Sudah sampai rumah, Ghava berniat mengabari Leona. Namun saat merogoh saku jaket, dia menemukan dua ponsel.
"Hp Leona kebawa gue lagi," gumam cowok itu tanpa pikir panjang langsung naik motor kembali.
"Semoga aja Leona masih di sana."
Pada situasi lain, saat sedang menunggu Arnold datang, Leona agak terkejut begitu bahunya ditarik dari belakang. Leona berbalik badan, kemudian matanya terbuka lebar.
"Kak Allea? Kirain siapa," ucap Leona memegangi dada.
"Gausah sok akrab, deh, lo. Muak tau gak gue sama lo. Cewek gapunya hati!"
Leona terdiam.
"Gue mau lo keluar dari hidup gue, Le. Gue nyesel kenal sama lo!"
"Kalo boleh milih, gue juga gamau hidup kek gini. Gue gak minta dilahirin, Kak. Gue juga gak dikasih pilihan buat nentuin siapa orang tua gue."
"Sejak adanya lo gue semakin ngerasa gak dianggap sama orang tua gue sendiri tau gak?! Bahkan nyokap kandung gue jadi lebih sayang sama lo. Mereka pernah gak nuntut lo ini-itu kayak mereka memperlakuakn gue? Enggak! Gue iri sama lo! Gue benci sama kehadiran lo!"
Rasa kesal Allea membuatnya kehilangan akal lalu mendorong Leona sampai tersuruk ke jalan raya.
Dari arah depan sebuah mobil truk melaju kencang. Allea tidak menyangka dia telah mendorong Leona sekuat itu.
"Leona!" seru Allea langsung turun ke jalan raya berusaha menolong.
Brugh
Gadis itu tersandung lubang. Allea jatuh di hadapan Leona. Dengan panik Leona langsung berdiri menarik tangan Allea.
"Kaki gue sakit, Le!" teriak Allea menyadari mobil semakin dekat. "Awas!"
Allea mendorong Leona sampai menjauh darinya.
"KAK ALLEA...!!!" jerit Leona memejamkan mata dalam posisi terduduk.
Tidak mudah menghentikan truk yang melaju kencang secara mendadak. Sang sopir sudah mengklakson berkali-kali, tidak bisa memotong jalan karena jalanan lumayan padat.
Semua orang bersorak. Dari kejauhan Fikram langsung lari menyeberang jalan tanpa lihat kanan-kiri. Tidak perduli seberapa banyak kendaraan mengklaksoninya.
Sreett...
Beberapa detik sebelum truk menyambar, dengan cepat seseorang menarik tangan Allea sampai mereka jatuh bersama ke pinggir jalan, kening si penolong sampai terluka karena membentur tepi trotoar cukup kuat.
Sekitar 15 meter dari posisi Allea, truk berhasil direm. Si kernet mengeluarkan kepala dari jendela untuk melihat situasi.
"WOY...!!! MAU MATI JANGAN DI SINI, TOLOL!" bentak lelaki itu, kemudian sang sopir lanjut menginjak gas.
Begitu sampai, Fikram langsung menatap tajam kepada Allea, melintasi gadis itu lalu segera menolong Ghava. Iya, yang baru saja menolong Allea adalah Ghava.
Beberapa orang berbondong-bondong membantu Fikram memapah Ghava. Bahkan ada Bapak-Bapak baik hati yang memberikan sapu tangannya untuk membalut luka di dahi Ghava.
"Saya liat sendiri tuh tadi si Neng ini dorong Neng yang ini sambil marah-marah!" seru seorang Ibu-Ibu menunjuk Allea.
"Iya, saya juga liat. Cantik-cantik tapi hatinya jelek, astagfirullah," lanjut Ibu-Ibu satunya.
"Amit-amit jangan sampe punya anak kayak gitu," imbuh yang lain pula.
Allea menjadi bahan nyinyiran sekarang. Rasa sakit di kakinya kian sakit, namun tertutup oleh penyesalan kepada diri sendiri. Menunduk dalam, Allea menangis tanpa suara.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALGHAVA
Teen FictionTak pernah terlintas di pikiran Leona Marseille, bahwa dia akan berurusan dengan sosok pemimpin geng motor paling ditakuti di kotanya, yang tak lain adalah kakak kelasnya sendiri. "Maaf, Kak...." "Gue gapernah mau nerima kata maaf dari siapa pun. Ja...