30 - Bertemu Ethan

66.2K 5.3K 166
                                    

Ekspresi merengut menghiasi wajah cantik Allea, gadis bergaun putih selutut yang duduk di kursi belakang itu menatap keluar jendela mobil.

Melirik sang putri dari kaca tengah, seorang wanita paruh baya senyum tipis memaklumi raut tak nyaman yang ditunjukkan anaknya.

"Mau ketemu calon tunangan jangan kusut gitu dong mukanya," tegur Allena, Ibu Allea.

"Semenjak tidak bergaul dengan gadis kampungan itu, keras kepalamu berkurang. Memang benar jika gadis itu pembawa dampak buruk untuk kamu," lanjut Arnold di tengah aktivitas mengemudi.

"Pa, bisa gak, sih, gausah jelek-jelekin Leona? Lagian Allea juga masih sahabatan kok sama Leona, jadi sikap Allea gak ada sangkut pautnya sama Leona!"

Allena sontak menoleh belakang memelototi putrinya agar segera diam. Watak sang suami itu keras, Allena tidak mau jika sampai Allea membuat Arnold marah.

"Kamu memang anak Papa," kekeh Arnold seperti bangga bukannya marah.

Allena menghela napas lega, sedangkan Allea berdecih.

Malam ini Arnold mengajak keluarganya untuk menghadiri acara peresmian cabang perusahaan milik Anton Geraldo, ayah Ethan. Cowok yang akan dijodohkan dengan Allea, yang juga merupakan ketua dari Geng Georda, musuh bebuyutan Renzio.

Anton menyambut kedatangan Arnold. Di belakang Anton berdiri Ethan yang membuntuti sang ayah dengan wajah lesu tak ada semangat. Jujur saja Ethan terpaksa menghadiri acara membosankan ini, jika bukan karena Anton mengancam akan memotong uang jajannya, tidak akan sudi seorang Ethan memakai jas dan berlagak sok formal seperti saat ini.

Bahkan untuk berada di tempat ini, sore tadi Ethan rela tidak jadi ziarah ke makam Ibunya.

"Punya anak tunggal bukannya dimanja malah dikekang," gerutu Ethan lirih usai menyalimi Allena dan Arnold.

Anton melirik tajam, seketika Ethan menunduk menutup bibirnya rapat.

"Tidak berjabat tangan dengan Allea?" tegur Anton.

Ethan menghela napas mengukir senyum tipis, ia sodorkan tangannya ke arah gadis cantik yang tampak tak nyaman dengan kondisi sekitarnya.

"Al," panggil Allena menyadarkan Allea yang hanya menatap lama uluran tangan Ethan.

Gadis itu malah menggeleng tanda enggan menjabat tangan Ethan. Mendapat penolakan, Ethan malah tertawa kecil langsung menarik tangannya kemudian ia sembunyikan di saku celana.

Diabaikan? Tentu saja Ethan jadi malu. Tapi beberapa saat kemudian orang tua Allea langsung memecah kecanggungan dengan membuka obrolan.

"Ethan, kamu ajak Allea untuk melihat-lihat sekitar, ya?" pinta Arnold.

"Ide bagus ... supaya kalian bisa lebih mengenal satu sama lain juga," lanjut Anton.

Mau sesangar apapun Ethan di luar, tetap saja dia akan menjadi anak itik apabila sedang bersama Ayahnya. Ethan mengangguk patuh, lantas mengajak Allea menjauh dari orang tua mereka.

Menyenggol lengan Allea, Allena memberi isyarat agar Allea segera mengikuti Ethan.

"Gamau, deh, Allea mau di sin-"

"Al!" Arnold ambil suara sembari menatap tajam kepada putrinya.

Mendengkus pelan, akhirnya Allea mengikuti Ethan. Dua remaja itu berhenti di depan meja yang terdapat banyak jejeran gelas berisi macam-macam rasa minuman sirop. Ethan mengambilkan satu untuk Allea.

"Gue gak minum yang manis-manis," tolak gadis itu tanpa menatap Ethan.

Mengangguk paham Ethan langsung meminum sendiri gelas berisi sirop yang tadi hendak ia beri kepada Allea.

ALGHAVAWhere stories live. Discover now