33 - Baju Baru

63.5K 5.4K 384
                                    

"Acel! Daddy pulaaangg!" seru Ghava begitu masuk rumah.

Setelah dipikirkan secara matang, Ghava tidak mau dipanggil Abang atau semacamnya oleh Anzel. Cowok itu sudah bertekat ingin menjadi sosok orang tua bagi Anzel. Dengan dipanggil Daddy, Ghava berharap bisa menjadi sosok ayah sesungguhnya untuk Anzel.

Sus Eka keluar menyambut Ghava bersama Anzel yang terlihat lucu dengan muka bantalnya, sepertinya bayi lelaki itu baru bangun tidur.

"Wahh ... Daddy pulang!" ucap Sus Eka kepada Anzel.

"Sus, mau gendong Anzel dong," pinta Ghava.

"Mas Ghava cuci kaki sama tangan di kamar mandi dulu, ya?"

"Oh, iya."

Segera cowok itu lari ke kamar mandi. Ikatan batin terjalin begitu cepat, sampai-sampai saat Ghava ada di luar, dia hanya ingin segera pulang untuk melihat wajah Anzel.

Seperti perjanjian sejak awal, Sus Eka hanya menjaga Anzel selama Ghava sekolah. Wanita itu berpamitan pergi setelah Ghava pulang.

"Sus, udah mau pulang?" sapa Leona ketika berpapasan dengan Sus Eka di halaman.

"Iya, Mbak. Mari ...."

Gadis itu membalas anggukan, lalu segera masuk rumah mencari Ghava. Tampak cowok itu tengah bermain dengan Anzel di ruang tengah.

"Ciyuuuppp ...." Ghava menutup wajahnya. "Baaaaa!"

Diajak bermain seperti itu Anzel tertawa seakan sudah mengerti jika tengah diajak bercanda. Tanpa sadar Leona senyum-senyum sendiri melihat Ghava.

Tidak lama kemudian Ghava menyadari keberadaan Leona, lalu membenarkan posisi membungkuknya menjadi duduk, dia gendong Anzel pergi dari ruang tengah. Leona mengerutkan kening, dia pegang ujung baju Ghava yang melintasinya.

"Mau ke mana?"

"Maaf, siapa, ya? Oh iyaaaa ... engkau adalah adik kelasku. Mengapa kau ada di sini, adik kelas? Bukankah kita tidak sedekat itu sehingga kau bisa dengan mudah memasuki rumahku?"

Kontan Leona tertawa seraya menepuk punggung Ghava. Apa-apaan, sih, cowok ini? Nada bicaranya berhasil membuat Leona tidak kuat menahan tawa.

"Lo abis makan apa dah?" kekeh Leona.

"Makan ati!"

"Cieee ... ngambek. Ututuuuu, gitu doang ngambek."

Leona menusuk-nusuk pipi Ghava dengan jari telunjuknya, berusaha mencairkan suasana agar Ghava tidak terlarut-larut dalam kengambekannya.

"Hentikan tawamu, adik kelas. Itu menyebalkan."

"Huhuuu ... sangat menyebalkan bukan, kakak kelas?" Leona tak henti-hentinya menggoda Ghava.

Melengos pergi dengan membawa Anzel, Leona mengekori Ghava seraya cengengesan memegangi ujung baju cowok itu.

"Udah kek ah."

"Apa?"

"Ngambeknya."

"Siapa yang ngambek?"

"Cowok yang udah ngaku-ngaku suami gue."

"Siapa?"

"Elo! Udah dong, kak. Lagian lo ada-ada aja mau ngasih tau dia kalo kita tinggal serumah. Gimana kalo ada yang denger terus pada ngira gue beneran istri lo? Kita nikah diem-diem sampe punya Anzel padahal masih sekolah gitu?"

"Siapa juga yang mau percaya sama gue? Pasti mereka pada tau lah kalo gue cuma becanda."

"Terus kenapa ngambek?"

ALGHAVAWhere stories live. Discover now