Dix-huit

10 2 0
                                    

Berpura-pura tidur selama perjalanan kembali ke Bern menjadi satu-satunya cara agar Mi Sun tidak perlu mengalami kecanggungan. Ucapan maaf dan tidak apa-apa memang telah terucap namun hubungan keduanya tidak bisa kembali seperti sebelumnya. Obrolan diantara mereka berdua hanya sebatas formalitas.

"Mi Sun, kita sudah sampai." Maximillian menepuk pelan membangunkan.

Mi Sun menggerakkan tubuhnya, mengisyaratkan bahwa dirinya sudah bangun. Maximillian keluar terlebih dahulu dari dalam mobil dan mengeluarkan barang-barang mereka. Ia menunggu Mi Sun keluar sebelum mengunci mobil.

"Kami pulang," ucap Maximillian saat masuk ke dalam rumah, "Mère dimana?" teriak Maximillian mencari keberadaan Anne.

"Di dapur Max," sahut Anne dari dalam.

Maximillian berjalan menuju dapur, meletakkan bawaannya di ruang keluarga sebelum masuk dapur. Maximillian memeluk dan mencium kedua pipi Anne menyapa. Mi Sun berdiri di belakang, diam tidak berani mengganggu interaksi antara ibu dan anak.

"Mère, aku ke kamar dulu," pamit Maximillian.

"Jangan lupa turun saat makan siang." Anne mengingatkan.

Mi Sun mulai mendekati Anne saat Maximillian sudah keluar menuju tangga. Anne tersenyum penuh makna pada Mi Sun. Ia mengambil segelas air untuk Mi Sun dan meletakkan di atas meja.

"Bagaimana liburan kalian? Menyenangkan?" Anne tidak sabar mendengarkan.

"Sangat menyenangkan. Aku bisa melihat tempat yang sudah lama ingin kukunjungi," jelas Mi Sun.

"Apa terjadi sesuatu?" tanya Anne ketika menyadari kurang adanya antusias dalam nada bicara Mi Sun.

"Tidak ada," jawab Mi Sun berusaha menyembunyikan sesuatu.

"Benarkah?" tanya Anne memastikan.

Mi Sun mengangguk, meyakinkan.

"Syukurlah, kau bisa istirahat. Kau pasti lelah," perintah Anne.

"Tidak. Aku tidur sepanjang perjalanan. Aku akan membantumu memasak."

"Dengan senang hati. Sini akan aku ajari beberapa masakan kesukaan Max."

***

Siang ini Anne mengajak Mi Sun untuk jalan-jalan, lebih tepatnya memaksa. Usai makan siang Mi Sun sudah menolak dengan alasan lelah saat Anne mengajaknya pergi ke museum cokelat. Sebenarnya tawaran Anne menarik, hanya saja wanita itu pasti mengajak Maximillian juga dan Maximillian tidak akan menolak perintah ibunya. Mi Sun berusaha sebisa mungkin tidak berdekatan dengan Maximillian. Bukan Anne Deluxe jika tidak bisa membuat Mi Sun menuruti keinginannya. Wanita paruh baya itu membujuk Mi Sun dengan berbagai alasan salah satunya, Swiss terkenal dengan cokelat akan rugi kalau Mi Sun tidak menikmatinya. Dan di sinilah Mi Sun saat ini, berkeliling museum cokelat dengan Anne di sampingnya.

Lindt Home of Chocolate adalah museum cokelat yang baru diresmikan namun sudah menarik banyak pengunjung. Museum yang tidak hanya menyajikan sejarah tentang cokelat, berbagai pengalaman lain bisa dinikmati. Terdapat ruang penyicipan dimana pengunjung bisa menikmati cokelat sepuasnya. Tempat produksi yang transparan, pengunjung bisa melihat bagaimana cara cokelat diprosuksi. Bahkan ada kelas pembuatan cokelat, yang bisa diikuti bagi mereka yang penasaran. Tidak lupa toko cokelat Lindt terbesar di dunia menyajikan berbagai macam cokelat yang bisa dibawah pulang.

"Ada apa dengan kalian berdua? Apa yang sudah terjadi di St. Moritz?" tanya Anne pada Mi Sun.

Mereka kini berada di ruang pameran, Anne dan Mi Sun berdiri di depan berbagai macam cokelat dari tahun ke tahun. Sedangkan Maximillian disisi lain sedang membaca sejarah cokelat.

"Tidak terjadi apa-apa. Max hanya mengajakku ke tempat-tempat yang memang ingin aku kunjungi."

"No, honey. Aku bisa melihat kalian menjaga jarak satu sama lain," kekeh Anne pada pendapatnya.

"Maybe itu hanya perasaanmu saja."

"Kau bahkan tidak berani menatap Max, sejak makan siang tadi."

Mi Sun terdiam lama, ia malu jika harus mengatakan hal memalukan yang telah ia lakukan.

"I kiss him," bisik Mi Sun.

"Really," teriak Anne membuat beberapa pengunjung menoleh.

"Anne!" bisik Mi Sun mengingatkan.

Anne menutup mulut, ia kaget mendengar Mi Sun berbisik. Mi Sun sontak melihat ke arah Maximillian. Ia takut pria itu mendengar. Musik di ruangan pameran menyelamatkan Mi Sun.

"Lalu bagaimana reaksinya?" Anne melirik Maximillian yang masih asyik membaca sejarah.

Wajah Mi Sun memerah, mengingat kejadian semalam. Bagaimana lembut pelukan Maximillian pada tubuhnya. Rasa hangat bibir Maximillian pun masih terasa hingga saat ini.

"Dia membalas bukan, dilihat dari wajahmu yang seperti kepiting rebus," goda Anne, "atau bisa jadi itu lebih dari itu?" tambahnya.

"No," jawab Mi Sun cepat.

"Itu hanya sebuah ciuman, tidak ada yang istimewa," ungkap Mi Sun sedih.

"Tidak. Dia tidak mungkin membalas jika kau tidak istimewa."

"Dia sendiri yang mengatakannya."

"Apa yang ia katakan?"

"Aku minta maaf karena menciumnya, tetapi dia mengatakan Bagi kami orang eropa ciuman seperti itu hanya seperti sebuah pelukan. Kau tidak perlu minta maaf padaku," tiru Mi Sun persis dengan apa yang Maximillian ucapkan.

Anne memicingkan mata pada Maximillian, seolah ingin memukul dengan tatapannya.

"Dasar anak nakal. Bisa-bisanya dia mengatakan hal seperti itu padamu," omel Anne, "Akan kutegur dia, kau tenang saja," tambah Anne menenangkan.

"Jangan," cegah Mi Sun saat Anne akan beranjak dari tempatnya.

"Perbuatanku sudah cukup memalukan, bagaimana aku bisa bertemu dia lagi jika ia tahu aku bercerita padamu. Mungkin dia akan menganggapku tukang mengadu."

"Tidak akan, aku akan mengatakan bahwa aku yang memaksamu bercerita," kekeh Anne.

"Please Anne. Jangan, biarkan saja," bujuk Mi Sun.

Anne mengalah, menuruti Mi Sun yang tampak putus asa. Ia tidak ingin membuat situasi diantara putranya dan Mi Sun semakin canggung. Anne mengajak Mi Sun ke ruangan selanjutnya, di mana pengunjung bisa mencicipi berbagai macam cokelat yang diproduksi. Di sana ia berpikir keras, mencari cara untuk kembali mendekatkan keduanya. Anne tidak ingin usahanya untuk mendekatkan Mi Sun dan Maximillian sia-sia.

Anne tahu Mi Sun orang asing yang hanya beberapa hari berkunjung ke negaranya. Mi Sun bisa sewaktu-waktu kembali ke negaranya sendiri dan meninggalkan Anne maupun Maximillian. Namun Anne merasakan ketertarikan khusus pada Mi Sun, wanita muda itu bisa membuat hari-harinya yang sepi kembali berwarna. Ia setidaknya berharap dengan Mi Sun dekat dengan Maximillian, setidaknya wanita itu ada keinginan untuk tinggal lebih lama di sini.

Anne memerhatikan dengan seksama, melihat bagaimana mereka berdua mencuri pandang. Ia tersenyum geli, Mi Sun yang selalu menundukkan kepala saat ketahuan melihat dengan wajah memerah. Lain halnya Maximillian yang tampak cuek sesekali melihat ke arah Mi Sun, seolah-olah memastikan dia aman di sana. Anne berjalan mendekati putranya, Maximillian menyambut Anne dengan pelukan di pinggangnya. Di lain sisi Mi Sun gelisah, takut Anne akan berkata yang tidak-tidak.

"Max, Mère tahu mungkin ini terdengar membosankan bagimu. Apa kau tidak tertarik pada Michelle?" tanya Anne ingin memastikan bagaimana perasaan Maximillian.

Maximillian menatap malas pada Anne. Ini bukan kali pertama Anne menanyakan pertanyaan yang sama pada setiap wanita yang berada di dekatnya.

"Mère tahu, kau tidak senang jika Mère menanyakan hal itu. Hanya saja, Mère merasakan hal lain," imbuh Anne.

"Mère tahu dia orang asing. Kita tidak tahu apa yang membuatnya kemari."

Anne tersenyum mendengar jawaban Maximillian, "Setidaknya kau tidak berkata tidak."

On Shoestring (Complete) Where stories live. Discover now