31. Rahasia sebenarnya

44 9 0
                                    

Tak jauh dari pasar malam, Zitha di ajak berbicara di jembatan. Tidak perlu takut karena jalanan pun masih ramai, tak jauh dari mereka berdiri pun banyak anak muda yang sedang nongkrong.


Sejujurnya Zitha sedikit takut karna jika di ingat pria di sampingnya adalah penculik. Tapi entah mengapa melihat tatapannya, ia merasa pria itu tidak akan menyakitinya. Maka dari itu ia mau menerima ajakan Danu.

"Alena..." Danu mengusap wajahnya, "Sory. Ngeliat lo, gue berasa ketemu sama Alena lagi," ujarnya sedikit tidak enak, untuk sekian lamanya pria bengis itu bisa merasakan perasaan tidak enaknya. Dulu, dia melakukan sesuka hatinya. Namun, entah mengapa setelah pertemuan tempo lalu dia sedikit berubah.

Zitha mengerti dengan perasaan Danu yang pasti merindukan adiknya. Walau dari hati kecilnya ia sedikit kesal karena Danu, dulu mengabaikan Alena hingga gadis malang itu meninggal.

"Semirip itu kah gue sama diaa?" tanyanya, jujur dia pun masih penasaran.

Danu tidak menjawabnya, dia merogoh saku jaketnya. Mengambil selembar foto yang ada di dalam dompetnya, setelahnya ia berikan kepada Zitha.

"Dia Alena. Adik gue," katanya.

Zitha memerhatikan foto itu, ternyata benar mereka memiliki kesamaan. Pantas saja ketika awal bertemu, Danu mengira jika dirinya adalah Alena.

"Gue ngerti perasaan Alena. Terkadang diam itu lebih baik dari pada mengutarakan apa yang kita rasakan yang berakhir di acuhkan. Karena rasanya di acuhkan itu jauh lebih sakit!"

"Kalau lo tau dari awal, itu ga akan menjamin lo akan selalu ada buat dia 'kan?"

Danu menundukkan kepalanya, "Pasti Alena benci sama gue. Selama dia hidup gue selalu bersikap kasar, gue acuh dengan apa yang dia lakuin. Setiap kali Alena ngeluh sama gue, gue selalu bentak dia. Gue sadar kenapa Alena sembunyiin penyakitnya dari gue...gue emang abang yang ga becus!!"

"Penyesalan lo udah ga berguna, Alena udah pergi. Satu hal yang bisa lo lakuin sekarang, lo harus ikhlas. Rubah diri lo, Alena pasti ga suka liat lo jadi orang jahat..."

Mendengar ucapan Zitha yang ada benarnya, pria itu mengangguk kecil. "Gue lagi berusaha, gue juga punya rencana buat nyerahin diri ke polisi setelah ketemu lo," katanya membuat kening Zitha mengkerut.

"Nyerahin diri karena lo pernah culik temen-temen gue?"

"Itu salah satunya,"

Tatapan Zitha menjadi serius, "tunggu deh, gue mau tanya kenapa lo nyulik sahabat gue, Tasya?"

"Gue benci sama dia!"

"Hah?"

"Raka lebih mengutamakan Tasya dari pada adik gue. Padahal waktu itu kondisi Alena lagi butuh keberadaan Raka. Tapi anak itu malah pergi ninggalin Alena yang lagi sekara!t"

Zitha sedikit ngeblank. Apakah sebelumnya Raka dan Tasya pernah dekat?

Sejauh ini, yang ia lihat mereka bagaikan orang asing jika bertemu.

"Gue terlalu kebawa emosi sampe pernah mau lecehin sahabat lo,"

"APA?!!"

Friendship of the Heart (Tamat) Where stories live. Discover now