18. Lombok pt. 3

9.5K 626 9
                                    

Valeron mengajakku untuk snorkeling di pantai pink, atau nama sebenarnya adalah Pantai Tangsi. Pantai ini disebut pantai pink karna pasirnya bersemu pink, walaupun warnanya tidak begitu kentara tapi jika dibandingkan dengan warna pasir pantai lain jelas ada bedanya.

Lelaki dihadapanku kini menyerahkan perlengkapan snorkeling seperti mask, snorkel, dan kaki katak atau fins kepadaku. Sebenarnya aku takut, aku juga tidak yakin karena ini baru pertama kali aku melakukannya, pemandu tadi sudah memperingatkan jika takut tidak ikut tidak apa-apa karena daripada panik dan bisa membahayakan diri sendiri.

Valeron bilang kalau pantai ini tidak cukup dalam, bisa melihat dengan jelas terumbu karang yang ada dibawah sana dengan ikan-ikan bewarna yang sangat memanjakan mata. "Gapapa, sama gue aja." Kata Valeron yakin menatap kearahku, aku masih berpikir keras untuk ikut snorkling atau tidak, pasalnya aku pun tidak bisa berenang dengan lancar.

"Masa jauh-jauh ke Lombok ga snorkling, mayan buat feed ig kan?" Tutur Vale mencoba memersuasiku untuk tetap turun dan ikut dengannya.

Pemandu yang sedari tadi melihat percakapanku dan Valeron pun hanya menunggu. "Mbaknya bisa pakai pelampung kalau misal takut tenggelam," Katanya padaku.

Aku bimbang, tapi dengan tarikan napas dalam akhirnya aku mengiyakan, mengenakan semua alat bantu untuk snorkling dan segera turun dibantu oleh pemandu yang berjaga diatas dan Valeron yang sudah turun kebawah. Segera kutarik tangannya untuk menjaga keseimbangan.

Dadaku berdetak tak karuan, selain takut tidak bisa menjaga keseimbangan juga dikarenakan tubuhku yang sangat dekat dengan Valeron. Pemandu di depan segera menjelaskan beberapa panduan agar kami tetap aman dan menikmati keindahan pantai tanpa mengalami kendala.

"Pantai ini tidak terlalu dalam, kalian bisa dengan jelas melihat terumbu karang dibawah sana. Tapi saya sarankan jangan banyak menyentuh beberapa terumbu karang karena ada yang tajam sehingga bisa membuat kaki terluka." Kata pemandu, aku dan Valeron segera mengangguk, kemudian mengikuti pemandu didepan.

Ku gerakkan kakiku kedepan tapi tidak bisa, ish kenapa berat sekali, Valeron tertawa mengejek kemudian menarikku kearahnya dan membawaku bersamanya untuk mengikuti pemandu. "Padahal udah pake pelampung, masih aja susah gerak." Katanya sinis, aku mendengus.

"Aku kan udah bilang kalau aku gamau." Balasku cemberut, mata lelaki itu menyipit, "Beneran gamau? Coba lo liat kebawah," Ucapnya, segera ku tundukkan kepalaku melihat kebawah seperti kata Valeron dan betapa terkagumnya aku ketika melihat ikan-ikan dan juga terumbu karang berwarna warni menghiasi laut. Mataku berbinar.

Bapak pemandu mulai menjelaskan, "Kalau dilihat, pasirnya sekarang udah engga bewarna pink kan ya mas, mbak?" Ucapnya memberi sebuah pertanyaan kepadaku dan Valeron. Kami mengangguk.

"Kalau dulu warna pink, itu karena pecahan terumbu karang yang bewarna merah bercampur dengan pasir yang bewarna putih, terumbu karangnya tumbuh di perairan dangkal, seperti yang mas dan mbaknya lihat saat ini, biasanya pecahan terumbu karang tadi terbawa arus ombak ketepian."

"Biasanya juga ada pulau pasir yang akan muncul pas air lautnya lagi surut atau kalau orang sini nyebutnya pasir timbul." Lanjut sang pemandu.

Aku semakin takjub mendengar penjelasan sang pemandu tadi, bisa kulihat disekitar sini terdapat kalau air lautnya jernih bewarna biru, dibawahnya terpampang terumbu karang bewarna warni yang menakjubkan, didepan sana aku juga bisa melihat adanya bukit hijau yang cukup tinggi.

"Pak? Bukitnya bisa di daki?" Tanyaku kepada sang pemandu, bapak itu tersenyum dan mengangguk.

"Bisa mbak, bahkan mbak bisa piknik diatas sana sambil liat pemandangan," Katanya dengan nada riang, aku menatap Valeron berharap lelaki itu mau mengajakku kesana. Lelaki yang kutatap malah melengos, memotret beberapa terumbu karang yang ada dibawah sana.

Physical Attack √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang