27. Jaelangkung

8.2K 548 6
                                    

Alden hari ini sakit, kalo kata bunda sih ia sedang patah hati karena Sabrina beberapa hari tidak mengabari adikku itu, astaga bucin sekali sampai sakit begini.

Aku menatap kasihan kepadanya yang menampakkan wajah pucat serta suhu tubuh yang sangat panas. Mungkin kalau aku meletakkan telur diatas dahinya, telur itu akan matang.

"Minum obat dulu Al, jangan tidur terus, kalo pengen pusingnya cepet hilang ya makan sama minum obat." Gerutuku karena dari tadi susah sekali membangunkan anak ini. Matanya terus-terusan terpejam.

"Jangan ngeyel deh, kamu kalo pengen sembuh ya bangun dulu minum obat," Lanjutku yang sama sekali tidak digubris olehnya.

"Alden....,"

"Berisik, mending keluar deh kak daripada ganggu," Ketusnya padaku dengan nada lemah, aku sakit hati dong tentunya, niat baik tapi dibalas seperti itu.

"Serah deh, aku gamau ngurus kamu lagi," Kataku keluar dengan menutup keras-keras pintu kamarnya, sebal.

Bunda yang baru saja melangkahkan kakinya untuk ke kamar Alden mengernyit heran sebab aku keluar dengan tampang kesal.

"Kenapa?" Tanyanya.

"Anak bungsu bunda tuh nyebelin, dibaikin bukannya terima kasih tapi malah nyuruh Mona keluar, kan Mona sebel." Adu ku kepadanya, ia menepuk pundakku sebelum masuk kekamar Alden.

Seharusnya sejak pagi tadi aku ke Moa Bakery saja daripada di rumah mengurusi adik bungsu yang tak tau diri itu. Kulangkahkan kaki untuk masuk ke kamar, kemudian mengambil ponsel di atas nakas, kulihat ada beberapa panggilan dari Aliya yang tak terjawab. Kubuka aplikasi Whatsapp yang menampilkan beberapa pesan dari orang. Tapi tanganku malah membuka roomchat Valeron yang masih seperti hari-hari sebelumnya, sama sekali tidak ada kabar. Aku mendengus kemudian memilih beralih ke roomchat Aliya. Sepertinya penting karena ada 3 panggilan tidak terjawab. Aku berinisiatif menelponnya balik.

"Assalamualaikum kenapa Al?" Tanyaku kepada Aliya to the point.

"Waalaikumsalam, Gawat bu, Moa Bakery hari ini rame banget, antrian sama tempat duduk membludak bu, apalagi stok cake hari ini kayak hari sebelum-sebelumnya, ini gimana bu," Kata Aliya panik. Aku mendengarnya dengan seksama kemudian buru-buru mengambil tas yang biasa aku pakai ke Moa.

"Kamu tenang dulu, habis ini saya kesana, btw kenapa bisa sampai rame gitu?" Ucapku sambil menyiapkan barang-barang yang akan ku masukkan ke dalam tas.

"Valeron kesini, sekarang dia lagi ada di ruangan ibu,"

Dengan cepat aku berlari keluar kamar, menuruni tangga dan berteriak kepada bunda kalau aku harus segera ke Moa Bakery.

••••

"Gue gatau kalau bakal se-rame ini," Lirih lelaki yang kini berdiri di hadapanku.

Kuhembuskan napas dalam-dalam, mencoba menahan emosi. Setelah menutup secara dadakan dan meminta maaf kepada pelanggan aku mengumpulkan semua karyawan ku di ruanganku.

"Bilang ke pelanggan kalau stok hari ini udah habis, kamu suruh para pelanggan untuk bisa pesan di lain hari, besok sampai tiga hari ke depan Moa ngga buka dulu, cuma melayani via orderan. Kalian semua paham?" Ucapku kalem ke semua karyawan yang bekerja di Moa Bakery tak terkecuali Valeron yang kini menatapku takut-takut begitu juga dengan Aliya.

Setelah mereka mengerti barulah aku membubarkan rapat dadakan ini. Lalu menatap lelaki yang sedang menyandarkan tubuhnya di meja kerjaku.

"Sorry," Ucapnya yang ku balas dengan tatapan datar, seenaknya ia menghilang dan datang dengan keributan. Benar-benar menguras emosiku saja.

Physical Attack √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang