22. Tentang dia

61 26 0
                                    

Annyeong💐

Happy Reading

*
*

Langkah kaki terdengar di gendang telinga mereka. Tak lama datang 5 orang pria yang sepertinya anak buah dari Danu. Mereka mengabarkan jika kendaraan yang di minta oleh Danu sudah datang. Segera pria itu membawa pergi Tasya dari sana.

T

entu saja, David dan Raka tidak tinggal diam. Mereka langsung mengambil langkah menghentikan pria itu membawa Tasya. Namun, pria itu menyusun anak buahnya untuk menghadang jalan mereka berdua.

"Sekali lo berontak, anak buah gue udah siap bunuh teman-teman lo dengan satu tembakan!" ancam Danu memberi tahu Tasya jika mereka sekarang sudah terkepung, beberapa pistol menodong ke arah teman-temannya. Membuat Tasya tidak bisa melakukan apa pun.

Tidak ada pilihan lain untuk ikut pergi dengan baik-baik. Tasya tidak mau ada yang terluka lagi. Lima langkah mereka berjalan, Danu tiba-tiba terhenti. Tasya mengarahkan wajahnya ke depan. Melihat Zitha, Sakara dan Rafael yang datang.

"Oh, ada pahlawan lainnya yah?" Seru Danu dengan senyum sinisnya, dirinya merasa tertantang sekarang.

"Lepasin Tasya, Bangsattt!!!" Rafa yang akan mendekat langsung di hentikan oleh Tasya. Dia tidak mau, Rafa terluka karena di belakangan sana, anak buah Danu sudah siap menegakkan pistol ke arah mereka.

"Gue gapapa, kalian bergi aja yah?" ucap Tasya, mengorbankan dirinya lebih baik dari pada melihat semua temannya terluka.

"Tasya..." seru Zitha.

"Gue mohon, gue ga mau kalian terluka. Pergi, selamatin diri kalian!"

Zitha menggeleng menolak, dia sudah pergi sejauh ini, tidak mungkin kembali tanpa sahabatnya, "Jangan bodoh, Sya! Ga mungkin kita pergi di saat lo dalam bahaya!"

Tasya menghela napasnya, jika semakin lama disini, maka tidak akan beres, "Ayo cepet bawa gue, jangan hirauin mereka!" pinta Tasya karena Danu malah diam saja.

Pria itu terdiam menatap Zitha lalu tidak lama tangan yang menggenggam tangan Tasya dengan kuat mulai melonggar. Danu melepaskan tangannya.

"A-alena?" lirihnya, Pria itu melangkah mendekati Zitha. Namun, dengan gerak cepat, Sakara langsung berdiri di depan Zitha.

Kedua alisnya menyatu, Zitha tampak bingung dengan tatapan pria itu. Begitupun dengan Tasya, dia merasa familiar mendengar nama perempuan itu.

Tatapannya beralih ke arah belakang, dimana Raka dan lainnya menyusul. Dapat di lihat Shireen berada di gendongan Farel. Sepertinya sudah terjadi sesuatu yang buruk tadi.

"Alena...." Danu menyebutkan nama itu dengan suara bergetar. Tampang wajah sangat pria itu berubah menjadi sayu.

Raka mengambil langkah lebih maju, lalu berkata dengan tegas. "Dia bukan Alena!"

Danu membalikkan badannya menghadap Raka. "Siapa Alena?" Zitha bersuara, dia merasa heran dengan nama panggilan itu, apa pria itu mengenal dirinya?

"Dia Alena! Alena, adik gua!" pekik Danu membantah perkataan Raka yang sebaliknya, matanya tidak mungkin salah melihat. Zitha terlihat sangat mirip dengan almarhumah adiknya.

Sakara yang sedari diam, langsung menggeram kesal saat Danu akan menyentuh Zitha, "Berani lo sentuh dia, lo mati, bangsattt!!"

"Alena ini abang, maafin abang Alena" seperti tuli dengan ucapan Sakara, Danu mencoba mendekati Zitha. Raka pun langsung menahannya dari belakang, "Maaf, seharusnya abang ada disamping kamu. Maaf, abang udah bodoh ninggalin kamu sendirian, maafin abang Alena!" pria itu terus memberontak, dari tatapannya, terlihat ada penyesalan di sana.

Friendship of the Heart (Tamat) Where stories live. Discover now