ekstra chapter

13.4K 651 18
                                    

"Bangun Amona, Ya Allah kamu ini udah jadi istri orang tapi jam segini belum bangun," Teriak mama Valeron, mertuaku yang pagi ini sudah datang dengan sekeresek besar bahan makanan. Aku yang baru saja keluar dari kamar hanya mendengus kesal kemudian melenggang begitu saja mendahuluinya menuju dapur. Wanita paruh baya itu kembali bersungut.

"Ya ampun ga sopan, mama baru aja kesini kamu bukannya salam sama mama malah nyelonong gitu aja." Decaknya mengikuti dibelakang. Aku berbalik kemudian dengan ogah-ogahan menyalimi dirinya agar tidak kembali bersuara.

"Mona udah bangun dari jam 4 subuh, tadi masuk kamar buat bangunin anaknya mama, tuh liat, rumah udah bersih, sarapan udah siap, tinggal jemur pakaian," Jelasku tersenyum malas kearah mama Arum. Ia meneliti ke sekitar, kepalanya mengangguk-angguk mengerti.

Capek deh punya mertua cerewet kaya mama Arum. Masa gini aja harus laporan.

"Bagus deh," Ucapnya datar kemudian melenggang melewatiku untuk duduk dikursi meja makan. Ia membuka tudung saji, matanya meneliti apapun yang telah kumasak tadi.

"Masih pagi kamu mau kasih anak mama sambel pedes kaya gini Mon? Astaga kasian banget perut anak mama." Sewot beliau ketika melihat semangkuk sambal yang terhidang disana, padahal itu sisa sambal kemarin malam yang memang kutaruh disitu, bukan sengaja ingin menghidangkannya untuk Valeron.

"Itu sambal semalam, emang Mona taruh situ aja, bukan sengaja mau nyuguhin sambal itu buat anak mama." Lirihku sambil memegang pelipis, pusing.

Suara langkah kaki terdengar dari arah tangga, Valeron turun dengan tanpa memakai atasan, hanya celana pendek selutut. Awal pernikahan aku masih terkejut dengan kebiasaan Valeron yang jarang menggunakan atasan untuk menutupi tubuhnya itu. Tapi lama kelamaan karena sudah terbiasa akhirnya aku bersikap tidak terjadi apa-apa walaupun dadaku masih saja berdebar.

Lelaki itu duduk di anakan tangga paling bawah, sambil menatap kearahku dan mama Arum.

Tangan mama Arum kali ini bergerak mengambil udang goreng yang tadi kumasak, sedetik kemudian kepalanya mengangguk-angguk sambil mengunyah, "enak, tapi lebih enak udang goreng punya mama," Katanya tanpa rasa bersalah. Aku memutar bola mata malas, kemudian mengambil handphoneku di kantung celana, memilih menyibukkan diri dengan berselancar di sosial media.

Karena hari ini hari minggu, jadi agenda ya hanya dirumah saja, atau mungkin keluar untuk sekedar menghabiskan waktu bersama.

"Ini kamu kasih micin ya Mon? Jangan banyak-banyak kasih micin deh, gabaik buat kesehatan," Komentar mama Arum lagi membuatku mendongakkan kepala menatapnya jengah, bukannya bermaksud tidak sopan, tapi semua hal yang selalu jadi bahan kesalahanku membuat diriku muak. Entah karena hormon akan menstruasi atau apa aku mendesah kuat, sampai mama Arum menoleh kepadaku begitu juga Valeron yang masih duduk di anakan tangga.

"Ma, sekali dua kali mama komentar begini Amona masih bisa maklum, tapi kalau setiap minggu bahkan hampir setiap hari, mama sibuk ngurusin rumah tangga aku sama Valeron, itu buat Amona bener-bener capek, Amona keliatan kayak istri yang butuh banyak bimbingan padahal dengan sendirinya nanti Amona juga bakal belajar, mama kayak ngeremehin Amona buat jadi istri yang baik, mama juga ga percaya sama Amona kalau Amona bisa ngurus anak mama. Semua yang Amona lakuin selalu salah di mata mama, kalau mama ga suka sama Amona, sebelum nikah harusnya mama nolak pernikahan kita---," Lirihku menahan isak tangis yang akan keluar.

Mama Arum tertegun menyaksikan bagaimana responku barusan, ia seperti akan mengeluarkan kata tapi kupotong. Begitu juga dengan Valeron yang mulai mendekat kearahku

"Capek deh setiap hari makan ati dianggap istri yang engga tanggung jawab sama suaminya, kalo gitu Amona kembaliin aja Valeron ke mama, urusin anak mama sendiri aja, jangan bikin---," Tangisku pecah, Valeron sigap memeluk tubuhku dari depan sambil mengusap-usap kepalaku.

"Monaa, mama ga maksud kaya gitu," Lirih mama Arum merasa bersalah. Aku enggan menatap wanita paruh baya itu.

"Maafin Amona kalau belum bisa jadi istri yang sempurna buat Valeron, mama bisa cariin istri lain buat Valeron kalo gitu," Ucapku yang seketika mendapat delikan tajam dari Valeron. Tangannya beralih mencubit bibirku gemas.

"Sembarangan kamu," kata Valeron tegas, tangannya sibuk mengusap air mata yang jatuh di pipiku, "Mama kalo bikin Mona sedih mending pulang aja," lanjutnya yang membuatku mencubit perut lelaki di depanku ini.

Ya memang aku sebal dengan Mama Arum tapi ga gitu juga dong sampai ngusir mamanya gitu.

"Mama tu ga bermaksud gimana-gimana, mama cuma ga bisa kalo ga bikin Mona kesel, mama juga gabisa muji Amona kalo masakan dia emang enak," jelas mertuaku itu dengan nada menyesal.

Aku memicingkan mata penuh kekesalan, "Dulu anaknya yang selalu bikin aku kesel sekarang emaknya, kalian ga bisa gitu bikin Mona bahagia," ujarku mendramatisir keadaan, mertuaku itu lantas bergerak ke arahku dan ikut bersama Valeron untuk memeluk tubuhku. Seperti teletubies saja.

"Maafin mama ya kalo ternyata itu bikin kamu sakit hati, kirain mama kan kamu kayak biasa ga bakal masukin omongan mama kedalem hati."

"Tapi yang tadi emang bikin sakit hati banget sih ma," ucap Valeron.

"Yaudah, mama minta maaf ya Amona. Kamu mau minta apa aja mama turutin, mau honeymoon lagi? mama beliin tiketnya, keluar negeri juga boleh asal kamu maafin mama," 

Dalam hati aku tersenyum bahagia, asik liburan lagi. Kutatap wajah Valeron dengan senyum lebar, lelaki itu malah memberengut kesal.

"Valeron ada jadwal rekaman loh 2 minggu ke depan," gerutunya melepas pelukannya dariku dan menatapku tajam.

"Tuh liat sendiri anak mama, gapunya waktu buat istrinya," kesalku dan mengadu ke mertuaku.

"Mama pengen cepet-cepet dapet cucu, sana kalian honeymoon lagi, senengin juga istri kamu, biar dia ga marah lagi ke mama," katanya yang kuacungi jempol tanda setuju. Tidak sia-sia air mataku tadi.

Valeron kembali mendengus, "Honeymoon mah dirumah juga bisa, bahkan sekarang juga bisa," ujar Valeron yang kemudian menarik tanganku, selanjutnya mengangkat tubuhku untuk dia gendong seperti bayi. Aku memekik kecil dan memukul dadanya, malu dilihat mama. Gila Valeron.

"Turunin gak?" geramku, Valeron tersenyum iblis menatapku.

"Mama pulang aja deh kalo gitu, sekali lagi maafin mama ya Mon," kata mama yang kemudian mengambil tasnya dan melenggang keluar begitu saja. Aku kembali menatap Valeron yang ternyata juga sedang menatapku.

"Kamu beneran sakit hati sama ucapan mama? maaf ya Mon mungkin mama---,"

"Iya engga, kamu sendiri tau kalo aku sama mama kamu dari dulu emang ga pernah akur,"

"Tapi yang tadi bikin sakit hati banget ya?"

Aku mengangguk, "turunin dong,"

Valeron menggeleng dan mengeratkan tangannya ditubuhku.

"Tangan kamu dingin banget," komentarnya, aku melihat tanganku sendiri yang berada dipundak Valeron.

"Siapa suruh ga pake baju,"

Kemudian tanpa aba-aba Valeron sudah mendaratkan bibirnya di leherku, pagi ini akan menjadi pagi yang panas untuk kita sebagai pasutri baru.



Physical Attack √Where stories live. Discover now