40 - Donor Darah

56.1K 5.4K 1.1K
                                    

Para penjahat tadi bangkit dengan susah payah, membopong teman mereka yang tergeletak di sebelah Ghava dan bergegas melarikan diri.

"Woy! Jangan kabur dulu lo pada!" seru Ethan.

Cowok itu memerintahkan anggotanya mengejar empat penjahat tadi, lalu sisanya membawa Ghava ke rumah sakit untuk mendapatkan tindakan medis.

Dengan kerendahan hati, Ethan mengisi segala administrasi rumah sakit untuk perawatan Ghava. Leona, Ethan, serta inti Georda duduk di ruang tunggu menanti hasil dari penanganan Dokter.

Setelah cukup lama, Dokter yang menangani kondisi Ghava keluar dari ruangan. Wajahnya menunjukkan raut cemas sehingga Leona semakin gelisah.

"Gimana, Dok, keadaan kak Ghava?" tanya Leona panik.

"Operasi pengangkatan peluru berjalan lancar. Tapi pasien kekurangan banyak darah, sedangkan cadangan darah bergolongan B kami sedang kosong."

"Terus gimana?"

"Bisa bahaya gak bagi pasien, Dok?" tanya Ethan.

Ini adalah pertama kalinya Ethan tampak sepeduli ini terhadap orang lain, apalagi Ghava adalah rivalnya sendiri. Inti Georda sampai tidak percaya dengan apa yang telah mereka lihat hari ini.

Dokter hanya mengangguk lemah.

"Tolong sembuhin kak Ghava gimanapun caranya. Saya mohon, Dokter," ucap Leona sambil menangis.

"Kami sudah menghubungi beberapa Rumah Sakit lain, tapi sepertinya golongan B banyak digunakan akhir-akhir ini. Salah satu rumah sakit ada satu stok golongan B di Bank Darah mereka, tapi sudah digunakan lima menit sebelum kami menghubungi."

Leona berdecak, menjejak lantai karena gemas tidak tahu harus berbuat apa.

"Andai darah gue B ... bakal gue donorin buat kak Ghava," lirih Leona putus asa.

"Darah kalian apa?" tanya Ethan pada teman-temannya.

"AB," jawab Jefan.

Bagas yang merupakan wakil ketua Georda sekaligus sepupu Ethan mendekat pada Ethan, dia tarik cowok itu agak jauh dari Leona.

Di tengah langkah, ponsel Ethan berdering. Ale menelepon, mengatakan jika dirinya dan Riko kehilangan jejak, tidak bisa menangkap penjahat tadi.

"Lo kenapa, sih, Than? Lo nyuruh Ale sama Riko ngejar orang-orang tadi buat apa? Lo mau tanggung jawab kalo mereka berdua kenapa-napa?" celoteh Bagas.

"Mereka gak kenapa-napa. Sekarang udah balik ke markas. Ngapain lo narik gue ke sini?"

"Lo kesambet apa? Yang lo tolong itu musuh kita."

"Gue masih punya rasa kemanusiaan. Gue gabisa biarin orang lain mati selagi gue masih bisa nolongin nyawanya ... terlepas dari sesengit apa permusuhan kita."

"Mau dia mati, mau hidup, itu bukan urusan kita. Toh bukan kita juga penyebabnya. Darah gue B, dan lo pikir gue mau donorin buat Ghava? Kagak! Mending sekarang kita balik ke markas."

"Lo bisa balik sendiri," jawab Ethan lugas menghampiri Leona dan Dokter kembali.

Bagas mengacak rambut kesal, dia tidak bisa meninggalkan Ethan. Mau tidak mau cowok itu tetap mengekori Ethan.

"Dok, cek darah saya," kata Ethan.

Leona melongo setelah mendengar pernyataan Ethan. Yang dia tahu Ethan dan Ghava bermusuhan, tapi ... benarkah Ethan berniat mendonorkan darahnya untuk Ghava?

"Kak Ethan?" panggil Leona.

"Gue gatau apa hubungan lo sama Ghava, yang jelas gue bisa liat kesedihan di mata lo akan kondisi Ghava saat ini. Gue gabisa biarin orang yang gue suka terlarut-larut dalam kesedihan."

ALGHAVAWhere stories live. Discover now