43. Yang aku inginkan

18 4 0
                                    

Annyeong 💝

*
*

"Aku tidak pernah berharap imbalan dengan apa yang sudah aku berikan."

= Julva Divansta =

*
*

𝐻𝑎𝑝𝑝𝑦 ʀᴇᴀᴅɪɴɢ

Setelah hari itu sebenarnya Zitha malas untuk menemui Sakara kembali. Namun, dia butuh klarifikasi atas pernyataan yang diberikan oleh Tasya kemarin. Jika kalau, Sakara mengakui dirinya sebagai pacarnya.

Hal gila macam apa itu, Sakara tidak mengatakan hal apa pun. Mengatakan dia menyukai dirinya pun tidak pernah. Iya sih, prilakunya belakangan ini sangat baik padanya. Tapi itu bukan berarti Zitha mengira jika Sakara menyukainya. Ayolah, Zitha tidak se-gr itu untuk mengakuinya.

Memasang wajah se sinis mungkin, Zitha berdiri di depan Sakara yang duduk di meja. Sekarang mereka ada di ruang lab kembali. Yah, karena hanya tempat ini saja yang aman mengajak cowo super tenar ini berbicara empat mata. Zitha tidak mau lagi menjadi bahan gosipan karena dekat dengan Sakara.

"Masih masalah di depan UGD," Zitha membuka mulut setelah beberapa saat bergelut dengan pikirannya sendiri.

Sakara masih diam untuk mendengarkan. Dia akan berbicara ketika Zitha sudah puas berbicara.

"K-kenapa lo---" Zitha mengumpati dirinya yang tiba-tiba merasa gugup. Ayolah, dia ini ingin marah bukan baper. "Kenapa lo ngaku-ngaku jadi pacar gue, sejak kapan anjir lo nembak gue aja ga pernah, ini mendadak ngeklaim aja!" kali ini dia berbicara tampa jeda.

"Jawab Sakara Argiano Putera, gue butuh penjelasan. Malu-maluin gue lo segala ngaku di depan dokter, emang perbuatan lo itu keren, HAH?"

Terdengar helaan napas dari cowo itu, "Emang lo kasih kesempatan buat gue bicara, hmm? Kerjaan lo marah-marah terus setiap kali ketemu. Gimana gue mau jelasin!"

Zitha berdecak kesal kenapa sekarang malah Sakara yang mengomelinya. Jelas cowo itu yang salah.

"Ihh nyebelin banget sih lo, dasar cowo kampret!" Zitha memukul bahu kiri Sakara.

"Cowo kampret ini, cinta sama lo. Gimana dong?"

APA?! tolong beritahu Zitha sekarang jika dia salah mendengarnya. Mengapa sangat menggelikan sekali. Cowo itu berbicara demikan dengan wajah yang sangat datar.

Zitha tertawa cukup keras, sungguh itu membuat bulu kuduknya merinding. Uhh seperti rumor itu benar jika lab ini terkenal angker. Apa ada sosok hantu merasuki tubuh Sakara. Oh no, itu mengerikan.

"Ada yang lucu kah?" tanya cowo itu terheran-heran malah di ketawai oleh Zitha.

Zitha menghentikan tawanya, "lo ngeri, Sak. Jangan ngomong itu lagi, bulu kuduk gue merinding."

"Perasaan gue ga akan pernah berubah,"

Kembali mengindikkan bahunya, "Udah ah! Ga usah ngomongin begituan lagi, gue bakal pura-pura ga denger. Okay!" hendak berbalik badan namun tangannya langsung di tarik oleh Sakara.

Friendship of the Heart (Tamat) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang