32 - Kenalan

63.4K 5.4K 213
                                    

Suasana kelas yang tadinya tenang langsung riuh tak lama setelah bel istirahat berbunyi. Guru yang mengajar keluar dari kelas. Seorang gadis di kelas Leona berseru antusias membagikan undangan ulang tahun kepada teman-temannya.

"Dateng, ya, di birthday party gue!" seru Raina yang dibantu Icha membagikan undangan.

Tinggal satu gadis yang belum mendapat undangan dari Raina. Dua remaja perempuan itu bertukar pandangan seraya melirik-lirik keberadaan Leona.

Meski sadar akan hal itu Leona berusaha acuh, hanya fokus menyusun alat tulis ke dalam tas. Leona sudah tahu jika dia tidak akan diundang di acara ulang tahun Raina. Bagaimanapun keberadaannya seperti tak dianggap di kelas ini. Selama bersekolah tak satupun murid di kelas Leona yang mau menyapanya.

"Le," panggil Raina tiba-tiba sudah berdiri di samping meja Leona.

Kontan gadis itu mendongak, raut kaget terlukis jelas di wajah Leona.

"Iya?"

Raina menyodorkan sebuah undangan putih berpita biru muda kepada Leona. Setelah berdiskusi panjang dengan Icha, akhirnya gadis itu memutuskan untuk turut mengundang Leona. Akan terlihat berlebihan jika sampai ia melewatkan gadis itu.

Sungguh, Raina hanya berniat menjaga jarak dari Leona karena sikap kasar gadis itu. Bukan menganggap Leona sebagai musuh. Kesan saat MPLS dulu benar-benar membuat semua anak segan terhadap Leona.

"Buat gue?" tanya Leona memastikan.

"Iya. Dateng, ya?"

"Jangan takut gapunya temen, nanti lo berangkat bareng gue aja," sambung Icha menawarkan diri.

"Ini serius?" Leona masih tak percaya.

"Serius ... lo gamau?" jawab Raina.

"Mau kok mau, tapi gue cuma ngerasa aneh aja. Hehe ... maklum selama ini gak ada yang mau temenan sama gue. Eh tiba-tiba diundang di acara ulang tahun lo."

"Gue liat-liat lo gak seburuk itu," tutur Raina mengulurkan tangan, dengan ragu Leona menjabatnya. "Maafin gue, ya?"

"Gue juga," imbuh Icha ikut mengulurkan tangan. "Keknya kita udah berlebihan sama lo. Kalo dipikir-pikir ada benernya ucapan kak Fikram dulu, kalo kita udah gede harusnya kita bisa nilai seseorang lewat pandangan masing-masing bukan dari cerita orang lain."

Raina mengangguk setuju. "Sebenernya gue sama Icha udah lama, sih, mempertimbangin ini. Cuma kita gapernah nemu waktu yang pas buat minta maaf karena udah jauhin lo. Dan kayaknya sekarang waktu yang tepat."

Leona senyum tipis. "Gue udah maafin kalian jauh sebelum kalian minta maaf kok. Gue ngerti posisi kalian."

"Oke, deh, mulai sekarang lo boleh gabung sama kita. Karena lo temen kita!" ucap Raina dan Icha kompak.

Mimpi apa Leona semalam? Ini benar-benar di luar dugaan. Ah, Leona sangat bahagia hari ini.

"Ayo, Le, ke kantin bareng!" ajak Icha.

"Tapi gue ke kelas kak Allea dulu."

"Selebgram cantik kelas 11 itu?"

Leona mengangguk.

"Kenalin kita dong, Le. Kita ngefans banget sama kak Allea. Tapi banyak yang bilang orangnya galak. Keknya lo deket banget sama dia. Kenalin kita, ya? Ya-ya?" sahut Raina.

"Let's go!" seru Leona antusias, keluar dari meja menggandeng tangan Raina dan Icha keluar kelas.

Tiga gadis itu masuk kelas Allea, di mana Allea tengah duduk di bangkunya sembari fokus membaca novel.

ALGHAVAWhere stories live. Discover now