Chapter 45

486 42 12
                                    

Happy reading (⁠✿⁠^⁠‿⁠^⁠)



Eren menghentikan mobilnya tepat di depan gerbang sekolah. Melihat jam tangannya, jarum jam telah menunjukkan pukul sebelas siang, seharusnya sebentar lagi sekolah akan selesai. Ia berdiri di pintu mobil, para ibu-ibu yang juga menunggu cekikikan sendiri sambil memandanginya. Hei, ingat kalian sudah memiliki suami mengapa masih melirik suami orang!

Bel sekolah berbunyi pertanda jika kelas telah usai. Segerombolan anak-anak keluar dari ruangan kelas dengan wajah ceria, berlarian menuju gerbang untuk menemui orang tua mereka.

Senyuman tercetak di bibirnya saat melihat kedua anaknya berjalan saling bergandengan tangan. Miya melebarkan matanya, menunjuk keberadaan sang ayah dengan girang.

" Itu daddy!! Daddy! Miya di sini! "

" Ehh Miya-chan pelan-pelan jangan berlari—"

BRUK

Teriakan Arthur sontak berhenti begitu menyaksikan adiknya tersandung kakinya sendiri. Membuatnya jatuh tersungkur ke tanah, banyak teman-teman yang melihat kejadian itu namun lebih memilih diam. Arthur mendesis tajam pada mereka sebelum bergegas mendekati sang adik, begitu juga dengan Eren.

" Miya-chan daijoubu?! "

" Hiks... nii-san..."

" Oh tidak, Miya!"

Dengan cemas Eren mengambil putrinya dan mendudukkannya di pahanya.

" Sayang... katakan pada daddy, bagian mana yang sakit? " tanya Eren khawatir seraya mengusap pipi Miya yang kotor.

Miya melengkungkan bibirnya ke bawah, " Lutut Miya sakit daddy..."

Mendengar rintihan sang adik mampu melukai hati bocah bermarga Yeager itu. Tangan kecilnya mengelus-elus dahi sang adik berharap perlakuannya dapat menenangkannya. Eren tersenyum melihat perhatian yang diberikan Arthur kepada adiknya.

" Jangan menangis daddy akan mengobatimu."

" Um..."

" Daddy bisa sedih kalau melihatmu menangis. Hentikan tangisanmu oke? Bukankah Miya-chan itu kuat." Eren menggendongnya lalu menghapus air matanya dan melangkah menuju mobil diikuti Arthur.

" Um Miya kuat! "

" Kalau Miya-chan kuat seharusnya tidak menangis."

" Miya tidak menangis! Grrrr! " Miya menunjukkan kedua lengan mungilnya seolah-olah memperlihatkan betapa kekarnya dia.

Arthur reflek menahan tawanya melihat tingkah sang adik, ia melupakan kekhawatirannya sejenak.

" Hahaha kau sangat lucu sayang."

Sesampainya di dalam mobil, Eren menaruh Miya ke kursi penumpang bersama Arthur. Lalu mengambil kotak medis guna mengobati luka lecet yang dialami putrinya. Ia melilitkan perban serta menempelkan plester bermotif hello Kitty ke lututnya.

" Nah selesai... sebentar lagi luka Miya akan sembuh."

" Apa benal, daddy? " tanya Miya yang memeluk lengan kakaknya.

" Percayalah dengan daddy. Itu juga berkat keberanian Miya sehingga luka pun takut denganmu Hahaha."

Arthur mengangguk setuju, " Apa yang dikatakan daddy benar! Nii-san dulu juga pernah mengalami kejadian seperti Miya-chan dan daddy juga menyembuhkan ku seperti apa yang dilakukan daddy saat ini."

Eren tersenyum lebar lalu mengusap-usap bangga surai brunette putranya.

" Woahh daddy sangat hebat! " pekik Miya terkagum-kagum.

Need You Badly [EreRi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang