Deux

33 6 0
                                    

Kim Mi Sun termenung menatap deretan koper yang sedang berjalan di atas conveyor belt. Hampir sepuluh menit ia menunggu, tidak terlihat koper merah maroon miliknya melintas. Beberapa kali Mi Sun salah mengambil koper orang lain, mungkin karena warna itu sedang populer saat ini. Ia mengingatkan dirinya lain kali akan memberi tanda yang menyolok pada koper miliknya. Dan berharap tidak ada orang yang sedang membawa kopernya. Mi Sun menarik koper kecil beserta travel bag diatasnya, berjalan sedikit menjauh. Ia memutuskan untuk menunggu hingga kerumunan orang berkurang.

"Excusme, this is yours?" seseorang menegurnya dalam bahasa inggris.

Postur tubuhnya yang kecil khas orang asia mudah dikenali sebagai orang asing. Mi Sun melihat koper merah yang mirip dengan kopernya berada di tangan seorang wanita berambut pirang. Mi Sun membaca tulisan yang berada di tag baggage yang menempel pada koper. Nomor bagasi Mi Sun sesuai dengan label.

"Yes this is mine, thank you," Mi Sun membungkukkan badannya serasa mengucapkan terima kasih.

"Kupikir aku akan sial hari ini, baiklah Mi Sun-ah mari kita mulai petualangan ini," gumam Mi Sun menyemangati dirinya.

Liburan atau bisa dikatakan petualangan ini sudah Mi Sun rencanakan berbulan-bulan sebelumnya. Ia telah melakukan riset tempat yang akan ia kunjungi, di mana akan tidur bahkan apa saja yang dibutuhkan selama di Paris. Mi Sun sadar, ia bukan orang kaya yang bisa dengan mudah memilih hotel sesuka hati, memesan makanan tanpa melihat harga yang tertera. Liburan ala backpacker menjadi pilihan Mi Sun.

Mi Sun menyelesaikan seluruh proses imigrasi dan mencari nomer telepon Paris sebelum meninggalkan bandara. Udara musim panas Paris terasa lebih dingin daripada udara musim panas di Korea. Ia mengecek suhu udara, 23° C, pantas ia merasa udara di sini terasa lebih dingin. Ia mengeratkan sweater yang awalnya akan ia lepas saat di luar bandara. Hal kecil yang luput dari persiapan, mengecek suhu udara di Paris saat ini. Ia mengira karena sama-sama sedang musim panas, suhu kedua negara pun sama.

Mi Sun membaca petunjuk arah mencari keberadaan bus umum untuk menuju pusat kota. Untungnya hampir disetiap petunjuk arah terdapat kalimat berbahasa inggris sehingga memudahkannya untuk memahami. Mi Sun berjalan menjauhi pintu keluar bandara, mengikuti arah panah yang menunjukkan tempat bus bandara berada. Beberapa bus berderet sesuai tujuan masing-masing. Mi Sun mengantre untuk menaiki bus menuju pusat kota, seorang petugas bandara membantu Mi Sun menaikkan koper ke atas bus. Ia sedikit kesusahan saat mencari tempat duduk dengan dua koper di tangan. Selain itu, hampir semua orang yang berada di dalam bus membawa koper seperti dirinya sehingga jalan agak sedikit terhalang. Setelah beberapa kali mengucapkan maaf pada orang yang tertabrak kopernya, ia menemukan tempat duduk di samping pintu keluar, keberuntungan lain yang patut ia syukuri.

Memandang kota Paris di sepanjang jalan menuju pusat kota membuat Mi Sun tersenyum lebar. Salah satu keinginannya akhirnya terpenuhi meski harus melewati penderitaan semua ini terbayarkan. Gedung-gedung yang selama ini hanya ia lihat lewat internet kini terpampang nyata di depan mata. Tidak butuh waktu lama, hanya sekitar setengah jam perjalanan dari Bandara Charles de Gaulle menuju pusat kota. Dari pusat kota Mi Sun berencana melanjutkan perjalanan menggunakan taksi karena daerah tempat ia akan menginap tidak dilalui kendaraan umum. Sejujurnya hal ini sedikit ia sesalkan, karena ia baru mengetahui hal itu saat sudah selesai melakukan pembayaran. Ia harus berjalan lebih jauh jika ingin menaiki kendaraan umum, yang dimana tidak mungkin ia lakukan dalam kondisi seperti ini. Berjalan dengan satu koper besar di tangan kanan, satu koper kecil di tangan kiri dan sebuah travel bag, belum lagi sebuah tas ransel di punggungnya.

Mi Sun mencari tempat untuknya duduk sembari menghubungi pemilik kamar yang akan ia gunakan selama beberapa hari ke depan sebelum berpindah ke tempat lain.

"Allô," terdengar suara lembut dalam bahasa Perancis.

"Hello Madame, saya Kim Mi Sun orang yang akan menyewa kamar anda. Saya sudah sampai di pusat kota," jelas Mi Sun dalam bahasa inggris.

"Oh dear, harusnya kau menghubungiku sebelumnya. Aku sedang tidak berada di rumah sekarang. Apakah kau bisa menemuiku, kita akan pulang bersama nanti," jawabnya menggunakan bahasa inggris juga. Satu keuntungan lagi bagi Mi Sun, ibu kosnya bisa berbahasa inggris sehingga ia tidak akan kesulitan untuk berkomunikasi.

"Tetapi di mana saya harus menemui anda saat ini?"

"Akan aku kirimkan alamatnya, kau tinggal menunjukkannya pada sopir taksi."

"Baiklah Madame," jawabnya patuh.

"See you Mrs. Mi Sun."

Tantangan kedua yang harus Mi Sun hadapi, ia tidak bisa segera meletakkan barang-barang miliknya sesuai harapan. Mi Sun sudah memberitahukan keberangkatannya kepada Madame Deluxe saat pesawat akan lepas landas. Ia tidak menduga wanita pemilik rumah malah pergi saat ia sampai di Paris. Sebuah pesan singkat masuk menunjukkan alamat yang akan Mi Sun tuju. Secepatnya Mi Sun mencari keberadaan taksi dan menghentikannya.

"Can you take me to this address?" tanya Mi Sun pada sopir taksi yang berhenti di depannya.

"Sure."

Mi Sun segera menaikkan semua koper ke dalam bagasi beserta travel bag miliknya. Mi Sun melihat argo awal taksi, lima euro, setidaknya tidak terlalu mahal. Mi Sun meletakkan ponselnya di kursi dan mencari di dalam tas ransel, buku panduan bahasa perancis yang sempat ia beli sebelum berangkat.

"Cette adresse est-elle proche?" tanya Mi Sun dalam bahasa perancis.

"Yes miss this address is close, only two blocks away," sopir taksi menjawab Mi Sun menggunakan bahasa inggris sembari tersenyum.

"Can you speak english sir?"

"Tentu nona, di sini banyak turis asing hingga membuat saya harus belajar bahasa inggris juga untuk berkomunikasi," jelas sang sopir.

Mi Sun mengangkat bibirnya canggung. Ia merasa sia-sia menggunakan bahasa perancis takut sang pengemudi tidak memahami bahasa yang ia gunakan. Mi Sun menatap ke luar melihat deretan restoran di sepanjang pinggir jalan. Ratusan orang memenuhi jalanan, beberapa sedang menikmati brunch sambil bercengkrama.

"Kita sudah sampai nona," ucap sopir membuyarkan keasyikan Mi Sun.

Mi Sun segera mencari dompet berisi uang dan melihat argo taksi untuk membayar. Angka tujuh tertera pada layar. Mi Sun mengeluarkan selembar uang senilai lima euro dan mencari koin di saku tas ransel yang seingatnya ia masukkan setelah mendapat kembalian saat membeli minum di bandara.

"Akan kuambilkan barang anda nona," tawar sopir taksi.

"Tidak perlu Sir, akan kulakukan sendiri saja?" tolak Mi Sun sembari buru-buru memberikan uang pada sopir taksi.

Mi Sun segera membuka pintu taksi, sekali lagi bersusah payah menurunkan koper dari dalam bagasi. Ia menurunkan koper kecil dan travel bagnya terlebih dahulu. Mi Sun terkejut, seorang pria tiba-tiba saja mengangkat koper terakhir miliknya.

"Excuse me ...." ucapan Mi Sun terhenti ketika pria tersebut masuk ke dalam taksi.

"Thank you sir," teriaknya pada taksi yang sudah menjauh.

Mi Sun mencari ponsel di dalam tas untuk menghubungi Madame Deluxe. Tidak ada, ia meletakkan tas di jalanan, mengeluarkan beberapa barang, tetapi ponselnya tetap tidak ketemu. Dan Mi Sun pun tidak melihat dompet miliknya.

"Hah cobaan apalagi ini?" gerutunya.

On Shoestring (Complete) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang