Chapter 2

2.8K 225 16
                                    

Happy reading (⁠◡⁠ ⁠ω⁠ ⁠◡⁠)


Tanpa sadar Eren tertidur lelap di sofa dengan majalah yang menutupi wajahnya. Bunyi langkah kaki kecil seiring mendekatinya. Ya, pemilik langkah kaki tersebut yang tak lain adalah Levi yang telah selesai mendapati perawatan.

Dengan tubuh pendeknya, Levi menaiki sofa dan menatap lamat Eren yang tertidur dengan posisi lucu. Mata bulatnya terus menatapnya tanpa henti, hingga muncul rona merah di pipinya.

" Eren...bangun." ucap Levi kecil, menggoyangkan lengan Eren agar bangun.

" Eren? Bangun...bangun...bang—"

" Aish iya, iya, aku sudah bangun! " nada Eren sedikit meninggi, membuat Levi menjauhkan tangannya takut. Alisnya mengkerut sedih.

Menyadari ada sesuatu yang salah, Eren segera menoleh kesamping. Ia mengira jika yang membangunkannya adalah ibunya, makanya ia sedikit kesal. Tapi, ia tersadar jika tadi bukanlah ibunya melainkan Levi.

" Levi maafkan aku, aku tidak bermaksud membentakmu, aku—"

Eren berhenti bicara, mulutnya sedikit terbuka dan matanya melebar menatap wajah Levi di hadapannya.

Melihat Eren yang bengong melihatnya, membuat Levi panik. Ia mendekatinya dan menggoyangkan bahunya. Eren tersentak kaget, tangannya menangkup pipi Levi yang terkejut akibat perbuatannya.

" E-eren?! "

" Aku...aku tidak menyangka..." Eren menatap kedua mata sapphire itu lekat.

" Engh?? "

" Aku sangat tidak menyangka Levi, kau benar-benar sangat manis dan juga tampan! Wow kau pasti bisa memikat banyak gadis untuk dijadikan pasangan! " ucapnya seraya tertawa lebar.

Eren beranjak dari sofa, ia menggandeng  tangan yang lebih kecil darinya menuju kasir.

" Terimakasih sudah membuat sahabatku menjadi sangat manis. Aku yang akan membayarnya." ucap Eren seraya mengeluarkan kartu dan menaruhnya di meja kasir.

Sang kasir tersenyum lebar, " Ha'i kami akan terus melakukan yang terbaik untuk pelanggan kami." setelah itu mengembalikan kartu itu.

-

-

-

" Apa kau mau menaiki wahana itu? " tanya Eren, menunjuk bianglala yang berukuran besar.

Levi mendongak keatas agar bisa melihat jelas dan betapa besarnya wahana yang dimaksud Eren. Ia menoleh menatap Eren yang ternyata sudah berada di tempat tiket. Kaki kecilnya segera menyusulnya.

" Wahana itu terlalu besar..."

" Tenang saja Levi, ada aku disini." ucap Eren bangga seraya memamerkan dua tiket ke wajah si raven.

Sedangkan Levi hanya mengangguk, terpaksa harus menurutinya. Keduanya mengantri cukup lama untuk menaiki wahana tersebut karena peminatnya sangat banyak. Jadi, harus bersabar menunggu.

Kini tiba giliran mereka. Tempat berbentuk sangkar burung dibuka oleh petugas wahana, keduanya segera memasuki sangkar burung tersebut lalu duduk berseberangan. Petugas itu menutup pintunya dan mengurusi pengunjung selanjutnya.

Wahana perlahan mulai bergerak. Levi reflek menatap Eren yang mengeluarkan rintihan tertahan. Bahkan kedua matanya terpejam enggan melihat pemandangan di bawahnya.

" Eren, kau takut? " tanyanya pelan, dibalas gelengan kuat olehnya.

" Ti-tidak! Siapa bilang aku takut! "

Need You Badly [EreRi]Onde histórias criam vida. Descubra agora