22 - Balikan, Yuk!

90.5K 6.6K 103
                                    

Berkat bujukan Fikram yang mengiming-imingi makan gratis di kantin selama seminggu bagi yang bersedia membantunya, kini tiga cowok yang telah menyetujui itu sangat sibuk menyusun dekorasi persiapan Fikram yang hendak menyatakan perasaannya kepada Allea.

Ada Femas, Kenzy, dan Askar yang terlibat. Mereka tuh seneng banget kalo udah menyangkut makan gratis. Sedangkan Ghava tidak mau ikut karena kakinya baru sembuh, Ghava yakin seratus persen kegiatan itu akan ketahuan oleh Ibu Riani, daripada ambil resiko dapet hukuman berat, Ghava memilih angkat tangan.

Kakinya belum pulih betul soalnya.

Kalau Elian, tak perlu dipertanyakan lagi kenapa cowok itu menolak. Hal-hal seperti ini tuh bukan tipe Elian banget. Meski penawarannya makan gratis selama seminggu, tak sedikitpun membuat Elian tergiur.

Askar dan Femas bertugas meniup balon huruf bertuliskan "Allea, balikan yuk!" lalu Kenzy yang menempelkannya di papan tulis. Oh, iya, kalian harus tahu jika mereka menjalankan rencana ini di dalam kelas Allea langsung.

"Upacara udah mau selesai, woy!" seru Askar setelah mengintip lewat pintu kelas.

"Cepet, siap-siap!" perintah Fikram.

Masing-masing sudah mendapat tugas. Kenzy menahan anak-anak kelas Allea agar tidak masuk, sedangkan Askar dan Femas berdiri di tepi pintu untuk menaburkan bunga saat Allea datang nanti.

"Yang bener aja lo, Fik, pake kembang kuburan?" celetuk Femas usai mengamati bolak-balik kantong berisi bunga di tangannya.

"Ini, sih, definisi abis nembak langsung ziarah," lanjut Askar terkekeh.

"Gausah bacot napa lo bedua? Udah kek ikutin konsep gue aja!" sahut Fikram.

"Iya-iya ... demi makan gratis seminggu!"

Di lorong kelas, Kenzy cukup memberi tahu teman sekelas Allea agar tidak masuk kelas dulu, lalu mereka menurut tanpa protes. Lagian siapa yang berani protes kepada panglima geng Renzio itu?

Allea berhenti di kerumunan, mengikuti yang lain.

"Gak ada yang boleh masuk kecuali Allea. Jadi kalo nama lo Allea, cepet masuk!"

Terkejut? Tentu saja Allea terkejut dengan ucapan Kenzy. Di kelasnya hanya dia yang benama Allea.

"Gue?" Allea menunjuk dirinya sendiri.

Kontan kerumunan anak-anak menepi, memberi jalan untuk Allea agar bisa lewat. Gadis itu melangkah layaknya princess dari negeri dongeng, apalagi paras cantik dan body bak boneka barbie, mendukung kesan elegan yang mampu membuat siapa saja yang melihat akan terpana.

Sekarang tak hanya anak-anak dari kalangan kelas 11 yang ramai mengintip lewat jendela karena ingin menonton apa yang sedang terjadi, namun juga anak-anak dari kelas 10 dan 12. Bahkan Leona juga ikut mengintip meski sambil menahan sedih.

Resiko mencintai seseorang yang belum selesai dengan masa lalunya. Apalagi perasaan Leona hanyalah perasaan sepihak.

"Bye, kak Fikram," lirih Leona.

Baru masuk pintu, Allea langsung tertegun sembari menutup mulut. Di saat itu juga seperti yang diperintahkan Fikram, Askar dan Femas melemparkan bunga-bunga di atas kepala Allea.

Kenzy lari masuk kelas, tugasnya menahan anak-anak sudah selesai waktunya menjalankan tugas selanjutnya bersama Femas dan Askar.

Sebelumnya mereka sudah mengusung dua gitar dari kelas seni musik, mereka berdiri di belakang Fikram yang duduk di depan papan tulis yang sudah terpasang balon huruf.

Kenzy dan Femas mulai memetik gitar, lalu Askar mempersiapkan diri untuk menyanyi.

Fikram berdiri, berjalan menuju pintu dan berhenti di hadapan Allea dengan membawa buket bunga yang ia pesan pagi tadi.

ALGHAVATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang