Quinze

11 2 0
                                    

St. Moritz kota wisata yang sangat terkenal saat musim dingin dengan permainan ski-nya yang mendunia. Selain itu pemandangan bak di negeri dongeng menjadi daya tarik tersendiri bahkan untuk Le Grand Hall, restoran mewah di dalam Badrutt's Palace Hotel. Jendela kaca super besar mendominasi setiap dinding restoran guna melihat indahnya pemandangan di sekitar restoran. Saat musim panas, gumpalan putih salju berubah menjadi berwarna, hijau pepohonan berbaur dengan birunya langit cerah membuat pemandangan menarik lain dari dalam restoran. Apalagi udara hangat musim panas sangat cocok untuk menikmati hidangan khas restoran di teras yang digunakan sebagai ruang makan terbuka.

Mi Sun menikmati blueberry cheesecake sebagai makanan penutup setelah menyantap hidangan utama pad thai . Maximillian sendiri sudah mengosongkan piringnya. Kini ia hanya memandang pemandangan sekitar sembari menikmati minuman segar. Sendok terakhir cheesecake Mi Sun nikmati dengan sepenuh hati, berusaha menanamkan ingatan siang ini sebagai kenangan indah.

"Selesai?" tanya Maximillian ketika melihat Mi Sun menegak habis minumannya.

"Yes."

"Bagaimana makanannya?"

"The best. Aku paling suka dengan Pad thai nya segar sekali, pad thai terenak yang pernah kumakan."

"Kau bisa memesan lagi jika masih kurang," tawar Maximillian.

"Tidak. Rasanya perutku sudah akan meledak. Ayo kita pulang," ajak Mi Sun.

"Pulang?" kata Maximillian terkejut.

"Iya pulang."

"Kau bercanda? Apa kau pikir aku menyetir selama tiga jam lebih hanya untuk tidur di pinggir danau dan makan siang di hotel saja?"

"Memangnya kita mau kemana lagi?" tanya Mi Sun polos. Ia pikir setelah makan siang mereka akan kembali ke Bern.

"Ikut aku, kau tidak akan menyesal. Ayo!" Maximillian berdiri membantu Mi Sun untuk keluar dari kursinya.

"Kau sungguh akan menculikku," tuduh Mi Sun.

Maximillian tidak menjawab tuduhan Mi Sun. Ia berjalan meninggalkan restoran, Mi Sun hanya bisa mengikuti ke mana Maximillian pergi. Setelah petugas valet memberikan kunci mobil pada Maximillian, ia segera mengendarai mobilnya meninggalkan hotel. Selama lima belas menit Mi Sun hanya bisa menebak-nebak kemana Maximillian akan membawanya kali ini. Maximillian memarkirkan mobil di sebuah lahan terbuka bersama mobil lain. Mi Sun memandang danau yang sejak tadi mereka lewati. Sebuah danau lain yang lebih besar dari danau St. Moritz mencuri perhatian Mi Sun.

"Silsersee lake, kau tahu?" Maximillian muncul di belakang Mi Sun mengagetkan.

"Aku baru pertama kali mendengarnya."

"St. Moritz lake memang yang paling terkenal bagi wisatawan asing. Ini pakailah, kuharap ukurannya sesuai."

Maximillian memberikan sebuah kotak sepatu. Mi Sun membuka kotak dan menemukan sebuah sepasang sepatu kets putih di dalamnya. Ia segera membuka sandal yang ia pakai dan memakai sepatu pemberian Maximillian. Ukuran sepatu satu nomer lebih besar dari yang biasa ia kenakan. Meski ukurannya tidak pas, setidaknya sepatu itu tidak terlalu kecil untuknya.

"Kita akan pergi kemana?" tanya Mi Sun sambil mengikat tali sepatu.

"Mendaki."

"Max, kau tidak lihat apa yang kukenakan?" Mi Sun menunjuk summer dress yang ia kenakan.

"Kita hanya menikmati danau sambil berjalan, mungkin sedikit menanjak. Kau tenang saja aku tidak mengajakmu untuk mendaki gunung. Lagi pula aku sudah membawakanmu sepatu agar kau bisa lebih nyaman. Ayo atau kita bisa kemalaman saat kembali."

Mi Sun pasrah, ia mengikuti langkah kaki Maximillian yang mulai berjalan menjauhi mobil. Kegiatan kali ini tidak termasuk dalam daftar keinginan yang akan ia lakukan di Swiss. Namun tidak ada salahnya jika ia menikmati kegiatan baru. Rupanya menikmati danau Silsersee sambil berjalan kaki melewati bukit menjadi kegiatan yang cukup terkenal di sini. Beberapa kali Mi Sun berpapasan dengan pasangan atau rombongan lain selama perjalanan.

"Apa ini memang salah satu kegiatan yang dilakukan saat musim panas?"

"Ya, kegiatan ini cukup populer akhir-akhir ini. Selain sehat, mendaki bisa sangat menyenangkan apalagi dilakukan bersama orang lain."

"Kau sering melakukan ini?"

"Tidak. Aku hanya beberapa kali kemari saat sedang ada pekerjaan di sini."

"Bagaimana kau tahu tempat ini? I mean, kau warga asing dan ini juga sangat jauh dari Bern."

Maximillian berhenti, mengarahkan Mi Sun untuk duduk di sebuah bangku kayu yang tampaknya di sediakan oleh warga sekitar. Maximillian duduk di samping Mi Sun, mengeluarkan sebotol air dari tas ranselnya dan memberikan pada Mi Sun.

"Seseorang memberitahuku bahwa berjalan di sekitar danau ini bisa mengobati pikiran yang sedang kacau," jawab Maximillian sambil meneguk habis minumannya.

"Kurasa temanmu itu benar."

"Lebih tepatnya rekan kerjaku," ralat Maximillian.

"Di sini sangat tenang, selain itu tubuh yang lelah bisa mengalihkan pikiran kita."

"Benar. Kau sudah selesai?" Maximillian menunjuk pada botol minum di tangan Mi Sun.

Mi Sun mengangguk, Maximillian mengambil alih botol ke tangannya, menutup botol sebelum memasukkannya kembali ke dalam tas.

"Masih ada beberapa kilo lagi sebelum kembali. Kau kuat?"

"Tentu. Ayo sebelum semakin sore."

***

"Kenapa kita kembali ke sini?" Mi Sun terlihat bingung saat membelokkan mobilnya ke area Badrutt's Palace Hotel.

"Apa yang ada di otakmu Mi Sun. Apakah kau benar-benar berpikir aku memesan kamar hanya untuk mendapatkan voucher gratis makan?"

Mi Sun menepuk jidat saat menyadari apa yang dipikirkannya saat mendengar kata gratis tadi siang. Ia bahkan tidak berpikir bahwa harga sewa kamar jauh lebih mahal daripada harga makanan yang mereka makan.

"Harusnya kau mengatakan sejak tadi pagi kalau kita akan menginap. Aku tidak bawa pakaian ganti."

"Look. Kita tinggal menyebrang, dan kau tinggal pilih mau masuk ke toko yang mana," tunjuk pada deretan toko di depan hotel.

"Kau mau ke sana sekarang?" tawar Maximillian.

"No, aku akan pergi sendiri nanti," tolak Mi Sun tegas. Ia tidak ingin membuat Maximillian membayar untuk baju yang ia pilih. Ia yakin pria itu pasti tidak ingin membiarkan dirinya mengeluarkan uang hari ini sebagai konsekuensi kekalahan atas taruhan mereka.

"Ayo masuk."

Maximillian melangkah menuju resepsionis terlebih dahulu, Mi Sun hanya mengekor di belakang seperti anak bebek mengikuti induknya.

"Saya Maximillian Deluxe, apa permintaan kamar saya tadi sudah bisa di pakai?" tanya Maximillian pada petugas yang bertugas.

"I'm sorry Sir. Semua kamar kami sudah penuh karena minggu ini puncak libur musim panas," jelas si petugas.

"Saya bisa membayar lebih jika memang harus," nego Maximillian.

"Maafkan kami tuan. Tetapi memang tidak ada kamar lagi yang kosong."

"Ada apa Max?" Mi Sun menimpali.

"Ini, tadi siang aku meminta mereka mencarikan kamar satu lagi tetapi sampai saat ini kita hanya bisa dapat satu kamar," jelas Maximillian hati-hati.

"Bukankah kau sudah check in tadi siang?"

"Ya, tetapi hanya satu kamar. Maka dari itu aku meminta mereka mencarikan kamar lain. Lebih baik kita cari hotel lain saja. Tunggu aku akan mengembalikan kunci."

"Max, tidak perlu," cegah Mi Sun.

"Aku tidak keberatan untuk satu kamar denganmu."

On Shoestring (Complete) Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon