9. Permintaan yang sulit

81 52 2
                                    

annyeong💐

һᥲ⍴⍴ᥡ 𝓡𝓮𝓪𝓭𝓲𝓷𝓰

___


"Tasya!" Panggil Julva saat melihat Tasya berjalan di depannya.

Julva berjalan cepat menghampiri Tasya, "Sya, sory yah soal kemarin," ucapnya merasa tidak enak prihal kejadian kemarin di pesta.

Tasya menggeleng kecil, tidak ada yang perlu meminta maaf sebab Tasya sadar tidak seharusnya Tasya menanggapinya dengan serius.

"Gue yang harus minta maaf. Sory banget, karena gue acaranya ga tuntas sampe akhir. Seharusnya gue masih ada disana" tutur Tasya.

Julva tersenyum tipis. "It's okay. Itu bukan masalah besar. Yang penting sekarang kita baikkan kan?"

"Baikkan? Emangnya kita marahan sebelumnya?" Herannya. Padahal dia tidak marah pada Julva. Dia itu terlalu kebawa emosi karena kemarin ada Raka disana. Sudah tau kan jika Tasya itu tidak suka pada Raka.

"Apa pun itu namanya, yang penting kita selalu bersama!" Ucapnya dengan diakhiri kekehan kecil.

"Kalian doang, gue ga diajak?" Celetuk Zitha yang sudah ada tiga langkah dari mereka sejak tadi.

"Siapa yah?" Tanya Tasya pura-pura tak kenal. Membuat Zitha berdesis sedangkan Julva menggelengkan kepalanya.

"It's okay, gue cari temen baru, bye!" Ambek gadis itu berlalu pergi melewati Tasya dan Julva.

"Dih! Ambekan."

"Jangan mulai!"

Tasya terkekeh kecil, baginya melihat Zitha ngambek itu suatu hal yang menyenangkan. Jadi tiada hari tanpa dirinya membuat Zitha kesal. Entah mengapa jika tidak melakukan itu harinya merasa hampa.


🍁🍁🍁

Tasya yang baru saja akan menyuap mie ayam harus tertunda karena ponselnya terus saja berbunyi suara notif pesan.

"Ck! Ganggu istirahat gue aja!" Kesalnya saat membuka pesan dari grup eskul basketnya. Yang memberitahu untuk segera berkumpul di gedung olahraga.

Jadilah mau tidak mau Tasya harus pergi dan melerakan Mie ayamnya kepada Rafa.

Sampai di gedung olahraga ternyata dia datang paling akhir. Sampai Tasya mendapatkan cibiran dari beberapa anak yang tak suka padanya.

"Ck! Ketua macam apa itu datang paling akhir!"

"Biasanya ketuanya yang manggil-manggilin anggotanya, ini malah sebaliknya!"

Kurang lebih seperti itulah, namun Tasya tak memperdulikannya. Menurutnya orang-orang berisik seperti mereka itu orang yang iri kepadanya.

"Oke karena semua udah kumpul, gue akan mulai!" Ucap David sebagai ketua utama basket SMA Dareksa yang sekarang berdiri di depan.

"Seharusnya ini disampaikan oleh Pak Digo langsung. Tapi, karena Pak Digo sedang berhalangan hadir, jadi gue wakilin" ucapnya sebagai pembukaan.

"Seperti yang udah Pak Digo bilang beberapa minggu lalu, kalau sekolah kita akan ikut serta dalam pertandingan antar sekolah di SMA Garuda. Jadi, untuk itu Pak Digo minta mulai sekarang untuk lebih giat lagi latihannya. Kita masih punya waktu kurang lebih satu bulan lagi... Gue harap dengan waktu segituh kita bisa berlatih dengan semaksimal mungkin"

Disela ucapan David, Tasya mengangkat tangannya, hendak bertanya. "Bukannya regu cowo masih kekurangan pemain yah?" Tanyanya.

David mengangguk membenarkan ucapan Tasya jika regunya masih kekurangan pemain. "Yaah, kita masih kekurangan satu pemain. Tapi, kita udah punya targetnya, siapa orang yang cocok buat ikut tanding nanti"

Friendship of the Heart (Tamat) Where stories live. Discover now