48 - Guru Pengganti

70.4K 5.7K 1.1K
                                    

Sepulangnya dari jalan-jalan seharian, Ghava dan Leona menemani Ethan memanaskan mesin motor. Cowok itu mau langsung pulang.

"Leona, gue pulang dulu, ya? Papaayyy, Acel!" pamit Ethan.

"Gue?" celetuk Ghava.

"Ogah!" balas Ethan disambut tawa oleh Leona.

"Yeee ... btw thanks buat hp barunya. Nanti gue ganti."

"Udah pake aja. Kalo mau lo ganti mending balikin aja hpnya."

"Eh jangan dong. Yaudah gue terima dengan ikhlas."

Refleks Leona menyikut lengan Ghava. "Yang ada kak Ethan yang ngasih lo dengan ikhlas."

"Le, keluarganya udah pada tau belom, sih?" tanya Ethan mengerutkan kening.

Leona tertawa lalu menjawab, "Udah, kak, tapi gak ada dana."

"Kampret lo bedua!" rajuk Ghava.

Ethan menarik gas, menjalankan motor keluar dari garasi. Sesudah cowok itu meninggalkan halaman, Ghava dan Leona berbalik badan masuk rumah.

Keduanya menuju kamar dengan lelah, setelah melepas gendongan dan meletakkan Anzel di atas ranjang, Leona ikut merebahkan tubuh di samping Anzel.

Pandangan Leona mengikuti Ghava, tampak cowok itu membuka lemari, meraih celengan berbentuk kodok yang merupakan tabungannya sejak SD.

"Mau ngapain, Kak?" tanya Leona.

"Nyembelih kodok."

"Buka celengan? Sayang banget."

"Gue juga sayang sama lo. Jadi lo siap gue lamar kapan?"

Beringsut duduk, tanpa basa-basi Leona melempar bantal ke arah Ghava. Untung saja tidak tepat sasaran.

"Gak gitu, bego! Maksud gue sayang banget celengannya dibuka."

"Yaelah tauuuu ... serius amat hidup lo," kekeh Ghava. "Soalnya duit pegangan gue mau abis. Lo tau sendiri ATM Herlambang dibawa kabur begal."

Prak!

Celengan kodok dari tanah liat berukuran besar itu pecah menjadi beberapa bagian saat Ghava menghantamkannya di lantai. Uang kertas yang nominalnya kebanyakan 100 dan 50 ribu serta sebagian uang receh berserakan. Ghava segera memungutinya seraya menghitung jumlah uang itu.

"Ada 10 juta," gumam Ghava.

"Banyak juga tabungan lo."

"Kalo gak gini udah abis gajelas duit gue."

Leona mengangguk. "Kalo gitu jagain Anzel bentar, ya? Badan gue lengket. Mau mandi."

"Iyaaa."

Menyimpan kembali uangnya ke dalam lemari, Ghava menuju ranjang tempat Anzel terus mengoceh. Cuaca sore di luar sangat cerah. Ghava menaruh Anzel di dalam stroller, mengajak bayi itu keluar jalan-jalan di sekitar rumah selagi menunggu Leona selesai mandi.

Di tengah mendorong Anzel, beberapa tetangga yang melihat Ghava berbondong-bondong menghampiri.

"Ya ampun beneran mirip Herlambang loh," ucap salah seorang Ibu-Ibu.

"Terus Adek cewek kamu mana, Ghav?" tanya yang lain.

"Ada, Tante, di rumah. Lagi mandi."

"Kamu mau ke mana?"

"Cari angin sore," jawab Ghava senyum tipis.

"Yaelah angin dicari."

"Sebelum punah, Tan, hehe."

ALGHAVATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang