30. Bertemu kembali

30 10 0
                                    

Hi, Hi, Hallo!!!

Berjumpa lagi...
Kayanya, dari mulai sekarang, aku bakal jarang update lagi deh. Soalnya aku udah mulai masuk school, tugas pun banyak. Maklum semester akhir...

Kalau ada waktu senggang, aku usahain buat nulis.

Selain alasan sekolah juga, akhir-akhir ini aku lagi mentok, alias bingung lanjutinnya😔

Padahal idenya itu udah ada di otak, tapi waktu mau ngetiknya itu mendadak ngeblank.

Udah gituh aja, curhatan kali ini.

*
*
*

𝘏𝘢𝘱𝘱𝘺 ꭈׁׅꫀׁׅܻ݊ɑׁׅժׁׅ݊ꪱׁׁׁׅׅׅ݊ꪀᧁׁ

❏❏❏

"Bang, gimana kalau anak kelas 11 aja yang tanding, mereka kan ga akan tau?" ucap Ali yang merasa tidak ikhlas jika tim putra tidak mengirimkan perwakilan untuk tanding nanti.

"Ga akan bisa, Li. Lo tau sendiri, seberapa telitinya Azhgar. Bisa aja main campuran, tapi nanti kita ga akan bisa main sama Azhgar," jelas David diakhiri helaan napas.

Saat ini mereka sedang berkumpul di lapangan basket indoor. David sedang memantau pemainan tim putri. Setidaknya jika timnya tidak main, ia ingin yang terbaik untuk tim putri.

Ali mengacak rambutnya, "Aneh dah, peraturan dari mana sih. Harus banget gituh, kelas 12 doang. Baru kali ini gue ngalamin!"

"Yaah gituh lah, kalau lo mau main sama pemain kelas atas pasti banyak persyaratannya," sahut Farel diangguki David.

"Udah yeh, ga usah di bahas lagi. Ntar nambah galau gue."

Ali menepuk pundak kakak tingkatnya itu yang sudah ia anggap sebagai abangnya.

"Tenang bang, Tim Putri bakal berusaha keras buat menang. Setidaknya kalau lo ga bisa main sama Azhgar, lo bisa dapetin tanda tangannya!" ujar Liona dengan penuh keyakinan, membuat David terkekeh kecil.

"Ya--" ucapan David terhenti saat mendengar suara bariton dari arah pintu masuk, sontak semua langsung menoleh ke arah pintu dimana ada Tasya disana.

"Tanda tangan aja kurang. Lo harus main atau lebih hebatnya lo bisa tanding bareng tim Azhgar. Gue yakin, kemampuan lo itu seimbang sama Azhgar!" katanya sembari melangkah mendekati kerumunan teman-teman clubnya.

"Ga usah buka harapan yang ga mungkin deh lo, ini juga karna lo yah!" sungut Dara dengan tatapan tidak suka. Gadis itu mengetahui jika Tasya menolak keinginan David dan juga Farel.

Tasya hanya melirik Dara, ia berusaha acuh dengan perkataan Dara barusan.

"Kak David, kak Farel dan tim inti lainnya, lo semua harus mempersiapkan yang terbaik. Gue pengen, kesan terakhir kalian di club basket ini menyenangkan, gue juga mau pertandingan terakhir kalian itu jadi berkesan."

David berserta yang lainnya mengkerutkan keningnya mendengar perkataan Tasya.

"Maksud lo apa sih, Sya? buat apa mempersiapkan yang baik orang kita ga tanding?"

Friendship of the Heart (Tamat) Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz