9. Tante Arum VS Amona

9.8K 648 4
                                    

Sekitar jam setengah empat sore Om Dirga dan Tante Arum sudah sampai didepan rumah, mereka berjalan berdampingan menghampiri bunda yang sudah kegirangan menanti kedatangan keduanya. Aku tersenyum simpul, ayah melirikku sedikit kemudian mengkodeku untuk ikut ke bunda, memberi sapaan kepada om Dirga dan tante Arum.

"Halo om Dirga," Sapa ku sopan kepada lelaki yang masih kekar walaupun usianya menginjak setengah abad. Ia tersenyum dan mengusap kepalaku pelan, "Halo Mona, udah gede ya tambah cantiknya," Ucapnya, tante Arum disamping mendengus sebal kepadaku. Hubunganku dengan istri om Dirga ini memang seperti tom and jerry. Ia selalu terlihat tidak suka sejak aku masih bayi, kurang lebih seperti anaknya.

"Jangan deket-deket suami tante, centil ya anakmu," Judesnya menatapku dengan mata melotot. Aku mendengus sebal.

"Omm....," Jeritku saat tante Arum ingin mencubit lenganku, segera aku berlari menjauh dari wanita itu, bunda menggelengkan kepala heran dengan kelakuan kami yang sampai sekarang masih saja tidak akur.

Om Dirga tertawa terbahak kemudian menghentikan istrinya yang mengejarku, ayah menatapku datar. "Amona, ga sopan ya kayak gitu," Ucap ayahku dengan geraman, aku berhenti dan menghembuskan napas lelah.

"Orang tante Arum duluan yang mau nyubit Mona," Belaku, tante Arum menajamkan penglihatan nya menatapku, aku berdecak kesal kemudian masuk ke rumah duluan.

"Astaghfirullah, yang satu udah tua, yang satu udah dewasa juga masih aja kelakuan kayak anak kecil." Gumam bunda yang masih dapat kudengar ketika aku memasuki lantai rumah.

Sebenarnya hubunganku dengan tante Arum tak begitu buruk, tak begitu baik juga, kurang lebih seperti hubunganku dan Valeron. Bedanya, kalau Valeron yang selalu menjahiliku, kini kebalikannya, aku yang malah menjahili tante Arum. Ceritanya balas dendam karena dengan aku menjahili tante Arum biasanya Valeron akan berhenti menjahiliku.

Dulu katanya, ketika aku masih bayi, aku selalu anteng saat berada di gendongan om Dirga, sampai aku sering menginap di rumah mereka karena tidak ingin jauh-jauh darinya, perhatiannya kepadaku melebihi perhatiannya kepada Valeron yang membuat tante Arum tak suka kepadaku padahal aku waktu itu masih kecil, kejadian itu berlanjut hingga sekarang. Makanya kini aku suka menjahili tante Arum dengan menggunakan Om Dirga, yaa walaupun sering dimarahi ayah juga sih.

"Ini ada oleh-oleh dari Singapura, kecuali buat Amona ga ada ya," Kata tante Arum ketika mengeluarkan banyak bungkusan. Ia menatapku judes seperti biasa yang kubalas dengan tatapan yang sama.

"Idihh, Amona juga ga ngarep di kasih oleh-oleh," Cibirku kearah tante Arum yang tidak ditanggapi olehnya, bunda menyuruhku untuk diam saja tapi aku tak mengindahkan perintahnya.

Ayah dan om Dirga saat ini menuju ke samping rumah, melihat ikan peliharaan ayah yang kini sudah beranak pinak.

"Aldennya kemana?" Tanya tante Arum kepada bunda yang baru saja mengangsurkan jus mangga segar dalam gelas.

"Keluar tadi," Singkat bunda.

"Sama pacarnya?"

Bunda menganggukan kepala lalu duduk disamping tante Arum, ikut membongkar barang bawaan yang katanya oleh-oleh tadi.

"Tante kok bisa tau kalau Alden punya pacar?" Tanyaku heran sebab tante Arum kan ada di Singapura, tentu saja seharusnya ia tidak mengetahui apapun tentang adikku itu kan.

"Lah kamu malah baru tahu? Kamu ini kakak macam apasi Mon, masa adiknya punya pacar aja kamu gatau," Sahutnya tidak santai membuatku mendengus kesal.

"Alden kan sempet tinggal beberapa bulan di Singapura Mon, makanya tante Arum tau," Jelas bunda tanpa di minta membuatku menganggukkan kepala mengerti. Tante Arum menyipitkan matanya menatapku.

"Jangan-jangan kamu juga gatau kalau Alden sempet tinggal beberapa bulan di Singapur?" Cecarnya dengan nada meninggi, aku memutar bola mata malas.

"Astaghfirullah, kakak macam apa kamu ni?" Lanjutnya dengan decakan super menyebalkan.

Dari arah depan datang anaknya yang masih membawa gitar dipunggung, topinya juga masih bertengger di kepala.

"Anakku....," Teriak tante Arum super heboh menyambut kedatangan anak lelakinya. Mereka saling berpelukan, kecupan hangat dari Valeron bersarang di pelipis mamanya.

"Mama kangen tauu," Manja tante Arum kepada Valeron membuatku bergidik ngeri.

Ayah dan Om Dirga datang dari pintu samping rumah--mungkin tadi mendengar teriakan heboh tante Arum-- mereka langsung menghampiri kami. Om Dirga menepuk pundak anaknya pelan, Valeron berbalik dan menyunggingkan senyum kepada papanya.

Aku bergeming, tak lama kemudian disusul Alden yang datang dengan seorang gadis berambut pendek, wajahnya sangat manis dengan bola mata bulatnya. Para tetua langsung menatap Alden dengan tatapan berbeda.

"Assalamualaikum semua," Kata Alden dengan tenang, sedangkan gadis yang berada disampingnya tertunduk malu, senyum canggung terukir di bibir pucatnya.

"Waalaikumsalam," Jawab kami serempak. Bunda langsung menghampiri mereka, lalu menggandeng lengan gadis tadi.

Tante Arum mengerling kearahku, "Haduh, calon mantu udah kesini aja, ini yang namanya Sabrina itu kan?" Celetuknya membuatku mendengus.

"Eh, iya tante," Jawab gadis tadi dengan sopan. Lalu sesi perkenalan diri di mulai, dari tante Arum ke om Dirga, lalu ke diriku dan terakhir ke Valeron. Gadis itu melotot ketika melihat Valeron berada disini, sepertinya ia cukup syok melihat penyanyi yang sedang naik daun ini berada ditengah-tengah keluarga yang sedang berkumpul.

Gadis tadi berbisik ke arah Alden, sepertinya ia masih terkagum-kagum dengan keberadaan Valeron disini, senyumnya mengembang bahagia.

"Bang minta foto," Ujar Alden dengan nada enggan kepada Valeron yang langsung membuat lelaki itu tertawa terbahak, sedang gadis yang namanya Sabrina tadi mencubit perut Alden karena malu. Semua juga ikut terkekeh melihatnya.

"Sesi fotonya nanti aja, sekarang kita bakar-bakar dulu, yuk semua ke gazebo samping," Kata bunda dengan semangat.

Physical Attack √Where stories live. Discover now