Douze

18 1 0
                                    

Mi Sun berkeliling melihat megahnya bangunan megah berlapis emas dan marmer. Gedung opera terbesar di Perancis ini mengusung konsep gaya arsitektur Napoleon III. Tidak hanya pertunjukkan opera yang masih bisa kits nikmati hingga saat ini, pengunjung juga dapat mengunjungi Museum Perpustakaan Opera. Museum ini menampilkan banyak benda kenangan Palais Garnier yang bersejarah, seperti poster opera dan artefak yang berkaitan dengan Palais serta berbagai pertunjukan yang terkenal.

Saat pertama kali memasuki gedung, Mi Sun sudah dibuat kagum oleh tangga besar marmer putih di tengah ruangan. Adegan pertama yang muncul di kepala Mi Sun saat itu adalah dirinya mengenakan gaun biru lebar, bak cinderella. Ia pikir tidak ada hal lain yang lebih megah daripada tangga marmer itu, namun nyatanya ia salah. Seluruh gedung membuatnya terpana melihat kemewahan rumah opera ini.

Seoul sendiri memiliki gedung opera yang sangat terkenal. Mi Sun pun pernah sekali datang menonton pertunjukkan di sana. Bahkan saat itu ia terkagum-kagum dengan kemegahannya. Dan Mi Sun mengakui Palais Garnier, lebih megah daripada itu. Opera house ini salah satu daftar tempat yang ingin ia kunjungi, namun sampai beberapa hari di Perancis dia belum ada kesempatan untuk mengunjunginya.

"Sudah puas berkeliling," Anne menyambut kedatangan Mi Sun di depan tangga besar.

"Puas sekali. Tempat ini benar-benar sangat indah," jawab Mi Sun antusias.

"Bagus. Sekarang kau ganti pakaianmu dengan ini," perintah Anne sembari memberikan sebuah gaun.

Mi Sun hanya diam tidak mengerti.

"Cepatlah!" Anne mendorong Mi Sun ke ruang ganti.

Tidak ada gaun dengan rok lebar bertumpuk, hanya sebuah gaun panjang dengan rok lebar tipis. Gaun berkerah V tanpa lengan, dilengkapi dengan kain menjuntai ditaburi bunga sakura menutupi lengan yang terbuka. Mi Sun keluar dari ruang ganti dengan kikuk, tidak tahu apa yang harus ia lakukan.

"Perfect," satu pujian keluar dari mulut Anne.

"Sekarang kenakan make up yang kau rasa cocok dengan gaun itu," perintah Anne lagi.

"Tunggu. Aku tidak paham dengan semuanya," Mi Sun bertanya-tanya.

"Anggap saja ini hadiah dariku. Apa kau tidak ingin berfoto di tangga itu?"

Mi Sun sontak memeluk Anne, mimpinya bahkan tidak menunggu lama untuk terwujud. Mi Sun segera menuju meja rias, menutupi bagian depan gaun dengan kain yang tersedia. Ia hanya menambahkan sedikit make up, di atas make up yang sudah ia gunakan sejak pagi. Karena ia bukanlah model yang akan menghiasi majalah, Mi Sun tidak mengenakan make up tebal. Ia hanya merubah wajahnya agar cocok dengan gaun yang ia gunakan.

"Michelle, sudah selesai?" Anne menghampiri.

Mi Sun memasang hair pin di rambut yang tergerai. Ia membuka kain penutup, mengibas ringan untuk membuang sisa make up yang mungkin tertempel.

"Anne, aku tidak bisa bergaya," ucap Mi Sun sadar ia tidak pernah menjadi model.

"Bergayalah sesuai yang kau inginkan. Ayo."

Anne menuntun Mi Sun, memperkenalkan pada sang fotografer sebelum naik ke atas tangga. Berdiri kaku di tengah, hal yang pertama kali Mi Sun lakukan. Si fotografer dengan sigap memberi arahan. Sedikit demi sedikit Mi Sun mulai terbiasa dan mengekspresikan diri sendiri.

Di bawah tangga Anne melihat bangga dengan apa yang ia lakukan. Ia senang gaun pilihannya sangat cocok dengan tubuh Mi Sun. Meski tidak setinggi model profesional, Mi Sun tampak mengagumkan dengan gaun tersebut. Di sisi lain, Maximillian tidak berkedip melihat Mi Sun. Senyum tipis perlahan menghiasi wajahnya.

***

Senyum di wajah Mi Sun tidak menghilang sejak meninggalkan Palais Garnier. Pengalaman yang amat sangat berharga baginya. Siapa yang menyangka, ia akan berkesempatan di foto oleh seorang fotografer profesional dan mengenakan gaun rancangan desainer terkenal. Meski hanya untuk koleksi pribadi, Mi Sun sudah sangat bersyukur.

"Kurasa senyum itu akan melekat terus di wajahmu," goda Anne.

Mereka berdua sedang ada di ruangan Anne menikmati camilan sore. Selesai dengan pemotretan, Anne mengajak Mi Sun kembali ke butiknya. Mi Sun sendiri tidak keberatan, karena ia sudah cukup senang hari ini tanpa pergi ke tempat lain.

"Aku senang sekali. Tidak pernah terpikirkan olehku akan melakukan hal itu."

"Aku juga tidak pernah terpikirkan hal itu. Kemarin Max menghubungiku, ia memintaku memilihkan satu gaun untuk kau gunakan. Dan tentu saja dengan senang hati aku langsung mencari yang cocok denganmu. Saat aku merancang gaun itu, aku terpikirkan musim semi dengan bunga sakura yang bermekaran. Tidak ku sangka kau akan datang dan memakainya."

"Mungkin aku memang ditakdirkan untuk memakainya," ucap Mi Sun tanpa malu.

"Akan kuminta pegawaiku membungkusnya untukmu."

Anne berdiri dari sofa menuju meja kerjanya. Mi Sun terkejut, ia mengikuti Anne mencegahnya melakukan hal itu.

"Anne, aku tidak sanggup membayarnya," ucap Mi Sun jujur untuk mencegah Anne.

"Tidak perlu khawatir itu hadiah dariku," Anne menenangkan.

"No, aku akan merasa semakin tidak enak. Sudah banyak sekali hadiah yang kuterima dan aku sudah sangat senang sekaligus berterima kasih."

"Tidak perlu sungkan, aku yang suka rela memberikannya kepadamu."

"Tolong jangan membuatku merasa menjadi tamu yang tidak tahu di untung," mohon Mi Sun.

"Baiklah. Tetapi sebagai gantinya, kau tetap berada di rumahku hingga liburanmu selesai."

"Tapi, aku harus pergi ke Swiss. Tidak mungkin aku tetap tinggal di rumahmu," tolak Mi Sun halus.

Bukan tidak nyaman tinggal bersama Anne, hanya saja ia takut semakin memanfaatkan kesempatan jika semakin lama ia tinggal. Mi Sun berencana setelah perjalanannya di Perancis selesai, ia akan berpindah tempat ke Swiss yang berbatasan langsung dengan Perancis. Swiss negara yang terkenal dengan pemandangan alam bak negeri dongeng, Mi Sun ingin sekali mengunjunginya.

"Tenang saja, aku punya rumah di sana. Kau bisa menggunakannya kapan pun," ucap Anne enteng.

Mi Sun tidak bisa berkata lagi, ia tidak tahu seberapa kaya hingga seorang Anne Deluxe memiliki rumah di negara lain.

"Aku dan Max cukup sering mengunjungi Swiss untuk urusan pekerjaan, jadi tidak ada salahnya membeli salah satu rumah di sana untuk kami tinggal saat berada di Swiss," jelas Anne, Mi Sun mengangguk mengerti.

Pintu ruangan Anne diketuk, Maximillian muncul di balik pintu. Ia masuk tanpa disuruh, menempati salah satu sofa. Anne menghampiri, diikuti oleh Mi Sun dibelakangnya.

"Mère, aku sudah memesan tiket untuk ke Swiss akhir pekan ini."

"Bagus. Dan untuk pulangnya?"

"Tentu belum seperti yang kau inginkan, Mère," jawab Maximillian sambil melirik Mi Sun yang terlihat bingung dengan percakapan mereka.

"Kau sudah dengar bukan Michelle. Kita akan pergi ke Swiss akhir pekan ini. Jadi persiapkan tempat mana saja yang ingin kau kunjungi."

"Hah?"

On Shoestring (Complete) Where stories live. Discover now