23. Perayaan

57 10 0
                                    

Halo, hai semuanya!

Udah lama kita nggak saling sapa, ya.

Apa kabar?

Masih ingat bagaimana kisah mereka berawal?

Apakah kamu pembaca baru, atau pembaca lama. Coba komen di sini , ya.

Sejauh ini apakah kalian masih menunggu cerita ini berakhir seperti apa? Aku pun penasaran, ayo kita tunggu sama-sama.

Omong-omong, di bab ini terdapat beberapa kata-kata kasar yang tidak patut untuk ditiru. Bijaklah dalam bersikap dan bertindak, selamat membaca :)

•••


"Sialan! Bangsat! Anjing!"

"Kenapa ini semua harus gue lalui?!"

"Gue nggak salah!" teriak Varon kali berikutnya, ia telah kehilangan pegangan hidupnya, Sarah. Perempuan itu mengkhianati cintanya, yang membuat Varon ingin menghabisi siapa saja asalkan rasa sakitnya dapat berkurang.

Nyatanya, semua justru mencekiknya, menenggelamkan Varon ke tempat paling dalam. Menjadikan ia manusia yang sangat kotor dan menyedihkan.

"Gue benci hidup kayak gini, seharusnya gue nggak terlahir sebagai Varon!"

Berderai jatuh kaca yang menggantung di dinding, hancur berkeping-keping, bau amis tercium kuat oleh indera penciumannya. Varon melayangkan pukulan pada cermin yang ada di kamar mandi, melampiaskan kemarahannya pada benda tak bersalah itu setelah apa yang ia lakukan pada Sarah beberapa saat yang lalu.

Varon menatap luka yang dilumuri darah pada area punggung tangannya. Yang mana bagi Varon, luka yang saat ini menyuarakan sakitnya tak seberapa pedih dari apa yang telah menimpanya hingga detik ini. Masalah demi masalah hadir, bergantian menjatuhkan Varon ke titik terendah.

Orang tua yang ia sebut mama dan papa nyatanya hanya orang asing yang hanya melahirkannya tapi tidak bertanggung jawab. Membawanya ke dunia tapi setelah itu lenyap, meninggalkan beban itu padanya hingga Varon beranjak remaja. Untung saja kakeknya memiliki sedikit kebaikan di hatinya sehingga Varon dapat selamat dari dunia luar yang kejam.

Tetapi semua tak berjalan baik seperti yang Varon harapkan, semua mencibirnya, tak ada yang menyukai kehadirannya dalam lingkungan keluarga. Varon merasa sangat buruk, ia tumbuh menjadi orang yang pembenci dan pendendam. Semua berkat orang-orang sialan itu, yang punya mulut busuk hingga Varon terjerumus dalam kegelapan pekat.

Saat ada cahaya kecil dari kunang-kunang, Varon pun memberinya kepercayaan, harapan pun perlahan tumbuh. Namun ternyata kunang-kunang itu menyesatkannya, membuat Varon memilih untuk tersesat sepenuhnya dalam hitam pekat yang menjadi kutukan.

"Kenapa lo tinggalin gue, Sar?" tanya Varon pada dinding yang mendengar ratapannya tiap saat. "Kenapa lo lebih memilih keluarga yang udah buat lo menderita ketimbang gue?"

"Apa kekurangan gue?"

"Kamu butuh obat!"

Saat suara gadis pujaannya itu menggema di kepalanya, Varon menggeleng. Menolak kenyataannya makin keras. "Enggak, gue nggak sakit!" bantahnya.

"Gue nggak bisa kayak gini terus, gue nggak bisa terjebak dalam kepergiannya Sarah."

Varon mengusap wajahnya yang kian basah karena air mata. Ia pun membasuh tangan menghilangkan darah segar, menikmati rasa sakit yang ia pikir akan hilang tanpa berpikir untuk kembali datang.

Niskala Dewa (Renata 2) 2023Where stories live. Discover now