22. Sakit

72 9 9
                                    

Spadaaaa!

Boleh minta tolong sedikit, nggak, ya, buat pembaca Niskala Dewa? Kalau diizinkan, aku mau minta tolong untuk jawab beberapa pertanyaan di bawah ini.

Sebelumnya, aku ucapkan selamat datang kembali di bab baru ini. Terimakasih kalian masih betah menunggu Niskala Dewa update walau aku publish sebulan sekali, huhuuu.

Jadi, ini pertanyaannya.

1. Kalian pembaca lama atau pembaca baru?

2. Sudah baca Renata sebelumnya, atau langsung gasss baca Niskala Dewa?

3. Kalau jawaban nomor 2 iya, apakah kalian paham sama alurnya?

4. Di mana kalian menemukan cerita ini?

5. Apakah kalian mau meninggalkan jejak berupa komentar di sini untuk menciptakan semangat juangku?

Udah, segitu aja dulu ya takut kalian semua kabur.

Selamat membacaaaa❤️

***

Hari Minggu. Biasanya Dewa sudah tidak di rumah saat jam menunjukkan pukul sepuluh pagi. Jam segitu dia sudah berkumpul bersama anggota gengnya di Prismatrix Kafe sambil menyusun strategi untuk tantangan tawuran minggu depan. Atau sekadar melepas penat untuk menutup hari-hari berat di minggu itu. Namun hari ini begitu lain, Dewa seakan kehilangan semangat hingga hanya berleha-leha di rumah.

"Kalian udah jarang main ke rumah, seringnya kumpul di kafe, ya?" Della datang membawa dua piring yang berisi beberapa jenis buah yang sudah dibersihkan, tersenyum pada dua anak laki-laki yang sedang duduk lesehan di depan televisi.

Bens tersenyum ke arah Della, menaruh sejenak stik game yang ia pegang. "Kalau sering-sering ke sini takut buat repot Tante sama Dewi, soalnya pasti dimasakin makanan enak terus," jawabnya hingga Della dibuat tertawa.

"Ini buahnya dimakan, ya, jangan cuma diliatin. Anggap aja kayak rumah sendiri, kalau ada perlu apa-apa langsung ke dapur. Tante sama Dewi lagi bikin kue."

"Tan, tanyain Dewa, dong. Kira-kira dia mau, nggak, tukar orang tua? Di sini fasilitasnya nggak ada tandingan, punya keluarga yang super harmonis kayak brownies. Dua hari juga nggak apa-apa kalau dibolehin."

"Dasar benalu!" protes Dewa yang sedang rebahan di sofa belakang Bens dan Aksel. "Gue aduin lo ke Tante Elena biar diusir dari rumah terus diamuk sama Alvaro!"

"Tante, Dewa kayaknya bukan anak kandung Tante sama Om Dilan, ya? Dipungut di mana, Tan, waktu itu?"

"Di tong sampah, Sel. Nanti kalau udah lulus mau Tante balikin lagi ke tempat itu." Della menjawab tanpa ragu mengikuti alur permainan Aksel hingga dua sahabat Dewa itu tertawa keras. Meledek habis-habisan bos mereka selagi punya tameng.

"Bos, langsung eksekusi ke markas, jangan kasih ampun! Makin lo diemin makin ngelunjak dan nggak tau diri." Bens mengompori sambil menunjuk Aksel yang sudah mengunyah potongan buah melon tanpa rasa takut.

"Ngomong-ngomong kalian sudah kelas dua belas, gimana perencanaan masa depan kalian setelah lulus sekolah nanti?"

Saat Bens dan Dewa terdiam mendengar pertanyaan itu, hanya Aksel yang tidak berhenti bicara. Memberitahu rencananya selepas lulus SMA karena diarahkan oleh Alvaro. "Kalau aku, sih, kuliah. Kalau misalnya keadaan maksa untuk kerja sambil kuliah, aku siap. Soalnya Tante Della udah ngajarin aku banyak hal tentang bisnis, sering bantu bunda juga disaat keadaan lagi suka bercanda. Aku ngerasa nggak ada keraguan soal itu," ungkap Aksel membuat Della tersenyum haru.

Niskala Dewa (Renata 2) 2023Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang