Dix

14 3 0
                                    

"Mère, je dois travailler."

"Ada tim yang menangani semuanya Max, jangan beralasan."

"Tetap saja aku harus memantau apa yang dilakukan mereka. Ini proyek besar pertamaku, aku harus memastikan semua berjalan sukses."

"Satu hari saja. Antar Mi Sun berkeliling Paris."

"Ne peut pas, Mère. Kurasa Mi Sun juga tidak ingin diantar."

Mi Sun membuka pintu kamar begitu namanya disebut. Ia rasa harus menengahi perdebatan antara ibu dan anak karena dirinya. Awalnya ia diam dibalik pintu kamar ketika ia tidak sengaja mendengar saat akan membuka pintu. Anne dan Maximillian, keduanya berada di ruang tamu yang letaknya berada di depan kamar yang sedang Mi Sun tempati. Mereka berdua sontak menoleh ke arah Mi Sun saat tahu wanita itu keluar dari kamar.

"Maaf telah mengganggu pembicaraan kalian, tetapi aku sungguh tidak ingin merepotkan. Aku bisa berkeliling sendiri, Max tidak perlu sampai libur untuk mengantarku," jelas Mi Sun tidak enak karena dirinya mereka berdua adu argumen.

"Kau bisa bahasa Perancis?" tanya Maximillian membuat Anne sadar bahwa mereka menggunakan bahasa Perancis saat berargumen tadi dan Mi Sun bisa mengerti.

"Sedikit," jawab Mi Sun menggunakan bahasa Perancis, "tetapi aku lebih nyaman menggunakan bahasa inggris," tambahnya.

"Mère sudah mendengar apa yang dikatakan Mi Sun bukan? Jadi sampai jumpa Mère, aku harus berangkat," pamit Maximillian mencium kedua pipi Anne.

Anne tidak bisa membantah lagi, Mi Sun sendiri yang mengatakan tidak ingin diantar. Padahal sebenarnya ia ingin Maximillian libur bekerja sehari saja dan bersenang-senang. Mi Sun berjalan mendekati Anne, memeluk lengan wanita paruh baya itu perlahan.

"Sejak awal aku tidak mengharapkan punya teman untuk berlibur Anne, jadi kau tidak perlu sedih jika dia tidak mau menemaniku. Aku tidak apa-apa," hibur Mi Sun saat melihat raut sedih di wajah Anne.

"Maaf kalau ucapannya menyinggungmu."

"Tidak, aku sama sekali tidak tersinggung. Aku justru bersyukur mendapat tempat di rumahmu, bahkan kau tidak menganggapku sebagai penyewa. Kau seperti ibu baru buatku," ucap Mi Sun tulus.

Seketika raut wajah Anne berubah, tampak rona bahagia muncul diwajahnya.

"Aku senang mendengarnya. Jadi apa yang akan kau lakukan hari ini?" tanya Anne sembari menggiring Mi Sun menuju ruang makan.

Anne memaksa Mi Sun duduk di kursi makan, mengambil satu set alat makan untuk Mi Sun. Di meja terdapat beberapa macam roti sebagai menu sarapan ala prancis Brasille, Chouquette, dan Croissant. Ada juga Oeufs cocotte, hidangan telur yang dimasak di dalam mangkuk tahan panas dengan tambahan bacon, keju, serta bumbu khas lainnya.

Mi Sun mengambil beberapa bagian dari setiap jenis makanan yang tersaji. Makanan yang ada di sini memang sangat jauh berbeda dengan makanan yang biasa ia makan. Untungnya ia masih bisa memakan hampir semua makanan yang ada, meskipun terkadang ia rindu nasi. Sebagai orang asia yang terbiasa makan nasi, tentu makan-makanan Perancis yang hampir didominasi oleh roti terkadang membuatnya tidak puas. Sebagai gantinya, Mi Sun biasanya mencari olahan pasta untuk membuatnya kenyang lebih lama daripada roti. Atau terkadang memilih sushi yang tersedia di mini market.

"Hari ini aku berencana pergi ke museum. Aku ingin melihat Monalisa."

"Bersenang-senanglah. Mau tambah ini?" Anne menawarkan Oeufs cocotte.

***

Museum Louvre, salah satu tempat ikonik lain selain Menara Eiffel yang wajib di kunjungi saat berwisata ke Paris. Museum seni terbesar yang paling banyak dikunjungi, serta merupakan monumen bersejarah di dunia. Hampir 35.000 benda dari hingga abad ke-19 dipamerkan di area seluas 60.600 meter persegi. Meseum yang dulunya merupakan istana ini tidak pernah sepi dari pengunjung.

Mi Sun tercengang melihat piramida kaca terbalik di ruang bawah tanah museum. Piramida ini seolah menggambarkan dua sisi yang selalu ada di kehidupan. Piramida terbalik ini berada tepat di bawah piramida kaca besar yang berada di halaman museum. Mi Sun memutari pagar pembatas, melihat dengan seksama keindahan piramida yang terbuat dari kaca di depannya. Puas dengan tempat itu, Mi Sun kembali berkeliling.

Rasanya tidak cukup satu hari untuk mengelilingi gedung seluas itu. Mi Sun cukup lama memandangi lukisan Monalisa yang terkenal itu. Ia merasa tidak ada yang begitu istimewa dari lukisan wanita yang sedang duduk tanpa senyum itu. Mi Sun kembali berkeliling melihat ratusan lukisan lain yang terpajang. Mi Sun memicingkan kedua matanya, berusaha melihat lebih jelas karena ia merasa mengenal sosok yang sedang ia curigai. Ia berjalan lebih mendekat untuk memastikan dan benar sosok itu adalah Maximillian.

Maximillian sedang berdiri di depan sebuah lukisan seorang wanita. La Belle Ferronnière karya Leonardo da Vinci, keterangan itu yang tertulis di bawah lukisan tersebut. Mi Sun tidak tahu apa yang sedang dipikiran Maximillian saat ini. Pria itu terdiam melihat lukisan wanita itu tanpa sadar keadaan di sekitarnya. Hampir lima menit Mi Sun berdiri di samping Maximillian, tetapi pria itu bahkan tidak menyadari keberadaannya. 

"Aku tidak tahu apa yang begitu istimewa dari lukisan ini sampai kau tidak bergeming melihatnya," ucap Mi Sun setelah bosan melihat kediaman Maximillian.

Ucapan Mi Sun akhirnya membuat Maximillian menoleh, kaget dengan kehadiran Mi Sun yang tidak ia duga. Maximillian kembali memandang lukisan seolah mencari kenangan di balik lukisan tersebut.

"Potrait of an unknown woman, kau tahu kenapa lukisan ini disebut seperti itu?" tanya Maximillian.

Mi Sun tidak langsung menjawab, ia mengamati lagi lukisan wanita itu. Membaca dengan seksama label informasi yang ada.

"Mungkin karena memang tidak ada yang mengenalnya," jawabnya asal.

"Banyak sekali versi tentang asal muasal lukisan ini, hanya saja tidak ada satu pun yang sampai saat ini terbukti kebenarannya," koreksi Maximillian.

"Lantas apakah itu yang membuatmu menatap lama lukisan ini?"

"No. Aku hanya berusaha menggali ingatanku yang ternyata mulai menghilang."

Mi Sun berusaha menerka jawaban mengambang Maximillian. Menghubungkan antara kenangan yang dimiliki Maximillian dan lukisan wanita di depan mereka.

"Apakah wanita yang hilang dari ingatanmu mirip dengan lukisan itu," terka Mi Sun.

Maximillian menghadapkan tubuhnya ke arah Mi Sun. Ia kagum dengan kemampuan menerka wanita itu. Selain kemampuan imajinasinya yang sangat tinggi, ternyata dia wanita yang cukup peka dengan keadaan.

"Tidak, dia sama sekali tidak mirip dengannya."

"Jangan katakan kalau ini tempat kalian berpisah?" tebak Mi Sun sekali lagi.

"Selain suka berimajinasi, ternyata kau memiliki kemampuan sebagai cenanyang juga ya," ucap Maximillian sembari menahan senyum.

Maximillian berbalik, meninggalkan Mi Sun tanpa berpamintan. Mi Sun sendiri tanpa ragu mengekori Maximillian. Langkah kaki wanita itu sedikit tertinggal dari langkah panjang Maximillian. Jarak yang semakin lama semakin besar membuat Mi Sun tidak tahan.

"Max, kau mau ke mana?" tanya Mi Sun sedikit berteriak membuat beberapa orang menoleh.

"Makan siang. Cepatlah jika kau ingin ikut," jawab Maximillian tanpa menoleh.

On Shoestring (Complete) حيث تعيش القصص. اكتشف الآن