Saat sedang nyenyak tidur di sofa markas, ponsel Kenzy berdering. Cowok itu terbangun dengan kondisi kepala pusing, dia raih benda pipih di saku celana lalu mengangkat panggilan yang merupakan dari asisten rumah tangganya.
"Hm?" gumam Kenzy khas suara bangun tidur.
"Mas, tolong ke rumah sakit sekarang, Mas. Dari tadi Ibu manggil-manggil Mas Kenzy."
"Ibu kenapa, Mbak?"
"Sebelumnya Ibu dipukulin Bapak, terus pingsan, sampe sekarang Ibu belum sadar dan terus ngigoin nama Mas Kenzy."
Seketika Kenzy bangun, dia sahut jaketnya yang tersampir di bahu sofa, pergi dari markas tanpa ada satu pun yang tahu. Rasa cemas membuat Kenzy kalang kabut, dia bawa motornya dengan kecepatan tinggi, untunglah jalanan pukul 4 subuh masih cukup sepi.
Menghampiri resepsionis, Kenzy menanyakan di ruangan mana Ibunya dirawat. Setelah diberi tahu, cowok itu langsung lari menyusuri lorong rumah sakit.
Ceklek
Asisten rumah tangga yang setia menemani majikan perempuannya sampai hampir ketiduran itu mengangkat kepala, ia menoleh ke arah pintu di mana terdapat Kenzy di sana.
"Mas Kenzy, kata Dokter penyakit jantung Ibu kambuh."
Kenzy lari ke ranjang sang Ibu, dia peluk erat wanita berhijab yang sedang berbaring dengan terus menyebut namanya itu.
Iya, Kenzy adalah anak dari pasangan suami istri yang menikah berbeda keyakinan. Sejak kecil tanpa diberi pilihan Kenzy sudah dituntut untuk mengikuti keyakinan ayahnya.
"Maaf, Bu, lagi-lagi Kenzy gak ada saat Ibu butuhin. Kenzy emang anak cowok yang gak berguna," ucapnya menangis.
"Ini bukan salah Mas Kenzy," kata asisten rumah tangga yang sudah bekerja lebih dari 7 tahun bersama keluarga Kenzy.
"Pasti Ayah ngelakuin ini demi wanita murahan itu lagi 'kan, Mbak?"
Wanita dewasa itu diam.
"Jawab Kenzy, Mbak!"
"Bapak bawa Mbak Esty ke rumah, Mas, dari dua hari lalu. Terus semalem sekitar jam 9, Bapak ngaku sama Ibu kalo diem-diem Bapak udah nikahin Mbak Esty. Mbak Esty lagi hamil anak Bapak."
Kenzy termangu, cowok itu mematung dengan mata membulat. Cairan bening keluar begitu saja dari sudut matanya, tangan Kenzy mengepal kuat.
"Harusnya Ibu yang marah. Terus kenapa Ayah pukulin Ibu?" tanya Kenzy masih dengan ekspresi yang sama.
"Setelah Bapak ngasih pengakuan itu, Ibu gak terima dan berusaha nyamperin Mbak Esty di kamar. Saya udah berusaha nahan, tapi Ibu kekuh lari ke kamar. Sebelum Ibu sempet deketin Mbak Esty, Bapak langsung narik Ibu sampe kepala Ibu kepentok meja. Gak cuma itu Bapak pukulin Ibu berkali-kali. Maaf, Mas, saya gaberani nahan Bapak, saya juga takut. Sampai akhirnya Ibu pingsan dan saya minta bantuan pak Sopir untuk bawa Ibu ke sin-"
Belum habis bicara, Kenzy sudah lari keluar ruangan. Cowok itu keluar gedung rumah sakit mengambil motor bergegas menemui sang Ayah.
Menendang pintu rumah sampai rusak, Kenzy masuk sambil teriak-teriak memanggil Ayahnya. Tak berselang lama, lelaki paruh baya turun dari anak tangga, di belakangnya dibuntuti oleh wanita yang sudah 5 tahun ini mengusik rumah tangga orang tua Kenzy.
"Tutup mulut kamu! Mau jadi bocah urakan, hah? Jarang pulang, sekalinya pulang bikin keributan!" gertak Ayah Kenzy.
"Turun lo berdua!"
"Kenzy, jaga tutur bicara kamu!"
"Bacot!" teriak Kenzy menghampiri Ayahnya yang baru turun anak tangga terakhir.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALGHAVA
Teen FictionTak pernah terlintas di pikiran Leona Marseille, bahwa dia akan berurusan dengan sosok pemimpin geng motor paling ditakuti di kotanya, yang tak lain adalah kakak kelasnya sendiri. "Maaf, Kak...." "Gue gapernah mau nerima kata maaf dari siapa pun. Ja...