Sept

3 2 0
                                    

Tiga tahun sudah Maximillian mengambil alih bisnis sang ibu, Anne Deluxe. Semua urusan pengelolaan managemen butik ia yang mengerjakan, sedangkan sang ibu kini hanya bertugas perihal desain dikeluarkan. Dari awal Anne sudah mempersiapkan Maximillian  untuk menangani butik yang didirikannya. Namun selepas ia menyelesaikan pendidikannya, Maximilliian lebih memilih untuk mencari pengalaman terlebih dahulu di perusahaan lain, hingga tiga tahun lalu akhirnya ia memutuskan untuk membantu sang ibu yang sudah mulai kewalahan menangani managemen butik yang kini sudah memiliki empat cabang.

Maximillian ingin terjun langsung saat pemilihan tempat yang akan digunakan untuk pemotretan karena ini adalah proyek besar pertamanya. Ia ingin memeriksa bagaimana tempat itu bisa menggambarkan pakaian yang akan dipromosikan. Maximillian ingin memastikan semua berjalan lancar. Ada beberapa tempat wisata yang menjadi pertimbangan sebagai lokasi pemotretan. Tiga diantaranya Maximillian dan tim tinjau untuk hari ini.

Parc des Buttes, tempat terakhir yang akan Maximillian tinjau. Ada beberapa tempat yang akan menjadi lokasi pemotretan. Temple de la Sibylle, kuil yang dibangun di atas tebing ketinggian lima puluh meter dapat melihat Paris dari angle yang berbeda. Maximillian memutari kuil, melihat keadaan sekitar. Saat melihat ke arah jembatan gantung, ia memicingkan mata, meyakinkan apa yang ia lihat benar. Kim Mi Sun, turis asing yang tadi pagi bertemu secara kebetulan. Tanpa sadar Maximillian memerhatikan Mi Sun yang sedang memotret danau dari atas jembatan.

"Max," panggil Felicie.

"Ya," Maximillian menoleh, menghampiri Felicie beserta tim yang berkumpul.

"Cukup untuk hari ini, terima kasih atas kerjasama kalian. Sampai jumpa dipemotretan yang akan datang," ucap Felicie pada seluruh tim yang ikut.

Maximillian menghampiri tiga orang dari timnya. Ia mengeluarkan beberapa lembar uang memberikannya pada setiap orang.

"Masih ada hal yang harus kukerjakan, ini uang untuk membayar taksi," ucapnya.

Untuk mempermudah pekerjaan, Maximillian mengajak seluruh tim untuk naik mobilnya dan sekarang ia bertanggung jawab untuk mereka sampai ke tempat tujuan masing-masing. Ketiganya mengucapkan terima kasih dan berpamitan pada Maximillian dan Felicie sebelum pergi meninggalkan mereka.

"Max, bagaimana kalau kita minum dulu sebelum pulang?" tanya Felicie.

"Lain kali, aku akan mentraktirmu," tolak Maximillian halus.

"Baiklah. Aku pamit. Sampai jumpa."

Maximillian kembali ke tempat semula melihat jembatan gantung. Sosok yang ia cari menghilang, keberadaan Mi Sun sudah tidak ada lagi di sana. Maximillian berbalik berjalan meninggalkan kuil. Langkahnya terhenti saat ia melihat Mi Sun berjalan ke arahnya. Maximillian sontak berbalik, bersembunyi diantara serombongan wisatawan. Ia tidak ingin terlihat seperti seorang pengungkit. Mi Sun duduk di salah satu bangku, menyelonjorkan kedua kakinya. Ia membuka tas, mengeluarkan sebuah buku kecil. Meneliti sebentar, sebelum meletakkannya di sebelahnya. Ia melihat ponselnya, seolah tampak terkejut segera berdiri meninggalkan tempat. Maximillian menggelengkan kepala melihat apa saja yang baru ia lihat.

"Sepertinya meninggalkan barang adalah hobinya," gumam Maximillian.

Maximillian segera mengambil buku yang ditinggalkan Mi Sun. Diam-diam mengikuti Mi Sun dari belakang. Maximillian berdiri sedekat mungkin tanpa diketahui, menunggu Mi Sun yang sedang menikmati keindahan air terjun buatan. Ia membuka buku yang berada di tangannya, mencari tahu apakah buku ini sangat penting bagi Mi Sun. Hampir seluruh isi buku berupa bahasa yang tidak dimengerti oleh Maximillian. Ia hanya bisa menduga bahwa buku ini berisi catatan perjalanan yang mungkin akan Mi Sun lakukan. Terdapat dua halaman penuh berisikan beberapa tempat di Paris yang ia tulis menggunakan bahasa inggris dan beberapa sudah ia coret.

Mi Sun kembali berjalan meninggalkan tempatnya, Maximillian kembali mengikuti dalam diam. Ia ingin tahu bagaimanakah reaksi Mi Sun saat mengetahui buku miliknya hilang. Kini Mi Sun menuju lahan terbuka yang sedang penuh dengan orang. Maximillian pernah mendengar bahwa Parc des Buttes terkenal dengan keindahannya saat matahari terbenam, namun dirinya sendiri tidak pernah menikmati hal itu. Maximillian melihat Mi Sun sudah duduk dengan nyaman diatas rerumputan tanpa alas dan mulai mengeluarkan perbekalan tanpa menyadari keteledorannya.

"Kau hobi menghilangkan sesuatu rupanya," tegur Maximillian membuat Mi Sun sontak menoleh kaget.

"Max," serunya.

Maximillian duduk di samping Mi Sun tanpa dipersilahkan. Ia menyerahkan buku yang sejak tadi ia bawa. Mi Sun menerimanya masih dengan mimik muka yang bingung.

"Bagaimana bisa?" tanya Mi Sun.

"Kau meninggalkannya di kuil," jelas Maximillian singkat.

"Bagaimana kau?" tanya Mi Sun lagi.

"Aku bukan pengungkit jika itu yang kau pikirkan sekarang," Maximillian mendahului memberi penjelasan sebelum Mi Sun memikirkan hal aneh lagi.

"Aku tidak menyebutmu pengungkit," elak Mi Sun tidak terima, "Ah ... kau sedang mengantar ...."

"Dan aku juga bukan tour guide," potong Maximillian.

Mi Sun membelalakkan kedua matanya, sadar terhadap apa yang telah terjadi. Rona merah sedikit muncul di kedua pipi Mi Sun. Ia ingat apa yang telah ia ucapkan pada Maximillian pagi tadi. Ia menyangka Maximillian seorang pemandu wisata yang sedang mengantar pengunjung.

"Sorry. Aku kira kau sedang bekerja sebagai pemandu," ucapnya tulus.

"Kau yang terlalu cepat mengambil kesimpulan Nona Kim. Lain kali pastikan kau memeriksa barangmu sebelum meninggalkan tempat, jangan sampai aku mengembalikan barangmu untuk ketiga kalinya. Nikmati harimu," pamit Maximillian.

Maximillian berdiri hendak meninggalkan Mi Sun. Wanita itu meraih tangan Maximillian, mencegahnya pergi.

"Apa kau masih bekerja?" ucap Mi Sun memastikan sebelum berkata lebih lanjut.

"Pekerjaanku selesai untuk hari ini."

"Kalau begitu duduklah," pinta Mi Sun.

"Pekerjaanku memang sudah selesai, tetapi bukan berarti aku senggang."

Mi Sun salah tingkah mendengar jawaban Maximillian. Ia menepuk kepalanya sembari berkata 'pabo'. Maximillian kembali duduk di samping Mi Sun. Wanita itu menoleh heran.

"Apa kau butuh bantuan lainnya hingga memintaku duduk?"

"Bisa dikatakan ya. Aku ingin kau menemaniku menikmati sunset di sini. Tiba-tiba aku merasa kesepian melihat semua orang bersama keluarganya."

Seketika ekspresi ceria Mi Sun berubah, kesedihan tampak mulai menyeruak diantara wajahnya.

"Apakah kau tidak takut aku akan berbuat jahat padamu Nona Kim?"

"Jika kau berniat jahat padaku, kau tidak akan repot-repot mengembalikan barangku hingga dua kali Max. Apalagi aku orang asing bagimu. Kau orang baik," ucap Mi Sun.

"Aku hanya tidak ingin turis yang datang ke negaraku menganggap negara ini jahat Nona Kim, tidak lebih," bantah Maximillian.

"Harusnya aku tidak memberi tahu nama panjangku padamu," ucapan Mi Sun membuat dahi Maximillian berkerut.

"Panggil saja aku Mi Sun atau kau bisa memanggilku Michelle. Nona Kim terdengar terlalu formal, sedangkan aku hanya bisa memanggilmu Max tanpa tahu siapa nama panjangmu."

"Maximillian, hanya itu yang bisa kukatakan," ucap Maximillian singkat.

On Shoestring (Complete) Where stories live. Discover now