12. Clara dan Dewa

53 7 0
                                    

12. CLARA DAN DEWA

Pertemuan hari itu membawa Dewa pada sebuah rencana yang mengharuskannya untuk menyakiti Renata. Memaksa laki-laki itu untuk kembali jalan berdua bersama Clara, bahkan membawa cewek itu ke kafe milik orang tuanya dengan wajah tak berdosa. Renata kebetulan ada di sana, ia dihubungi oleh Della sebelumnya.

Karena kabar mengenai pengusiran terhadap Dewa, Renata jadi berpikir bahwa selama ini, kemungkinannya cowok itu berada di rumah Clara. Tapi Renata berusaha berpikir positif, bohong kalau ia tidak merasa sakit hati. Apalagi saat Dewa memperlakukan Clara lebih manis darinya, membuat Renata semakin merasa terluka. Renata melihat dengan jelas, matanya sontak memanas.

Kemudian cewek itu meninggalkan mejanya tanpa pamit kepada Della, ia ingin segera pulang dan menumpahkan air matanya pada bantal. Gadis mana yang tidak merasa cemburu saat orang yang dicintainya tengah bermesraan dengan perempuan lain?

"Gue nggak ngerti kenapa semuanya serumit ini. Gue bingung, apa gue masih punya hak untuk marah?" Renata tiba di luar, segera masuk ke dalam mobil yang dikemudikan oleh Wisnu.

"Lo kenapa? Siapa yang udah buat lo nangis, Ren?"

Renata menggelengkan kepalanya saat Wisnu menatapnya dari samping, tepat di kursi kemudi. "Kita pulang aja, yuk. Hari ini gue mes ngelakuin apa-apa."

"Iya, setelah ini kita pulang. Tapi lo harus cerita dulu kenapa, Dewa buat masalah apalagi?"

Seperti menelan butiran jarum, Renata menahan tangisan itu di kerongkongannya. Berkali-kali menghela napas, tersenyum dengan mata yang memerah.

"Bukan apa-apa. Dewa diusir Om Dilan dari rumah, gue diminta untuk membujuk Dewa supaya balik lagi ke rumah."

Mendengar jawaban itu, Wisnu langsung membuang muka seraya memasang ekspresi marah. "Kenapa, sih, mereka selalu ngerepotin lo dengan permasalahan yang Dewa hadapi? Lo itu baru tunangannya, bukan istri. Gue nggak suka mereka terlalu mengharapkan bantuan lo untuk merubah Dewa. Mereka aja nggak bisa atasi Dewa, apalagi elo, Renata!"

"Karena ikatan itu, gue ngerasa punya tanggung jawab. Seperti lo sama Melodi!"

"Gue udah bilang untuk nggak berhubungan lagi sama Dewa. Rega udah setuju, lo harus jauhi dia." Wisnu menatap tajam, memperingati dengan kemarahan. "Dewa sama Wisnu itu berbeda, Ren. Lo nggak akan menemukan gue dalam versinya Dewa, lo cuma akan sengsara kalau terus-terusan sama dia!"

"Lo nggak punya hak ngomong kayak gitu tentang Dewa. Lo nggak tau apa-apa!"

"Terus lo tau segala hal tentang Dewa?"

"Gue lagi nyari jawaban itu, gue yakin Dewa punya alasan."

Wisnu menyunggingkan senyum. "Alasan itu nggak akan bisa dibenarkan. Lo jatuh terlalu jauh dalam permainan Dewa, Ren. Dia berhasil mengendalikan pikiran lo untuk tetap sama dia meskipun dia buat salah berkali-kali. Perlahan lo akan kehilangan diri lo sendiri," katanya menohok.

"Memangnya salah gue mempertahankan Dewa? Merubah Dewa seperti keinginan orang tua dia adalah sebuah kesalahan?" Nada suara Renata meninggi, air matanya luruh menerjuni pipi lalu jatuh ke bawah. "Lo nggak ngerti seperti apa rasanya jadi gue, Wisnu."

"Gue minta maaf. Tapi lo harus mengerti, lo nggak punya hak untuk merubah diri seseorang, kalau bukan atas kemauan dia sendiri, Ren."

"Gue takut kehilangan dia, Wis. Gue ngelakuin itu karena gue nggak mau Dewa pergi kayak papa, gue nggak mau ditinggal dengan cara itu. Menyakitkan buat gue, Wisnu." Suara Renata bergetar, isakan kecil lolos dari bibir mungil itu.

Tatapannya perlahan melemah, otot-otot yang tegang kembali melemas. Wisnu menghela napas lelah, ia tidak ingin melihat Renata seperti ini. Tiap detik yang gadis itu lalui kini menjadi tidak seseru dulu, dia seperti bunga yang layu sejak kehilangan mataharinya.

Niskala Dewa (Renata 2) 2023Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang