a Gift

116 17 2
                                    

"aku tidak bisa Jaebum.... aku harus kembali ke kamarku sekarang" Seulgi berusaha melepaskan tangan Jaebum darinya, tapi tidak disangka genggamannya sangat kuat untuk ukuran orang yang sedang demam tinggi.

Jaebum terdengar merengek "aku ingin kau tidur disini denganku...."

Apa yang ada dipikiran Seulgi sekarang ketika mendengar Jaebum mengatakan hal-hal yang seperti itu? Dia ingin marah seperti biasanya tapi tidak bisa, justru dia akan memaklumi ini karena Jaebum sedang sakit, ada kemungkinan laki-laki itu tidak sadar atas apa yang dia ucapkan sekarang, bukankah efek demam biasanya seperti itu?

"kau ingin aku tidur denganmu?" tanya Seulgi sekali lagi.

Jaebum mengangguk lemah sambil merapatkan kembali selimutnya, tatapannya sayu memandang Seulgi "aku kedinginan..." keluhnya.

Seulgi menelan salivanya sendiri, kurang ajar memang, bagaimana bisa Jaebum bertingkah seperti ini disaat-saat yang tidak tepat, apa yang harus Seulgi lakukan? Diapun takut menolak karena mempertimbangkan kondisi Jaebum yang sedang sakit.

Aaahhh sudahlah.... lagian Seulgi tetap akan bertanggungjawab jika terjadi sesuatu pada Jaebum karena demamnya, bukankah seharusnya Seulgi menemaninya sampai laki-laki itu sembuh? Tapi......

"baiklah......" ucap Seulgi setelah berpikir lama, dia meyakinkan dirinya bahwa tidak akan terjadi apapun "aku akan tidur disini...." jawabnya yakin.

Jaebum tersenyum tipis setelah mendengar itu, dia lalu mengumpulkan tenaganya yang tersisa untuk membuka selimutnya "masuklah.....!" perintahnya menyuruh Seulgi segera naik keatas kasur agar mereka bisa membagi selimut itu berdua.

Seulgi melotot ditempatnya, sama sekali tidak peka, yang dia lakukan sekarang justru memperbaiki selimut besar itu agar sepenuhnya membungkus Jaebum, lalu kemudian naik keatas kasur dan tidur di sisi yang lain.

Jaebum memperhatikan pergerakan Seulgi, dia bahkan memutar tubuhnya menghadap perempuan itu, sedikit kecewa karena Seulgi justru memilih untuk tidur di ujung dan membuat jarak diantara mereka semakin bertambah, lihat saja bagian tengah kasur itu.... kosong, tak ada kehidupan disitu.

Seulgi hanya mengucapkan selamat malam tanpa sedikitpun melirik pada Jaebum, dia bahkan tidur dengan membelakangi laki-laki itu.

Jaebum meliriknya, lalu kemudian menghembuskan napas berat sambil menatap langit-langit kamar, dia masih demam tapi sadar atas apa yang sedang dia lakukan sekarang, dia kembali bertanya-tanya pada dirinya, apakah ini benar dia? Sejak kapan dia bertingkah bodoh hanya karena persoalan perempuan? Sejak kapan dia tidak memikirkan dirinya sendiri? Iyaa... benar bahwa karma itu masih berlaku, dia yang dulunya lari dari semua perempuan yang dijodohkan dengannya, sekarang malah jadi orang bodoh dan mengejar-ngejar Seulgi..... apa dia sudah gila? Dia sudah tidak waras.

"aku kedinginan....." rengek Jaebum kemudian. 

Tapi... sama seperti biasanya, entah Seulgi pura-pura tidak mendengar atau memang tidak peka sama sekali.

Baiklah, mari kita pikirkan tentang ini, tak ada cinta diantara mereka, Jaebum paham betul bagaimana perasaannya sekarang, dia dan Seulgi tidak lebih dari sekedar teman yang sedang berbagi rumah yang sama, hanya sebatas itu, tapi..... garis besarnya adalah Jaebum kebingungan..... dia seorang laki-laki normal yang sedang terjebak dengan perempuan yang sudah dinikahinya.

Meskipun sejak kemarin mereka berdua berpura-pura saling menggoda, bisa saja sekarang semuanya berubah menjadi hal yang nyata, Jebum sangat-sangat membutuhkan Seulgi sekarang untuk menghangatkannya.

Laki-laki itu tak pikir panjang, dia menggeser tubuhnya agar bisa menyentuh Seulgi, dengan gerakan cepat pula membungkus perempuan itu dengan selimut sambil memeluknya dengan erat.

PROMISE (Jaebum X Seulgi) Donde viven las historias. Descúbrelo ahora