Bond

447 51 9
                                    

Akihito menghela nafas panjang ketika di mobilnya, ia memijit pelipisnya pelan. Pekerjaan yang diberikan oleh Mori sangat berat, bahkan ia hanya mendapatkan waktu tidur 2 jam dari 3 hari kemarin. Lelah, satu kata yang menggambarkan kondisi mental dan fisiknya saat ini. Ditambah lagi ayah bodohnya yang tidak ada minat untuk membantunya. 

Dering telfon berbunyi berulang kali, niat Akihito untuk mengistirahatkan dirinya sirna. Ia segera mencari ponselnya dan mengecek sumber pengacau waktu istirahatnya. Oh.., ternyata Mori. Akihito menghela nafas panjang untuk kedua kalinya, Boss nya ini memang tau waktu yang tidak tepat untuk menelfon seseorang.

Ketika Akihito mengangkat telfonnya, betapa kagetnya ia ternyata Atsuko yang menelfonnya untuk kembali ke Port Mafia. Tanpa mematikan telfonnya, ia segera kembali dengan kecepatan penuh. Bagaimana ia tidak panik? Walau Bossnya itu kejam, dia masih suka dengan anak kecil. Sebagai kakak yang baik, ia tidak ingin adik semata wayangnya itu ternodai.

"Atsuko dimana!?" bentak Akihito ketika baru sampai diruang Ane-san. Ia bahkan lupa jika orang yang ia bentak itu atasanya. Tubuhnya basah dengan keringat dan nafasnya terengah-engah. 

Orang yang merasa terpanggil langsung berlari dan memeluk kakaknya. Ia segera mengecek keadaan adiknya, untung baju dan mental adiknya ini masih sehat. Ia bisa bernafas lega. 

"Maaf Boss.., kenapa adikku bisa disini?" tanya Akihito. Ia berjalan mendekati meja Ane-san dan bossnya itu sedang berkumpul. Mori tersenyum puas melihat kehadiran Akihito yang langsung siap menerima tugasnya.

"Onii-sama!! Atsuko ikut misi ini ya! Mori-sensei bilang aku boleh ikut" Atsuko merengek sebelum Mori bisa menjawab pertanyaan Akihito.

"Tidak."

Mendengar jawaban itu tentu saja tidak membuat Atsuko gusar, dia memegang tangan kakaknya itu dan bilang, "Aku melihat suatu kejadian tidak baik.., karena itu aku harus dengan Onii-sama supaya kejadian itu tidak terjadi."

Akihito yang mendengar pernyataan adiknya itu hanya bisa diam. Apa yang diucapkan Atsuko selalu benar, apalagi dengan kekuatannya untuk melihat masa depan.

"Jadi begitu Akihito-kun, jaga adikmu ya. Aku tidak ingin berada dalam masalah jika anak dari Dazai-kun terluka karena mafia," Mori menggeleng kepalanya pelan, kali ini ia hanya bisa mengiyakan kelakuan anak Dazai yang kedua itu.

'Aku kan juga anaknya..,' batin Akihito sesaat.

Mendengar pernyataan Boss-nya, Akihito akhirnya menelfonmu dan menjelaskan apa yang baru saja terjadi. Kamu ingin sekali menentang hal tersebut, tetapi karena kamu juga ingin kedua anakmu itu lebih cepat menyelesaikan misinya, kamu meminta Dazai untuk mengikuti mereka.

Benar saja, Dazai akhirnya bertemu dengan kedua anakmu itu didekat pelabuhan. Memang misi ini lebih banyak dilakukan oleh Akihito, mengumpulkan informasi, bertanya ke sekeliling, sedangkan kedua partnernya itu lebih memilih untuk melihat sekeliling dan sesekali berfoto dibeberapa daerah dengan pose aneh.

"Atsuko, untuk hari ini kau pulang duluan saja. Aku akan pergi berdua dengan Otou-san. Tempat yang akan kami datangi cukup berbahaya, aku tidak ingin terjadi hal buruk padamu," Akihito menarik adiknya kedalam mobil. Awalnya Atsuko protes karena harus dibawa secara paksa, tetapi kali ini Dazai menyetujuinya dan akhirnya Atsuko diantar ke agensi oleh Akihito.

Di dalam mobil Akihito menjelaskan tentang tempat yang ingin dia datangi kepada Dazai. Lelaki itu hanya mengiyakan acuh tak acuh, dia terlihat seperti tidak peduli, padahal dia sudah tahu akan kemana alur misi ini berjalan.

Sesampainya di gang dekat rumah sakit ternama, Akihito memasuki gang itu duluan, seperti dugaannya ada korban yang baru saja dibunuh. Terdapat banyak luka baret dan goresan dimuka dan badan korban. Sudah jelas sekali luka ini dihasilkan oleh tali kawat pengguna kekuatan itu. Tetapi jika dilihat sekelilingnya, pembunuh itu sama sekali tidak meninggalkan jejak.

Mereka sudah lebih didepan. Akihito hendak memanggil Dazai sebelum tiba-tiba ia diserang oleh orang dengan mantel hitam didalam gang tersebut. Ternyata tikus yang ia kejar. kini menampakkan dirinya secara langsung.

"Tak kusangka pembunuh yang ku kejar adalah wanita muda sepertimu," ucap Akihito saat melihat orang itu membuka tudungnya.

"Kau mirip seseorang. Aku akui kau tampan. Lebih tampan lagi jika kau menjadi salah satu bonekaku!" pembunuh itu langsung menggunakan kekuatannya untuk melempar beberapa kawat, tetapi sama sekali tidak mengenai Akihito. Walau kawat itu terlempar dengan cepat, akan tetapi perempuan itu sepertinya tidak terbiasa dalam perlawanan jarak dekat.

Dengan cepat Akihito menerjang wanita itu dan menendang tangannya, membuatnya melepaskan kawat tersebut dan kehilangan keseimbangannya. Hampir saja dia melempar kawatnya lagi, tetapi Akihito sudah menginjak tangannya dan mengunci tangannya kebelakang.

Memang bela diri yang diajarkan Kunikida dan Sacchou sangat berguna disaat ia tidak bisa menggunakan kekuatan bayangannya ditempat gelap. 

"Hee, sasuga nee~. Ku lihat kau sudah semakin hebat dalam bela diri," Dazai menghampiri Akihito sambil bertepuk tangan.

"Kalau dari tadi kau bisa membantu, kenapa tidak melakukan sesuatu, ayah tidak berguna," ketus Akihito. Bagaimana ia tidak kesal? Daritadi Dazai hanya melihat pertarungan ini dari ujung gang tanpa memberikan bantuan.

"Hah.., kau sudah terpojok. Menyerahlah--," belum selesai Akihito bicara, badannya didorong kasar dari belakang hingga menabrak tembok disampingnya.

"OI! Apa yang kau lakukan!?" bentak Akihito terhenti ketika melihat Dazai yang tersungkur ditanah sambil memegang perutnya. Darah mulai membasahi coat dan bajunya.

"O-Otou-san!" 

Akihito berlari kearah Dazai, melupakan orang yang menjadi targetnya sudah kabur entah kemana. Sepertinya sniper itu adalah salah satu rencana dari pembunuh itu sehingga ia berani menampakkan wujudnya.

Dazai tertawa renyah, "Kenapa harus selalu diperut sih.., setidaknya kalau tertembak aku ingin di anggota tubuh yang lain..," begitu ia menyelesaikan kalimatnya itu, Dazai kehilangan kesadarannya.

Dengan cepat Akihito membawa Dazai ke rumah sakit itu, dia langsung dibawa ke ruang operasi untuk mendapatkan perawatan lebih lanjut. Akihito juga menelfonmu dengan suara bergetar, ia baru kali ini melihat salah satu anggota keluarganya terluka, apalagi ayahnya yang berkorban untuk menolongnya.

Sesampainya kamu dirumah sakit, kamu melihat Akihito yang sedang menundukkan kepalanya di bangku tunggu. Lampu ruang operasi juga masih belum berubah menjadi hijau. Akihito tidak berani melihatmu, ia memilih untuk tetap diam dan meremas celananya.

"Akihito? Kau tidak luka kan?" tanyamu pelan. Pasti anak itu mengalami shock dan tidak berani untuk melihatmu.

"Okaa-san.., gomen.., Otou-san didalam.. dia..," Akihito menarik lengan bajumu. Tangannya bergetar dan juga suaranya.

Kamu memeluk anakmu itu dan mengelusnya, baru kali ini Akihito menunjukkan sisi anak-anaknya. Biasanya dia akan sok kuat dan mengatasi apa-apa sendirian.

Dia memelukmu dan menangis dalam diam. Walau kebencian kepada ayahnya besar, akan tetapi anak ini masih memiliki perasaan sayang kepadanya. 

Selama operasi berlangsung, Akihito tertidur dipahamu. Kelelahan karena pekerjaan, shocked, dan juga fisiknya pasti membuat anak itu tertidur hingga selelap ini.

Surai brunette nya itu mirip sekali dengan Dazai, parasnya mengingatkanmu pada Dazai yang selalu bermalas-malasan di pahamu. 

"Dasar kalian, merepotkan," ucapmu dengan kekehan kecil.


My Name (Dazai X Reader )Where stories live. Discover now