Vingt-huit

8 2 0
                                    

Mi Sun tidak melepaskan pandangan pada Maximillian, senyuman terus mengukir di bibirnya. Maximillian tentu menyadari hal itu, namun ia tidak menghiraukan tatapan aneh Mi Sun. Ia fokus mengendarai mobil menuju kantor. Pria itu sudah menawarkan untuk mengantar Mi Sun kembali ke rumah, tetapi Mi Sun menolak. Mi Sun beralasan rumah pasti kosong dan ingin menemui Anne.

"Hentikan senyum itu, bibirmu sudah mirip dengan joker," ledek Maximillian saat mobil sudah terparkir di tempat parkir khusus untuk Maximillian.

Mi Sun tidak menghentikan senyumnya malah semakin lebar melihat Maximillian yang terusik. Mi Sun meraih handle pintu mobil, terkunci. Ia menatap Maximillian yang kini menghadapnya.

"Jelaskan atau kita akan terjebak di sini!" perintah Maximillian.

Mi Sun meletakkan garpu yang ia gunakan untuk memakan croissant. Ia mengikuti pergerakan Felicie, wanita yang baru saja meninggalkan mejanya untuk mengambil pesanan miliknya. Felicie kembali dengan nampan berisi satu cangkir yang tampaknya berisi kopi dan sepiring corissant. Felicie kembali menduduki kursi di depan Mi Sun tanpa meminta izin kembali.

"Apa yang Max katakan tentangku padamu?" tanya Mi Sun tidak sabar dengan lanjutan ucapan Felicie yang terpotong.

"Tidak banyak. Tetapi setiap kali kami bertemu, namamu selalu muncul," jawab Felicie santai sambil menikmati kopi miliknya.

Mi Sun terusik dengan kalimat 'setiap kali kami bertemu'. Felicie mengatakan seolah mereka sering bertemu.

"Sepertinya kalian sering bertemu," ucap Mi Sun dengan nada sedikit menyindir.

Mi Sun kembali menghabiskan sarapannya, menutupi perasaan yang kacau. Felicie tersenyum tipis, senang dengan kecemburuan yang tampak di raut wajah Mi Sun. Ia tidak sontak menjawab. Felicie mulai memotong croissant dan memakannya sepotong demi sepotong.

"Kerja sama perusahaan membuat kami sering bertemu, tetapi dia tidak punya cukup waktu untuk bertemu di luar pekerjaan," jelas Felicie membuat Mi Sun berhenti menyendok salad. 

"Oh ya, apakah kau sudah menerima foto yang kuberikan pada Max?" tambah Felicie.

"Yes, foto hasil pemotretan waktu itu bukan? Dua-duanya sangat indah," balas Mi Sun senang kali ini.

"Dua? Kukira aku memberikan lebih dari itu pada Max." Satu informasi lagi dari Felicie yang membuat Mi Sun tersenyum.

"Mi Sun." Maximillian menyentuh pipi Mi Sun yang merona membuat sang pemilik kaget.

"Apa kau baik-baik saja? Setelah tersenyum sejak tadi, sekarang kau malah melamun. Apa yang kau pikirkan?" tanya Maximillian khawatir dengan Mi Sun.

Mi Sun menepis pelan tangan Maximillian, menggantikannya dengan tangannya sendiri untuk menutupi rona merah yang pasti muncul. Ia merasakan pipinya menghangat tatkala mengingat percakapannya dengan Felicie.

"Aku bertemu dengan nona Laurent saat sarapan tadi. Dan dia mengatakan kau selalu menyebut namaku saat bertemu dengannya. Tidak hanya itu, ada perkataannya yang membuatku bertanya-tanya, berapa lembar fotoku yang kau simpan? Dia mengatakan memberimu lebih dari dua foto," goda Mi Sun.

Maximillian sontak salah tingkah, ia merubah posisi tubuhnya ke depan menghindari Mi Sun. Tangan kanan Maximillian memegang erat kemudi, sedangkan tangan kiri yang tidak terlihat oleh Mi Sun mengetuk handle pintu cepat. Ia menekan tombol kunci pintu mobil membuatnya terbuka.

"Turunlah! Ibuku pasti sudah lama menunggumu," perintah Maximillian menghindari pertanyaan Mi Sun.

Tanpa membukakan pintu penumpang untuk Mi Sun, Maximillian berjalan menuju butik dengan cepat meninggalkan Mi Sun yang masih di dalam mobil.

"Max, tunggu jawab dulu pertanyaanku," teriak Mi Sun sambil mengejar Maximillian yang sudah memegang pintu butik dan masuk ke dalam.

***

Menjadikan Disneyland Paris sebagai tempat terakhir sebelum mengakhiri liburan kali ini merupakan keputusan yang sangat tepat bagi Mi Sun. Ini adalah kali pertamanya mengunjungi taman hiburan yang paling terkenal seantero dunia. Terlebih lagi Maximillian yang lagi-lagi meluangkan waktunya untuk menemani Mi Sun menikmati Disneyland. Banyak atraksi menarik yang mampu membuatnya kembali menjadi anak kecil yang sangat suka mainan. Disneyland Paris sendiri menjadi dua area taman, Disneyland Park dan Walt Disnet Studios Park.

Awal memasuki Disneyland Paris, nuansa kota khas Amerika menyambut Mi Sun. Deretan toko souvenir, restoran khas disney dan beberapa spot foto tampak menarik. Mi Sun tidak banyak belanja di sini, harga yang tergolong mahal membuat Mi Sun berpikir dua kali untuk memborong. Tidak lama, Mi Sun mengajak Maximillian untuk melanjutkan perjalanan menikmati setiap atraksi yang ditawarkan.

Satu hari rasanya tidak cukup untuk menjelajahi seluruh wilayah Disneyland Paris. Langit yang awalnya cerah sontak berubah menjadi gelap dalam waktu singkat. Mi Sun dan Maximillian duduk berdesakkan dengan pengunjung lain di depan Istana Sleeping Beauty. Mereka menantikan pertunjukkan Disney Illuminations.

Mi Sun tidak berkedip selama pertunjukkan berlangsung. Ia seolah terhipnotis permainan apik lampu-lampu yang di tampilkan di dinding Istana Sleeping Beauty yang megah. Kompilasi film-film disney dari yang klasik hingga terbaru ditampilkan dengan sangat indah. Bahkan tiga puluh menit pertunjukkan tanpa terasa terlewati begitu saja. Pertunjukkan ditutup dengan menampilkan pernikahan kerajaan yang digelar untuk Princess Aurora.

"Bukankah sangat membahagiakan menikah dengan orang kau cintai," celetuk Mi Sun di akhir pertunjukkan.

"Sayangnya aku tidak membawa cincin saat ini untuk melamarmu," kelakar Maximillian menimpali.

Mi Sun tersenyum mendengar lelucon Maximillian. Andai itu benar, dilamar di depan Istana sungguh momen yang indah.

"Ayo kita pulang!" ajak Mi Sun.

"Kita mampir ke apartemenku dulu, ada yang harus kuambil," pinta Maximillian.

"No problem."

Keduanya beranjak dari tempat duduk, mengikuti arus beberapa orang menuju pintu keluar. Selama di Paris, Mi Sun belum pernah berkunjung ke apartemen yang ditinggali Maximillian. Maximillian membawa Mi Sun ke sebuah apartemen sederhana di dekat menara Eiffel. Memasuki pintu depan, Mi Sun disambut dengan ruang tamu yang langsung terhubung dengan dapur. Hanya ada satu pintu yang terlihat di sana.

"Hanya ada air putih dan wine. Kau mau minum apa?" tawar Maximillian.

"Kau mau membuatku mabuk bahkan dikunjungan pertamaku?" goda Mi Sun.

"Ambil sendiri di lemari es kalau kau ingin minum," sungut Maximillian.

Maximillian meninggalkan Mi Sun yang sedang asyik melihat Menara Eifel dari jendela. Ia masuk ke dalam kamar mengambil beberapa pakaian dan barang yang ia butuhkan. Mi Sun beralih melihat ke sekeliling, menemukan foto yang tidak asing. Foto yang sempat ia pertanyakan keberadaannya tertata rapi di atas rak bersama foto Maximillian dan Anne. Rasa senang sontak membuncah di hati Mi Sun. Tanpa pikir panjang ia menghampiri Maximillian.

"Ada apa?" tanya Maximillian kaget dengan kemunculan Mi Sun.

Maximillian buru-buru mengancingkan kemeja yang baru saja ia kenakan. Entah apa yang merasuki Mi Sun, ia menerkam Maximillian. Menarik wajah Maximillian mendekat, menautkan bibirnya dengan milik pria itu. Maximillian tentu membalas dengan tanpa ragu. Ia menarik tubuh Mi Sun, merebahkannya di atas ranjang tanpa memutus kontak manis mereka. Pergulatan panas tidak terelakkan, Mi Sun memberi kode pada Maximillian untuk memberinya jeda untuk bernapas.

"Why?" tanya Maximillian dengan suara serak menahan nafsu tatkala melihat Mi Sun yang diam membeku.

Maximillian menoleh ke belakang, di mana Mi Sun melihat tanpa berkedip. Sebuah foto seorang wanita yang tertawa mengejar anak kecil terlihat dengan jelas dari arah ranjang.

On Shoestring (Complete) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang