29. Syarat

57 21 2
                                    

Annyeong💐

*
*

Happy Reading


"Ehmm... pantes aja beberapa hari ini ga liat ternyata dia sibuk renang" gumam Zitha yang sedang duduk di tribun atas menyaksikan para atlit renang sekolahnya yang sedang berlatih untuk pertandingan dia hati olahraga nanti.

Tunggu. Zitha datang bukan sengaja untuk berjumpa dengan Sakara, dia hanya kebetulan saja melihat Sakara saat menemani Raya berjumpa dengan Pak Juna.

Cowo itu yang merasa si perhatikan oleh seseorang pun langsung menoleh ke tribun atas. Zitha yang melihat pergerakan Sakara lebih dulu langsung mengalihkan pandangannya ke sembarang arah.

"Zitha, gue ikut Pak Juna dulu sebentar yah!" seru Raya, Zitha mengangguk kecil.

Hahh...tinggal dirinya saja disini, Zitha pun kembali melihat ke arah bawah ia mengkerutkan keningnya saat tidak melihat Sakara disana lagi. Dia pun mengedarkan pandangannya.

"Cepet banget ilangnya"

"Siapa?"

Suara bariton itu membuat Zitha menjingkrak terkejut. Entah sejak kapan cowo itu sudah duduk di belakangnya.

"Kampret, Sakara!" kesal Zitha dengan tanganya memukul pundak Sakara.

Sakara terdiam lalu tangannya menarik tangan Zitha. Cowo itu mengecek denyut nadi di tangannya. Di perilakukan seperti itu tentu Zitha langsung mengkerutkan keningnya.

"Nadi lo lemah" ujarnya.

Zitha menarik tangannya, "Apaan sih!"

"Apa kata dokter kemarin?"

"Semua baik-baik aja kok" jawab Zitha sembari tersenyum.

Sakara tersenyum kecil, "nanti malem lo ada waktu?"

Zitha mengangkat sebelah alisnya, "Malem ini? Ga ada sih. Kenapa, mau ajak gue jalan ya?"

"Gue minta buat kuras air kolam"

"Idih!"

Sakara terkekeh kecil, "Ada pasar malam baru buka kemarin,"

"Lo mau ajak gue kesana?" mata Zitha sudah berbinar karena ia sudah lama tidak pergi ke pasar malam.

"Mau nawarin lowongan kerjaan, siapa tau lo minat jadi tukang bersih-bersih"

Zitha mendengus kesal, sejak kapan seorang Sakara ngelawak, hah rasanya ingin memanggil warga sekolah untuk tertawa bersama.

"Gue tunggu jam 7, oke!" Sakara mengusap kepala Zitha lalu berlalu pergi, membiarkan Zitha terdiam mematung karena prilakuan Sakara barusan.

🍁🍁🍁

Tangannya meremas roknya, hembusan napas keluar dari hidungnya. Dia menyakinkan dirinya untuk masuk kedalam.

"Lo tau siapa Nazhif Anggara?"

Tasya menggelengkan kepalanya ia tidak pernah mendengar nama itu sebelumnya.

"Tapi lo tau kan siapa Azhgar?"

Kali ini Tasya menganggukkan kepalanya, "Azhgar itu pemain basket yang terkenal itu kan? kalau ga salah dia idolanya kak David"

Farel menganggukinya, "Nazhif Anggara itu nama aslinya. David tertarik masuk ke club basket itu karena dia, haaah...tuh anak gila banget sama  si Azhgar, sampe punya mimpi bisa main sama Azhgar yang notabenya pemain kelas atas."

"Ga ada yang mustahil kak, siapa tau kenyataan. Gue denger Azhgar itu baik ga sombong"

"Bener kata lo. David sempet punya harapan buat ketemu bahkan main sama dia. Tapi kesempatan itu mungkin ga jadi"

"Loh kok gitu?"

"Kesempatan itu cuman bisa diambil di pertandingan nanti, tapi sayangnya tim gue ga jadi main karna kekurangan pemain, Sya"

"Padahal itu mimpi David sama anak-anak lain sebelum lengser"

Mendengar itu membuat Tasya berfikir ulang, ia tidak mau membuat mimpi David dan lainnya hancur cuman karena ke egoisannya.

Disisi lain juga, Tasya merasa kesal karena Pak Digo hanya menginginkan Raka bukan anak lainnya. Katanya sih, jika mengajak Raka itu akan lebih menguntungkan. Padahal siapa yang siap itu yang lebih utama.

Tasya meraih knop pintu dan membuka pintu itu pelahan. Ia mendapat info jika Raka saat ini sedang berada di perpustakaan. Dan benar saja ia langsung melihat keberadaaan cowo itu yang sedang duduk di meja pojok dekat jendela. Dia tidak sendiri, melainkan bersama Julva dan juga Regal.

"Hi, boleh gangu waktunya sebentar?" tanya Tasya setelah ada di meja itu.

"Tasya? ada apa?" tanya Julva.

Tasya tersenyum kecil, matanya melirik pada cowo yang duduk di hadapan Julva. Dia tidak sama sekali melirik pasanya, matanya hanya fokus pada lembar latihan.

"Gue ada urusan sama Raka" jawab Tasya membuat sangat embu yang namanya disebut pun langsung mengangkat kepalanya.

"Boleh ikut gue sebentar?" pinta Tasya pada Raka setelah itu dia langsung pergi lebih dulu keluar dari perpustakaan.

Tentu Raka langsung mengikutinya, karena sudah sekian lama sejak mereka bertemu kembali ini yang di nantikan. Tasya mau berbicara dengannya.

Tasya membawa Raka ke sudut koridor yang sepi, "ga usah ge'er, gue terpaksa buat bicara sama lo" ucap Tasya saat melihat tatapan Raka terlihat senang.

"To the point...lo pasti kenal David kan? Dia yang pernah tawarin lo masuk club basket. Gue mau...lo terima tawaran itu..."

Raka mengangkat sebelah alisnya, "alasan apa gue harus ikut club lo?" tanyanya.

"Pemain angkatan lo kekurangan pemain buat tanding nanti. Pak Digo langsung yang pilih loh, mereka cuman punya harapan lo doang, karna ga ada waktu lagi buat seleksi anggota baru"

"Gue harap lo mau bantu mereka, ini impian mereka buat tanding terakhir sebelum lulus. Lo pasti paham...gue mau lo pikirin lagi"

"Pak Digo ga mungkin salah pilih orang, pasti pak Digo udah tau kemampuan lo. Yahh, gue akuin di waktu mempet gini cuman lo yang bisa diharapin, karena lo berbakat dalam permainan basket dan ini juga termasuk hobi lo kan?"

Mendengar itu membuat Raka tersenyum kecil, ternyata Tasya masih mengingatnya.

"Kalau lo berminat, lo bisa dateng nanti sore ke gedung olahraga" kata Tasya terakhir lalu bergegas pergi karena apa yang seharusnya ia sampaikan sudah semua.

Namun, baru tiga langkah dia kembali berhenti saat mendengar seruan Raka.

"Gue mau, tapi dengan satu syarat"

Tasya kembali kembali membalikkan badannya, "Kalau itu lo bisa bicarain langsung sama Pak Digo"

"Syaratnya buat lo"

"Gue? tugas gue cuman nyampein doang, kalau lo mau apa-apa lo bicarain aja sama Pak Digo"

Raka tersenyum kecil, "Gue setuju karena lo yang minta dan itu ada syaratnya yang perlu lo turutin"

Tasya berdesis pelan, "apaa? Kalau untuk maafin lo gue ga bisa"

"Syaratnya, gue mau lo temenin gue di setiap latihan sampai tanding nanti"

"Oke, gue terima."



































___

Mencium bau-bau baikan nih uhuyyy

Jangan SAMPAI LUPA BUAT VOTE NYA Teman-teman!!!

See you

Friendship of the Heart (Tamat) Where stories live. Discover now