34 - Ateis

65.5K 5.5K 635
                                    

Seperti dihipnotis, Ghava membeli celana kodok pilihan Leona. Selesai membayar tiba-tiba fokus Ghava tertarik pada jajaran pashmina di dekatnya.

Dengan iseng cowok itu meraih satu pashmina berwarna putih, lalu dia pakaikan di kepala Leona. Gadis itu hanya menurut saja.

Untuk kedua kalinya Ghava dibuat bengong oleh penampilan Leona. Gadis itu sangat cocok memakai hijab. Padahal Ghava hanya menudungkan pashmina itu secara asal-asalan.

"Kenapa?" Leona menautkan alis curiga.

Agak kesusahan karena sambil menggendong Anzel, Leona jalan ke arah kaca. Menatap dirinya sendiri di pantulan cermin, Leona menyipitkan mata. Tidak ada yang aneh. Lantas mengapa Ghava memasang ekspresi seperti itu?

Ghava berdiri di belakang Leona, ikut mengamati gadis itu dari pantulan kaca yang seketika membuat Leona salah tingkah dengan pipi memerah.

"Apa, sih?" Leona berbalik badan mendorong tubuh Ghava menggunakan bahunya.

"Cantik."

Deg

"Pashminanya? Makasih," sahut Leona berusaha tidak terlalu percaya diri.

"Pashminanya cantik. Tapi lo lebih cantik," jawab Ghava terang-terangan.

Hati Leona berdesir aneh. Gadis itu kembali membeku menatap Ghava tanpa berkedip. Cowok itu tidak sedang sarkas kan?

"Mau gue beliin gak?" tawar Ghava.

"Apa?"

Ghava mengusap gemas puncak kepala Leona. Bukannya rambut yang berantakan, malah hati gadis itu yang acak-acakan dibuat perlakuan Ghava yang tak terduga.

"Kenapa lemot banget, sih, lo? Ya kali lo lagi pake pashmina tapi gue tawarin beli BH?"

Meneguk saliva, segera Leona menjauhkan tangan Ghava dari kepalanya.

"Buat apa?" tanya gadis itu tak berani menatap Ghava.

"Pake nanya lagi. Emang seumur hidup lo gapernah pake hijab? Btw selama tinggal bareng, gue gapernah liat lo shol-"

Ghava diam, Leona juga diam karena tidak menyangka Ghava akan membahas hal itu. Setelah mematung lama, Ghava mengusap tengkuknya merasa canggung.

"Lo nonmuslim?" tanya Ghava berhati-hati.

Dengan hati-hati pula Leona mengangguk. Reflek Ghava melepas pashmina yang ia tenggerkan di kepala Leona.

"Sorry-sorry ... gue gatau. Maap banget gue udah lancang dan gak sopan."

"Kalo lo mau beliin, beliin aja, nanti gue coba pake. Sejujurnya gue juga gatau agama gue apa."

"Hah?" sentak Ghava. "Maksud lo?"

Leona malah senyum, seketika Ghava merinding.

"Gausah syok gitu kali."

"Enggak! Bilang sama gue kalo lo lagi becanda. Yakali lo ateis?"

"Gue percaya kok kalo orang-orang yang punya agama pasti punya Tuhan. Tuhan mereka ada, gue percaya itu. Tapi buat gue pribadi, gue gak perca-"

Segera Ghava menutup mulut Leona menggunakan tangan, cowok itu menoleh kiri-kanan seperti gelisah andai saja ada yang mendengar ucapan Leona.

"Lanjutin di rumah," kata Ghava.

Sebelum pulang, keduanya mampir untuk membeli Korean Steet Food milik Koko-Koko langganan Ghava.

"Gapaaa ... cari apa?" sapa lelaki bermata monolid itu menyambut Ghava.

"Pake V!" protes sang empu nama.

ALGHAVAWhere stories live. Discover now