Fever

90 15 0
                                    

Jaebum terkejut setengah mati ketika tiba di kantor pagi ini, ayahnya bergosip dengan sekretaris Lee didalam ruangan Jaebum sambil heboh mengobrol tentang pernikahan putranya, tuan Lim begitu amat sombong membicarakan tentang betapa dia menyayangi menantunya.

"Sedang apa kalian disini?" Jaebum memasang tampang tak senang ketika melihat kedua orang itu.

Tuan Lim menoleh dan memberikan kode mata pada sekretaris Lee untuk meninggalkan ruangan sedangkan dia sendiri masih duduk anteng meladeni Jaebum.

"Sekarang ayah paham kenapa kau cepat ingin meninggalkan rumah dan memilih untuk tinggal berdua dengan Seulgi"

Jaebum hanya menoleh dengan wajah kesal sambil membuka lembar-lembar dokumen yang ada di tangannya "sok tahu.... " umpatnya.

"Semua putra teman ayah yang sudah menikah punya alasan yang sama"

Jaebum kembali menoleh, namun perhatiannya tak teralihkan dari berkas-berkas yang ada di tangannya "Memangnya apa alasan mereka?" tanyanya sedikit penasaran.

"Karena mereka ingin punya banyak waktu pribadi dengan istri mereka"

Jaebum tersenyum mengejek "sayangnya bukan alasan itu yang aku punya"

"Lalu?"

"Aku hanya tidak ingin pernikahanku diganggu oleh kalian"

Tuan Lim melotot "penganggu kau bilang? Durhaka..... " umpatnya benar-benar kesal.

Jaebum meletakkan berkas-berkas yang ada di tangannya keatas meja, kemudian menatap sofa tempat dimana ayahnya sekarang duduk, dia menyipitkan matanya untuk memastikan penglihatannya sendiri karena dia tidak terlalu memperhatikan ketika masuk ke ruangan.

"Apa itu?" tunjuk Jaebum pada beberapa kotak kado yang diletakkan diatas meja.

Tuan Lim mengatur emosinya yang tiba-tiba mereda karena pertanyaan Jaebum "kau tidak tahu?"

"hadiah pindah rumah?" tebaknya kemudian.

Tuan Lim menggeleng "hadiah untuk istrimu..."

"hadiah untuk apa?"

Kali ini tuan Lim berdiri dari tempatnya sambil menggendong kotak kado besar itu "bukannya hari ini istrimu ulang tahun? Ayah ingin memberikan hadiah, tapi sedang menunggu waktu yang tepat"

Jaebum mematung ditempatnya, semua fokusnya terarah pada kalimat itu, pikirannya mencoba mencerna perkataan ayahnya... Hari ini Seulgi ulang tahun? Jaebum bahkan tak tahu apapun tentang istrinya, dia baru sadar bahwa dia sama sekali tidak mengenal Seulgi dengan baik.

Bukannya merespon kalimat itu, Jaebum justru membereskan meja kerjanya, dia melirik jam di kantornya yang sudah menunjukkan pukul 11, dia langsung mengambil jasnya yang tergantung lalu kemudian bergegas meninggalkan ruangan tanpa memperdulikan ayahnya yang sedang kebingungan melihat Jaebum terburu-buru keluar dari pintu.

Hal pertama yang sedang dia pikirkan sekarang adalah dia harus minta maaf, Jaebum merasa sangat jahat telah berdebat dengan Seulgi pagi ini hanya karena persoalan sepele, bukankah seharusnya semalam dia mengucapkan selamat ulangtahun? Kenapa dia malah membuat masalah dengan cara yang menjengkelkan.

Dia benar-benar harus mengajaknya berbaikan, atau setidaknya mentraktirnya makan siang lalu kemudian memberikan ucapan atau mungkin mencarikannya hadiah untuk minta maaf.

Beberapa kali dia mencoba menghubungi Seulgi tapi perempuan itu  sama sekali tidak mengangkat panggilannya.

Akhirnya Jaebum memutuskan untuk langsung menjemputnya di kampus tanpa sepengetahuan Seulgi, dia tiba tepat jam makan siang, sedikit terlambat karena terjebak macet ditambah dengan hujan deras yang tiba-tiba saja turun.

PROMISE (Jaebum X Seulgi) Where stories live. Discover now