43.| Lirihan Rindu

113 3 0
                                    

..

Kamar,menjadi satu-satunya tempat bagi Keyla yang larut dalam suasana hati nya yang masih kalut.
Sudah beberapa hari sejak kepergian Alkavi,Keyla sama sekali tak pernah meninggalkan rumah, jangankan pergi melakukan aktivitas diluar rumah, untuk memasukan sesuap nasi kedalam mulut nya saja Keyla hilang selera, semua begitu terasa tak nyata, fakta Alkavi yang kini sudah pergi untuk selamanya masih terasa seperti mimpi buruk bahkan sampai detik ini ketika dirinya tengah meringkuk di atas ranjang di kamar nya seperti ini.

Tetes bulir air mata seolah enggan berhenti membasahi kedua netra keyla, terlebih suasana sore ini begitu temaram di sertai angin yang masuk lewat jendela balkon kamar yang ia biarkan terbuka begitu terasa dingin menusuk tubuh nya, hati yang begitu merindukan sosok hangat pria tercinta nya ini begitu berteriak amat tersiksa, Keyla hanya bisa menangis dalam diam, bertanya pada diri nya sendiri bagaimana cara ia menemukan obat penawar untuk sebuah rindu yang membuat nya merasa begitu sesak dan tercekik begini?
Berkali-kali Keyla menatap potret dirinya dan mendiang sang kekasih di layar ponsel,potret dimana hari itu Alkavi meminta dirinya untuk menggunakan gaun putih dan pergi ke studio foto bersama untuk mengabadikan moment tersebut.

Perhatian Keyla teralih ketika seseorang mengetuk pintu kamar nya disusul dengan knop pintu kamar nya bergerak dan perlahan terbuka, seorang pria yang beberapa pekan ini lama tak ditemuinya tiba-tiba muncul dihadapan nya saat ini,

"Gilang,Kamu?"
Gumam nya perlahan seraya bangkit dan duduk di pinggiran ranjang. Di detik pertama Keyla terkejut karena melihat pengelihatan Gilang yang sudah kembali pulih

Ya, Gilang datang dengan senyum simpul dan sorot mata nya yang berkaca ketika menatap keyla, dengan sebuah nampan berisi sepiring nasi dan segelas air putih Gilang memasuki kamar keyla dengan langkah perlahan, berjalan mendekati Keyla yang masih tertegun menatap kehadiran nya.

Terlebih dulu Gilang menyimpan nampan itu diatas nakas yang terletak tepat di samping ranjang dan duduk tepat di samping Keyla, Keyla masih tertegun mematung menatap sosok Gilang yang kini ada di samping nya, Tanpa sepatah kata apapun Gilang langsung membawa Keyla ke dalam rengkuhan nya,Gilang mendekap Keyla dengan lembut dan hangat bersamaan dengan tangis Keyla yang kembali pecah ketika berada dalam dekapan hangat nya.

"Al udah gak ada,Lang.." Bisik Keyla amat lirih, ditengah tangis pilu nya dalam dekap Gilang.

Gilang hanya mengangguk kuat,tak ada yang mampu Gilang ucapkan,dirinya juga ikut menangis melihat kondisi Keyla yang masih amat begitu terpukul seperti ini.

"Ikhlas ya key, kamu harus kuat" bisik Gilang lembut

Kini Gilang melepas Keyla dari dekap nya,membuat Keyla akhir nya bisa menatap wajah Gilang dengan jelas

"Aku bersyukur ketika dapet kabar dari mama kalo kamu udah bisa liat lagi.."

Gilang menunduk terdiam,lalu mengangguk lesu tanpa mengucapkan kata apapun.

Beberapa saat Gilang hanya terdiam menghindari kontak mata dengan Keyla,
Gilang seolah tak tega menatap wajah sendu keyla dengan kedua mata milik mendiang Alkavi ini,sakit rasa nya, sejujur nya Gilang amat sangat merasa malu menghadapi keyla saat ini setelah dirinya menerima sebuah kebaikan dari Alkavi.
Namun,Gilang teringat akan ucapan berlinda soal Keyla yang hilang selera makan semenjak kepergian Alkavi, Gilang juga mendengar cerita dari berlinda yang mengatakan bahwa Keyla putri nya sudah tidak pernah keluar semenjak kepergian Alkavi, kebetulan hari ini Gilang datang membuat berlinda akhirnya meminta bantuan pada Gilang untuk dapat membujuk Keyla agar mau menyentuh makanan yang di siapkan nya hari ini, berlinda sudah kehilangan cara untuk dapat membujuk Keyla agar mau menyentuh makanan nya hari ini.

ALKAVI (REVISI BERTAHAP)Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt