42. Ternyata aku yang bersalah

13 4 0
                                    

Annyeong💝

*
*

"Kenapa tidak jujur dari awal, agar aku tidak membencimu terlalu dalam , dan tidak akan ada hati yang terluka."

= Tasya Adeeva =

*
*

ɦǟքքʏ RêåÐïñg

"Aaaiihh~~udah gue bilang itu masih panas, masih aja di pegang. Luka kan tangan lo. Tunggu, gue ambil obat dulu!" Rafael berlari masuk ke dalam untuk mengambil obat.

Tasya duduk di ayunan sembari meniupi jemarinya yang terkena panci panas. Padahal itu tidak di sengaja, tapi Rafael mengomelinya. Sedikit menyebalkan.

Sore ini, Tasya sedang ada di kediaman Rafael. Bukan sengaja untuk mampir, tetapi saat di perjalanan pulang tadi tiba-tiba saja hujan deras. Kebetulan jarak terdekat itu rumah Rafael, jadilah mereka mampir dulu kemari.

Cuaca hujan enaknya makan yang berkuah, mereka berdua memutuskan untuk membuat mie di halaman belakang, kebetulan juga hujan sedikit reda. Tapi tampa sengaja Tasya menyenggol panci panasnya membuat jarinya terluka.

"Sini tangan lo~~"

Suara berat itu terdengar, tetapi bukan suara Rafael melainkan Raka. Sedikit terkejut Tasya sampai menggeser duduknya.

Mulutnya terbuka saat akan mengatakan 'kenapa bisa ada disini?' namun dia sadar lebih dahulu dimana dirinya sekarang. Sudah di pastikan Raka ada di sini, orang ini rumahnya. Bodoh jika Tasya mengatakan itu.

"Biar gue aja!" Tasya merebut salep itu dari tangan Raka.

Bukannya pergi, Raka malah ikut duduk di sampingnya, membuat Tasya langsung melirik sinis.

Sebelum Tasya berucap, Raka lebih dulu membuka mulutnya.

"Udah lama yah?" itu katanya membuat kening Tasya mengkerut. Namun, sedetik kemudian dia mengerti apa yang Raka  bicarakan.

Ayunan ini, banyak kenangan mengenainya. Dulu, Tasya sering kali duduk disini saat main ke rumah ini. Seperti sekarang, dia duduk di samping Raka dengan berceloteh ria. Itu sudah sangat lama sekali.

Tasya tidak menanggapi, dia sibuk mengurus lukanya, untung saja lukanya di tangan kiri jadi mempermudahkan nya untuk mengobatinya sendiri. Tunggu. Kemana Rafael pergi? Kenapa Raka yang datang? Pertanyaan itu terlintas di benaknya.

"Dimana Rafael?" tanya Tasya.

"Di panggil Papa, dia udah lama ga pulang. Tentu aja dia pasti kena masalah," jawabnya.

Tasya menghela napasnya, mau kasian tapi mau gimana lagi. Biarlah, itu urusan keluarga ini.

Raka bangkit pergi untuk mengambil semangkok mie yang sempat di angguri. Lalu dia langsung memberikannya kepada Tasya, "Makan~~"

Terdiam sejenak lalu Tasya menerimanya, mau nolak kan itu mie miliknya. Kemudian Raka kembali duduk di sampingnya. Oh ayolah, disini banyak sekali kursi untuk duduk kenapa dia memilih di sampingnya.

Setelah percakapan tempo hari, Tasya tidak mau bertemu dengan Raka kembali. Ah, tunggu. Sepertinya Tasya memang tidak mau bertemu dengan Raka selalu, namun yah begituh. Takdir selalu mempertemukan mereka.

Drrtt

Deringan ponsel milik Raka memecahkan keheningan di antara ke duanya. Cowo itu membaca sekilas layar ponselnya lalu mengetikan sesuatu disana.

Friendship of the Heart (Tamat) Where stories live. Discover now