21. Fakta juga Cerita

53 9 0
                                    

Aksel berjalan terburu-buru menuju ruang kerjanya di Prismatrix Kafe sambil menekan pipi bagian dalamnya dengan lidah. Warna biru yang kini membekas pada pipinya menyisakan kemarahan yang belum dituntaskan. Perkelahiannya dengan Riko di parkiran sekolah yang sudah agak sepi, kembali teringat begitu Aksel menarik gagang pintu dan memasuki ruangannya.

Tanpa disertai rasa segan, tangan gemetar Aksel yang sudah tak tahan ingin menubruk kuat wajah Riko sampai pecah menarik pundak laki-laki itu untuk menghadapnya. Menghadiahinya sebuah senyuman miring kemudian menonjok tulang pipi Riko tanpa aba-aba.

"Apa-apaan lo setan!"

"Maksud lo apa nyerang gue kayak gini? Gue ada salah apa sama lo sialan!" Riko bertanya setelah mengumpat menikmati rasa sakit yang perlahan mengalir di tubuhnya.

Wajah Aksel berubah merah, tatapannya tajam seolah menghunus Riko dengan sebilah pedang. "Jangan pernah main-main sama orang yang udah buat lo tetap hidup dan sekolah dengan tenang di tempat ini. Lo lupa dulunya lo itu siapa? Lo buronan Bastar, Dewa yang nolongin lo dan ngajak lo gabung di Destroyer supaya lo aman!" tandas Aksel sangat marah.

"Jangan lo pikir gue enggak bisa baca gerak-gerik lo selama ini, Rik. Gue diam karena gue pikir lo akan menyesali kelakuan sampah lo. Tapi ternyata, semakin gue cari tahu, lo udah nggak tertolong. Seharusnya Dewa biarin lo mati kehabisan napas karena dikeroyok Varon waktu itu."

"Jaga sikap dan omongan lo. Kalau nggak tau apa-apa, jangan nuduh orang sembarangan!"

Masih saja laki-laki itu berkilah, membuat Aksel semakin geregetan. "Gue nuduh lo? Kurang kerjaan banget gue jadi laki. Ternyata kecurigaan gue bener, lo orangnya. Lo juga yang waktu kelas XI hampir bunuh Wulan, makanya Bens mukulin lo dan nyuruh lo minta maaf. Kami punya mata dimana-mana, seharusnya lo lebih berhati-hati, Riko," kata Aksel sambil tertawa meledek.

"Jangan kelewatan, lo buat orang salah paham tentang gue!"

"Nggak usah nyerang balik, gue cuma minta lo berhenti!

Riko tidak mengerti apa yang membuat Aksel begitu yakin kalau dia sudah melakukan sebuah kesalahan fatal. Apa bukti yang cowok itu temukan dan tidak Riko ketahui sebelumnya.

"Berhenti dari hal apa, nyerang balik apanya, sih? Gue nggak ngerti lo bahas apaan." Riko hendak pergi dengan menaiki motornya, Aksel mencegahnya dengan mengambil kuncinya. "Bangsat!"

"Lo yang ngasih tau Varon kalau Renata sama Dewa udah putus, kan? Ngaku lo anjing!"

Riak tegang di wajah Riko perlahan muncul, laki-laki itu berusaha menenangkan diri namun Aksel lebih lihai darinya.

"Aksel goblok! Lo mau minum kopi yang udah dicampur saus tomat sama Dewa? Gila lo!"

Aksel kaget melihat Bens sudah muncul di depannya sambil menjauhkan secangkir kopi darinya, sedangkan Dewa sudah tertawa terbahak-bahak di kursi dekat lemari. Menikmati wajah kebingungan Aksel serta Bens yang hampir stres karena keseringan meladeni dua teman gilanya ini.

"Bangsat, beneran lo?" Bens dan Aksel bertatapan, Aksel bertanya seakan tidak percaya.

"Iya bangke, beneranlah! Kalau enggak, ngapain gue tahan lo buat nggak minum kopi sialan ini? Bos Dewa kadang-kadang becandaannya nggak ngotak tai!"

"Anjir Bos Dewa lo tega banget sama gue!" pekik Aksel kaget, telat! "Nggak nyangka gue, Wa. Ternyata selain nggak punya otak, lo juga nggak punya akhlak!"

"Bacot lo! Makanya kalau dipanggil itu dijawab, jangan bengong ngeliat dinding. Lo pikir dinding yang lagi ngomong?"

"Pedes bener mulut lo kayak mi jebew level 5. Tega lo jadi teman, nggak punya simpatik sama sekali!"

Niskala Dewa (Renata 2) 2023Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang