13. Ke lombok yuk?

9.6K 671 12
                                    

Berhubung akun instagramku sekarang memiliki banyak followers, mau tak mau aku memanfaatkannya untuk mempromosikan kafeku. Banyak sekali orang-orang menyarankan untuk membuat akun khusus untuk kafeku, dan karena ide itu berguna juga, akhirnya aku memutuskan untuk membuat akun khusus Moa Bakery yang syukurnya baru saja kubuat sudah mendapatkan banyak followers.

Ada juga netizen yang menyuruhku menjadi selebgram dikarenakan jumlah followersku yang sudah mencapai ratusan ribu, tapi aku masih terus menimbang-nimbangnya karena fokusku saat ini mengembangkan bisnis bersama bunda. Saat ini aku sedang berdiri dibelakang meja kasir sambil memperhatikan beberapa pengunjung yang sedang menikmati kopi dengan cake mereka, tatapanku tertuju kearah pelanggan yang baru saja memasuki kafe, lelaki itu bersama seorang wanita cantik dengan setelan dress putih sepanjang lutut. Aku tersenyum melihatnya.

Mereka masih sibuk memilih-milih dessert ataupun roti, perdebatan kecil kadang terjadi diantara mereka membuatku kembali terkikik geli. Tak lama kemudian mereka menghampiri kasir, "Seneng banget ya lo daritadi ngeliatin gue." Kata Sherin sambil menyerahkan berbagai macam olahan kue yang ia beli untuk diproses pembayarannya. "Lucu banget kalian, masih kayak orang pacaran, kapan isinya tuh?" Tanyaku kemudian sambil menatap perut Sherin yang masih rata.

Kasirku, Aliya, mulai memproses beberapa roti dan kue yang dibeli Sherin. "Secepatnya," Jawab Justin membuatku mengangguk sambil tersenyum geli, "Ih dasar berondong," Sahut Sherin sambil menatap Justin, lelaki itu hanya mendengus, "Apasi berondong-berondong mulu, kamu sama aku itu cuma beda satu tahun gausah sok paling tua," Balasnya, perdebatan kecil kembali terjadi diantara mereka, sampai Aliya yang sudah selesai dengan tugasnya pun terbengong menyaksikan perdebatan antara Sherin dan Justin.

Aku menggelengkan kepala heran, benar-benar pasutri ini. "Heh udah-udah, nih pesenan kalian." Ucapku menyela perdebatan mereka, "Cepet-cepet keluar dari sini kalian, bikin pusing aja." Kataku membuat mereka melotot kesal kearahku lalu segera pamit keluar, aku tersenyum. Ingin seperti mereka yang kini hidup bahagia. Ahh, di mana-mana rumput tetangga memang lebih hijau.

Kini jam sudah menunjukkan pukul 3 sore, baru saja aku ingin mengemas barang-barangku Valeron datang dengan gitar yang menempel di punggungnya, "Mau pulang?" Tanya Valeron, beberapa karyawan dan pengunjung yang melihat lelaki itu datang terlihat terkejut.Setelah satu bulan tidak menampakkan wajahnya dihadapanku, kini ia datang dengan santai tanpa takut dengan fansnya yang mungkin saja akan memotret dirinya sedang berada disini, aku tak memusingkan hal itu.

Aku mengangguk, "Mau beli sesuatu?" Tanyaku.

Hening sejenak.

ia menggeleng, senyumnya miring, "Mau beli yang punya," Katanya membuatku memutar bola mata malas, Aliya yang masih berada dibelakang meja kasir tak kuasa menahan senyumnya. Aku tahu kasirku ini juga mengenal Valeron pastinya, beberapa kali kulihat ia sedang membicarakan Valeron dengan Ribka, salah satu pelayan di kafeku.

"Mau apa?" kataku lagi dengan nada geram, ia bergeming sebentar, "Ke Lombok yuk," Jawab Vale sambil menopangkan kepala dengan kedua tangannya dimeja kasir yang cukup tinggi ini. Menatap kearahku. Aku sedikit berjengit menjauh darinya.

"Ngapain?" Tanyaku heran karena dengan tiba-tiba ia mengajakku ke Lombok.

"Liburan,"

"Maksudnya ngapain ngajak aku," Sahutku.

Valeron memundurkan wajahnya, "Pengen aja, mau engga?" Tanya dia lagi, aku berpikir sejenak sambil mengira-ngira apa yang sedang lelaki itu rencanakan.

"Kamu punya rencana jahat buat aku ya?" Selidikku membuatnya mengernyit.

"Astaghfirullah lo suudzon mulu sama gue, sekalinya dibaikin malah nuduh yang engga-engga," Katanya sambil sok-sokan tersakiti.

Aliya yang melihat itu pun tertawa geli. "Ya kamu aneh tiba-tiba ngajak liburan, kan aku jadi curiga." Jawabku.

"Iyadeh terserah, jadi mau ga?" Tawarnya lagi membuatku terkikik geli.

"Semua akomodasi kamu yang bayarin, aku mau," Kataku dengan yakin. Vale dengan cepat mengangguk, "Oke, gue yang bayarin." Ujarnya santai, aku melotot tak terima, liburan ke Lombok pasti butuh biaya yang besar karena transportasi yang masih sulit disana.

"Eh, sama siapa aja emang?" Tanyaku lagi memastikan. Ia terdiam sejenak lalu menjawab, "berdua doang," Lirihnya yang tentu saja membuatku terkejut tak habis pikir.

"Kamu gila ya?" Ucapku kearahnya, Vale hanya menatapku sambil menggaruk pelipisnya. "Ya emang berdua doang," Katanya lagi. Aku melirik ke arah Aliya, dirinya terkikik geli sedari tadi melihat percakapan kami.

"Udahlah bu, terima aja ajakan pak Vale. Kan gratis, berdua doang lagi kayak honeymoon," Sahut Aliya membuat lelaki itu mengangguk setuju. Honeymoon katanya. Aku berpikir keras, tak mungkinkan kalau hanya berdua saja liburan di Lombok yang sangat jauh dari ibukota, apalagi disana susah untuk transportasi ataupun sinyal, juga ayah tentu saja tidak akan setuju kalau hanya liburan berdua dengan Valeron, aku juga tidak bisa meninggalkan kafe begitu saja walaupun sudah ada Alden yang membantu, tetap saja, adikku itu baru sibuk-sibuknya dengan skripsi tapi-----lumayan juga dapat gratis liburan di pulau Lombok. Arghhh... Aku terdiam selama beberapa detik.

"Ya kalo ayah ngijinin aku mau," Ucapku kemudian, Valeron tersenyum lega sampai membuat gigi gingsulnya terlihat dengan manis. membuatku sedikit berdebar.

"Okey," Lirihnya yang masih bisa kudengar.

"Kalo gitu gue balik duluan, makasih Amona." Katanya dengan bibir yang masih terkembang lalu keluar dari kafe.

Aku memegang dadaku yang berdebar hebat, apa-apaan ini, kenapa setelah satu bulan tidak bertemu dengannya aku merasa kalau akan meledak saat melihatnya berada di sekitarku.

"Deg-degan ya bu," Ujar Aliya memasang wajah jahil, "Kalo saya jadi bu Amona pasti kejang-kejang diperlakuin semanis itu sama penyanyi terganteng se-Indonesia, hahahaha," Lanjutnya membuatku memasang wajah galak.

"Mending kamu beres-beres deh, sift kamu bakal diganti sama Eqi kan. Saya juga mau pulang," Kataku sok garang, tapi tetap saja Aliya memasang wajah jahil kearahku.

"Iya-iya, yang lagi kasmaran mah beda," Ucapnya lagi yang segera kuhadiahi pelototan. "Potong gaji nih bulan ini."

Physical Attack √Where stories live. Discover now