1. Pulang

16.8K 976 6
                                    

Sampai di bandara aku melepas seatbelt dan segera keluar dari mobil, suasananya cukup ramai, tapi ramai kali ini tidak wajar karena sebagian besar gadis-gadis usia remaja berkumpul dengan riuh.

Aku segera melihat jam yang berada di ponselku, pukul 09.00 tepat. Berarti sebentar lagi Alden akan segera datang. Karena bosan menunggu, aku akhirnya memainkan ponselku, beberapa orang yang keluar dari pintu kepulangan membuatku yakin sebentar lagi Alden akan segera tiba.

Tapi lama menunggu sampai orang-orang yang keluar dari sana sudah mulai sepi aku berinisiatif untuk menelepon Alden. Namun, beberapa kali panggilan tidak dapat terhubung dengan ponsel Alden.

Aku mendesah gusar, bagaimana tidak? Aku kesini hanya menggunakan piyama panjang hitam dan hoodie putih karena baru saja bangun tidur lalu diharuskan untuk menjemput Alden yang kini wujudnya tidak ada. Benar-benar membuatku kesal dan khawatir saja. Kembali kuhubungi nomornya dan kali ini panggilan terjawab, "Assalamu'alaikum, kamu dimana." Ujarku to the point.

Lama tidak ada jawaban dari Alden kembali membuatku tidak sabar. "Alden kamu dimana?" Tanyaku lagi dengan nada malas.

"Kafetaria, cepet kafetaria." Ucapnya dengan suara yang samar karena bising tapi untungnya masih dapat kudengar.

Aku tidak tahu apa yang sedang ia lakukan dan darimana ia bisa ada di kafetaria, langsung saja kulangkahkan kaki menuju kafetaria bandara. Belum sampai disana sudah banyak sekali gadis-gadis yang berkerumun memenuhi jalan menuju kafetaria. Aku mendongak ingin mencari keberadaan Alden, tapi karena sadar tinggiku tidak lebih dari 165cm aku pasrah dan menghela napas.

Sebenarnya apa yang membuat keramaian seperti ini sih? Karena tidak bisa masuk kedalam kafetaria akhirnya aku berbalik dan kembali menelepon Alden, beberapa detik kemudian ia menjawab. "Kak lo pake baju warna apa?" Ucapnya dengan nada yang kali ini terdengar lebih jelas dari tadi. "Hoodie putih.....,kafetaria kenapa rame banget gila." Ujarku tapi panggilan tiba-tiba saja dimatikan oleh Alden, astaga anak itu, aku kan belum sempat menanyakan keberadaannya.

Saat aku ingin menghubungi Alden kembali tanpa diduga ada yang menarik tanganku lalu membawaku lari bersamanya, aku terkejut, sontak memberontak ingin dilepaskan, tapi seseorang itu tidak mau melepaskan dan semakin mengeratkan pegangannya pada tanganku. "Woi lepasin, kamu siapa ga sopan banget narik-narik aku sembarangan," Kataku berteriak kearahnya yang masih saja mengajakku berlari. Mau tidak mau aku dengan terpaksa menggigit tangan orang itu. Ia meringis kemudian memberhentikan langkahnya, "Sakit kali," Gerutunya, aku mendesah kesal. "Kamu kenapa narik aku?" Tanyaku kepadanya dengan mendongakkan kepala, betapa terkejutnya aku jika yang menarikku tadi adalah Valeron. Orang yang selalu menggangguku dari kecil. Yang terakhir kali merusak pialaku, yang kini mengenakan pakaian serba hitam, dengan masker dan topi pun hitam serta ransel hijau army yang berada dipunggungnya.

"Mon, cuma lo yang bisa bantu gue kali ini." Ucapnya dengan nada rendah yang terlihat mengintimidasi, aku menatap matanya malas, tapi dengan cekatan ia menautkan jari tangannya di sela-sela jemariku, membuatku sedikit berjengit kaget.

Dari arah belakang terdengar suara gadis-gadis berlarian, aku dibuat terkejut dengan kejadian kali ini, Valeron dengan segera menarikku dan membawaku berlari dikejar segerombolan gadis yang jika dipikir-pikir bisa di ibaratkan seperti zombie. Sampai di parkiran aku menunjuk ke arah mobilku. Lalu segera kulempar kunci mobil kepadanya. Aku masih sulit mencerna apa yang terjadi sekarang ini. Aku butuh penjelasan darinya kenapa banyak gadis brutal yang tadi mengejarnya. Didalam mobil aku mengatur napas. Begitu juga dengan Valeron, aku mengambil air minum yang biasa kubawa di dashboard dan meminumnya.

"Jadi kenapa kamu bisa dikejar gerombolan cewek-cewek tadi?" Tanyaku kepadanya. Ia menarik botol minum yang kubawa lalu dengan segera lelaki itu meminum isinya yang tinggal setengah. Aku merasa terkejut karena kembali lagi-lagi dia melakukan hal yang-- tidak bisa kujelaskan.

Physical Attack √Where stories live. Discover now