27. Mantan Terindah

44 8 0
                                    

FEBRUARI!

HALO SEMUA!

Bagaimana Januari, apakah berlalu dengan baik? Bagaimana kabarnya di bulan kedua tahun 2024?

Sebelumnya, aku mau mengucapkan terimakasih karena, masih di sini menunggu Dewa-Renata update!

Juga, semoga kedepannya, teman-teman semua semakin suka sama kisah mereka.

Untuk menghargai cerita ini, bantu aku, ya, untuk memberikan vote, komen yang positif, juga kalau boleh follow akunku juga supaya nggak ketinggalan update terbaru dari Renata-Dewa.

Oke deh, nggak mau panjang-panjang. Selamat membaca semua, selamat berbahagia!🧡

***

Kalau seperti ini ceritanya, akan berat dilalui oleh Dewa. Tiap tikungan nyaris membuatnya jatuh ke jurang, hari ini Renata menunjukkan bahagianya yang baru. Lain dari biasanya, gadis itu aman di samping seorang Varon. Apa yang Renata pikirkan ketika kenal dengan sosok gila seperti itu? Dan apa juga untungnya jika Dewa terus memikirkannya, yang ada malah semakin sakit hati.

Sialan memang!

Dewa tiba di rumah setelah ugal-ugalan di jalan sendirian, meminta dua temannya untuk datang lebih dulu ke rumahnya sebab ingin membahas hal penting. Tapi ruang tamunya sepi, entah ke mana semua orang sekarang.

Tak lama dari besit pertanyaan itu, ayahnya yang bernama Dilan, muncul dengan map kerja yang membosankan menurut Dewa. Rasa heran menyerang kepala Dewa, tak biasanya ayahnya itu di rumah saat ini. Ketika masih berada di jam kantor, kecuali ada sesuatu yang penting, yang lupa ia bawa.

"Jangan terlalu sibuk menyesali kalau tindakan yang kamu lakukan sudah benar. Nggak semua harus berjalan sesuai kehendak sendiri, cobalah untuk mengerti diri sendiri dan pandang. Kedepannya mau seperti apa?"

Heran melihat ayahnya bicara sendiri, Dewa melihat sekeliling. Barangkali ada yang terlewat dari netranya karena sibuk mengurus isi kepala. Tapi nihil, tak ada yang ia temukan selain ia dan ayahnya yang sok tahu ini.

"Papa bicara sama aku atau angin?"

"Dibandingkan sama kamu, lebih adem ngomong sama angin."

Oh, Dewa memberi tanggapan seperti itu sambil mengangguk. Lagaknya begitu santai, tetapi Dilan tahu, hatinya sekarang sedang tidak tenang. Dia sudah membuat masalah besar, banyak kerugian baginya, tapi ia tidak mungkin mundur dan mengalah begitu saja. Pantang bagi Dewa, dia akan terus berjuang, meski akan kehilangan segalanya.

"Selesaikan masalah kamu baik-baik. Jangan bawa pergi anak papa terlalu jauh, Dewa. Jangan ambil anak laki-laki Mama kamu, jangan buat kakak Dewi dalam bahaya. Jangan rusak anggota keluarga kami dengan warna hitam pekat yang kamu bawa dari luar." Dewa terdiam, kata-kata Dilan membawanya jauh sekali.

"Jika semua masalah menggunakan kekerasan, nggak akan ada habisnya, Wa. Kamu bahkan akan kehilangan diri sendiri, ingat selalu ucapan papa. Jadilah sebaik mungkin, walau bagi mereka kamu sudah rusak." Dilan melanjutkan, memahami putranya yang tak lagi menjawab. Kemudian ia pun diam, menunggu kesimpulan.

"Aku nggak akan jadi baik kalau keadaan selalu mendesak, Pa."

Dewa mendongak, menatap ayahnya yang berdiri di depan sofa yang saat ia duduki. Ada kobaran kecewa dari dalam dirinya, yang tak bisa diperbincangkan.

"Jangan menuntut satu hal, yang sulit untuk aku lakukan, Pa. Situasi ini muncul karena secuil kebaikan, aku harus menuntaskannya sampai akhir," tambah Dewa, yang tentunya bisa dimengerti oleh Dilan apa maksudnya.

Niskala Dewa (Renata 2) 2023Where stories live. Discover now