Seize

18 2 0
                                    

Mi Sun merutuki ucapan spontan yang ia ucapkan. Kini ia harus berlagak tenang ditengah degupan jantung yang semakin keras. Mi Sun mulai berkeringat saat Maximillian membuka kamar yang akan mereka tempati. Pria itu tanpa canggung masuk ke dalam, meninggalkan Mi Sun yang tetap berdiri di lorong.

"Tenanglah Mi Sun-ah. Kau sudah dewasa, ini bukan pertama kalinya kau satu kamar dengan pria," gumam Mi Sun menyemangati diri sendiri.

Mi Sun menarik napas dalam lalu menghembuskannya. Ia mengulang beberapa kali hingga debaran jantungnya normal.

"Mi Sun, kenapa kau tidak masuk?" Maximillian muncul di balik pintu melihat Mi Sun yang masih berdiri di luar.

"Aku masuk."

Mi Sun mendorong pintu perlahan, Maximillian mundur memberi jalan. Mi Sun berjalan canggung memasuki kamar. Hal pertama yang dilihat Mi Sun adalah tempat tidur, hanya ada satu ranjang besar di dalam ruangan. Sekali lagi Mi Sun menghela nafas, ia merasa malam ini akan menjadi panjang. Mi Sun berbalik, ia merasa butuh waktu lebih untuk menetralkan jantungnya yang terus berdetak kencang.

"Max, aku pergi berbelanja dulu," izinnya.

"Apa kau tidak ingin mandi dulu? Kau bisa pakai bathrobe selama pakaianmu di laundry," saran Maximillian.

Membayangkan berdua di dalam kamar saja Mi Sun merasa sangat gelisah, apalagi ditambah jika harus berdua dan hanya mengenakan bathrobe. Mi Sun segera menggelengkan kepala, membuang khayalan liar yang ada di kepalanya.

"Hanya sebentar saja. Sebelum semakin malam."

"Akan kutemani."

"Max, aku hanya pergi ke depan hotel. Aku bisa sendiri. Aku tidak akan lama," ucap Mi Sun menenangkan.

Mi Sun tahu Maximillian pasti khawatir dirinya akan tersesat. Pria itu pasti merasa Mi Sun menjadi tanggung jawabnya selama di sini. Sedangkan berbelanja hanyalah alasan Mi Sun agar ia bisa memiliki waktu sendiri, menyiapkan hatinya yang bergejolak. 

Gucci, Louis Vuitton, Michael Kors, Bvlgari, bahkan Bottega Veneta toko resmi brand internasional berderet memenuhi sepanjang jalan. Mi Sun sadar keuangannya tidak mampu jika harus membeli salah satu dari koleksi mereka. Ia berjalan sedikit lebih jauh dari hotel untuk sekedar mencari toko pakaian yang sekiranya masih ia jangkau. Tidak banyak pakaian yang ia butuhkan, ia hanya butuh baju ganti untuknya tidur dan pakaian dalam.

Beberapa kali keluar masuk toko, akhirnya Mi Sun mendapatkan barang yang ia butuhkan. Langit mulai gelap ketika Mi Sun kembali ke hotel. Ia kembali dengan hati yang sudah lebih tenang setelah menghabiskan waktu sendiri cukup lama. Satu helaan napas panjang ia lakukan sebelum mengetuk pintu kamar. Tidak lama pintu kamar terbuka dan Maximillian muncul dengan baju yang berbeda.

"Syukurlah. Kukira kau tersesat. Aku hampir minta bantuan pihak keamanan hotel untuk mencarimu," sambut Maximillian dengan kekhawatiran yang tidak dibuat-buat.

"Tidak ada kata sebentar untuk belanja bagi wanita Max," jawab Mi Sun santai sambil berjalan masuk.

"Tapi kau mengatakan tidak lama, jadi kupikir kau hanya sekedar membeli baju dan segera kembali," protes Maximillian.

"Ok I am sorry, but I am here now. Dan aku baik-baik saja, jadi kau bisa tenang."

"Mandilah, kau terlihat sangat lelah," perintah Maximillian.

Mi Sun meletakkan tas yang ia bawa di meja dekat televisi, membawa paper bag hasil belanja masuk ke dalam kamar mandi. Ia tergoda dengan bathtub besar begitu ia memasuki kamar mandi. Berendam air panas setelah seharian beraktivitas pasti sangat menyenangkan pikirnya. Mi Sun melihat ke sekeliling, ia menemukan beberapa peralatan mandi lengkap dengan bathbomb untuknya berendam. Tanpa menunggu lama ia meletakkan memulai ritual mandi yang sepertinya akan membutuhkan waktu lebih lama. 

Maximillian sendiri, ia berbaring di ranjang sembari menunggu Mi Sun menyelesaikan urusan membersihkan tubuhnya. Maximillian melihat-lihat menu makan malam yang tersedia di dalam kamar. Ia memutuskan untuk menikmati makan malam di kamar karena sepertinya Mi Sun terlalu lelah untuk sekedar makan di restoran hotel. Selesai memesan makan malam, Maximillian menyalakan televisi untuk mengisi waktu.

Satu episode dari salah satu series yang sedang tayang hari itu selesai Maximillian tonton, namun tidak ada tanda-tanda Mi Sun keluar dari kamar mandi. Maximillian bangkit dari ranjang, berjalan mendekati kamar mandi berusaha mendengar pergerakan yang terjadi di dalam. Sebuah ketukan mengagetkan Maximillian, ia segera membuka pintu kamar mempersilahkan pelayan yang mengantar makan malam mereka. Maximillian meminta pelayan untuk menyiapkan makanan di balkon kamar. Ia sempat melakukan tur singkat saat Mi Sun pergi berbelanja dan ia menemukan sebuah sofa outdoor lengkap dengan meja. Sofa mungil berbentuk setengah lingkaran itu cocok untuk digunakan bersantai sambil menikmati pemandangan malam kota St. Moritz.

"Mi Sun, are you oke?" tanya Maximillian setelah mengantar pelayan untuk keluar.

"Ya," jawab Mi Sun dari dalam kamar mandi.

"Apakah kau masih lama? Ayo makan sebelum dingin."

Pintu kamar mandi terbuka, Mi Sun keluar mengenakan setelan piyama satin pendek. Maximillian sedikit tercengang melihat penampilan Mi Sun yang tanpa make up. Mi Sun sendiri sebenarnya malu menunjukkan wajah tanpa make up pada Maximillian, takut pria itu merasa aneh melihat wajahnya yang bermata sipit tanpa bantuan eyeliner.

"Aku terlihat aneh ya!" ungkap Mi Sun menghilangkan kecanggungan.

"Tidak sama sekali," jawab Maximillian cepat.

"Kurasa kau saja yang makan. Aku tidak mungkin keluar kamar mengenakan ini," tunjuk Mi Sun pada pakaian yang ia kenakan.

"Kemarilah, tutup matamu." Maximillian memutar tubuh Mi Sun membelakanginya, kedua tangan Maximillian menutup kedua kelopak mata Mi Sun dan menggiring Mi Sun untuk berjalan menuju balkon.

"Kejutan apalagi ini Max?" tanya Mi Sun penasaran.

"Sekarang buka matamu!" perintah Maximillian membuat Mi Sun terpukau.

Di depannya terlihat pemandangan kota St. Moritz yang sangat cantik. Lampu-lampu yang berasal dari setiap bangunan yang berada di kota ini ibarat bintang-bintang yang bertebaran. Terlebih di meja sudah terhidang makanan, meski tanpa lilin Mi Sun menganggap makan malam ini romantis.

"Sekarang kau sudah bisa mencoret beberapa nama yang kau tulis dalam buku catatanmu," Maximillian membuka obrolan.

Kini Maximillian dan Mi Sun sedang menikmati sebotol anggur setelah menghabiskan makan malam mereka. Mi Sun meletakkan gelas kosongnya, tersenyum menyadari bahwa semua hal yang mereka lakukan seharian ini adalah wishlist yang ia tulis pada buku kecil yang pernah Maximillian temukan. Bahkan apa yang mereka lalukan saat ini pun, menikmati anggur sembari melihat pemandangan malam kota St. Moritz termasuk salah satu daftar keinginan yang ingin ia lakukan saat ke Swiss. Dan semua Maximillian wujudkan hari ini.

"Kau benar-benar mewujudkan semua keinginanku Max. Aku senang telah menang darimu," ucap Mi Sun bangga.

"Tapi Max, bolehkah aku menanyakan satu hal?" tambahnya.

"Silahkan."

"Apakah wanita itu pernah kesini?" satu pertanyaan yang pasti akan menyinggung Maximillian, tetapi Mi Sun tidak peduli. Ia hanya ingin tahu apakah perbuatan yang Maximillian lakukan ini istimewa untuknya.

"Tidak."

Satu kata cukup untuk Mi Sun meraih kepala Maximillian, sebuah ciuman tepat di bibir yang Mi Sun berikan membuat Maximillian diam membatu.

On Shoestring (Complete) Donde viven las historias. Descúbrelo ahora