, kejadian semalam masih membuatnya terbakar amarah hingga siang ini. "kalian berdua terlalu takut sama dewa! lihat sekarang karena kalian bantu dia terus, dewa berubah jadi lebih kejam."

"biar pun kelihatannya dewa kejam, suka buat masalah, terlibat kejahatan sana-sini sampai mempertaruhkan nyawa. lo pasti lebih tahu bagaimana dewa, ren. dia punya alasan untuk memegang keputusan itu sampai berani menentang lo dan keluarganya sendiri."

pernyataan bens membuat renata berpikir sejenak, dewa memang punya banyak kejutan lewat sikap-sikap yang bertentangan itu.

"udahlah, gue udah enggak peduli, mau dia jungkir balik gue bodoh amat. bilang sama temen lo, gue nggak mau punya hubungan sama cowok yang nggak punya masa depan kayak dia. suruh dia buat putusin gue!"

sontak saja bens dan aksel bertatapan kaget, renata berubah menjadi banteng bertanduk yang siap menyeruduk. jarang-jarang cewek bermata coklat itu marah, tapi sekalinya marah, bumi seisinya langsung dibuat kepanasan.

aksel melemparkan cengiran kepada renata. "kalau soal itu, gue sebagai temen nggak bisa ikut campur, ren. lebih baik lo omongin baik-baik sama dewa," katanya sambil melirik ke arah luar. melihat situasi yang mulai tidak aman ini untuk segera kabur.

Niskala Dewa (Renata 2) 2023Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang